ending (im sorry ㅠㅠ)

Start from the beginning
                                    

Memperburuk dirinya sendiri. Iya, Jungkook tau. Tapi sama halnya dengan mencintai orang lain, membenci dirimu sendiri karena melukai orang yang kau cintai juga menutup logika. Menipis akal pikiran.

Rasanyaㅡiya, sama, memabukkan. Tapi bukan sama halnya dengan cinta. Rasanya memabukkan, seperti terkurung dalam penyesalan yang dibuat sendiri, dan menghadapinya setiap hari.

"Sakitㅡ" Tercekat di ujung, karena Jungkook harus menahan isakannya secara bersamaan. Masih berdiam diri diantara pecahan botol yang ia sendiri kacaukan, mengabaikan Jimin yang juga melaluinya dan mengekor Hoseok.

Jung Hoseok, pemuda itu mendecih. Partnernya itu gila. Sudah terlampau gila. Tidak masuk akal, Hoseok selalu berpikir seperti itu.

Jeon Jungkook itu membuat penyesalan karena dirinya sendiri, lalu ia bersikap seakan ia terkurung dalam kesakitan. Berakting bahwa yang ditinggal seorang diri adalah dirinya.

"Dan," Hoseok membuang nafas lelah, "Aku yakin Taehyung lebih sakit."

Hoseok baru saja ingin melangkah menjauh, meninggalkan bar, sebelum satu hal terbesit di lintasan pikirnya, yangㅡia kiraㅡperlu di ucapkan.





"Kau tau, aku memang tidak sesempurna dirimu. Tapi, mungkin, aku yang biasa saja dimatanya bisa menjaga hatinya lebih baik."





Dan dentuman pintu bar bersamaan perginya Hoseok dan Jimin malam itu adalah hal terakhir yang ia dengar, sebelum semua ruangan bar dipenuhi oleh raungan teriak, tumpahan tangis, juga kurungan sesalan.

Masih sama. Jeon Jungkook masih sekacau itu.





■ ■ ■





Jungkook terlalu sering berfikir sejak saat itu; rasanya ingin tidur dengan durasi yang begitu panjang. Tapi tak mati. Karena tidur adalah satu satu hal yang membuat Jungkook melupakan dunia sejenak, membuang kekhawatiran akan hidupnya, pikirnya kala itu.

Nyatanya, sama saja.

Makin lama Jungkook tertidur, maka sosok itu juga akan makin lama menghampirinya. Sosok itu menyentuh Jungkook dengan tangan halusnya yang perlahan bergerak. Jungkook tau, ia tidak pantas, ingin menepisnya, namun senyuman yang dibuatnya kala itu lantas membuat tubuhnya kaku.

Lalu, selalu ada sentakan pada bangunnya kala Kim Taehyung akan memeluknya.

Kim Taehyung tidak ada, itu satu satunya pemikiran yang terlintas di hati dan benaknya kala matanya terbuka.

Sakit.

Sakit.

Kini bahkan, ia tak bisa tidur dengan tenang.

Pada akhirnya, Jungkook akan berbaring menatap dinding kamarnya yang mononton. Tidur atau hidup, rasanya sama saja; Kim Taehyung nyatanya masih ada dalam pikiran tiap detiknya.

Bahkan bergumam sendiri, setelah mimpi itu selalu terjadi;

Kim Taehyung. Tolong, jangan peluk Jeon Jungkook ini. Ia brengsek. Maka, ketika kau memeluknya dengan senyuman yang tulus itu, Jeon Jungkook akan kembali jatuh, makin brengsek, makin pengecut. Makin jatuh.

Makin jatuh.

Jatuh, lagi.

Jatuh, sampai dimana ia kira ada sebuah ujung pada akhirnya, kini bahkan terasa tanpa ujung.

Lantas semuanya terjadi lagi. Kembali terulang. Jeon Jungkook yang tertidur untuk melupakan dunia, namun terjerumus dalam mimpi yang menemukannya dengan matahari-nya. Jeon Jungkook yang tersentak bangun, nafas sesak, keringat bercucuran, dan mata yang sembab. Jeon Jungkook yang makin, makinㅡsemakin, lagi, brengsek.

DANCING ON MY OWN. / KVWhere stories live. Discover now