"Ah, iya. Ku harap itu terjadi. Kau memang menyukainya, kan?" ucap Havry pada Zee. Dia tidak ingin kakaknya itu tahu bahwa dia dan Skandar sedang membantu Jusyin untuk mendapatkan Zee.

        "Itu tidak mungkin terjadi Havry. Kami sedang ada masalah saat ini." Havry tau bahwa Zee sedang ada masalah dengan Justin. Bahkan dia mendengarnya dari pria itu sendiri.

         "Kalian tidak pernah bisa berantam lama-lama, kan?" ucap Havry.

          "Iya, tapi walaupun kami berbaikan Justin tidak akan pernah menyatakan perasaannya padaku." ucap Zee kesal. Dia mulai merasakan sakit hatinya kembali.

            "Dari mana kau tahu bahwa Justin tidak memiliki perasaan padamu? Memangnya kau sudah pernah menanyakannya pada Justin?" tanya Havry berpura-pura tidak tahu.

            "Bukan begitu. Dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya saja. Bahkan dia berpacaran dengan Ami. Kau tahu soal ini, kan? Dia hanya menganggapku sebagai adik kecilnya yang sangat memerlukan perhatian darinya." Zee mulai mengeluarkan butiran bening dari matanya.

           Havry melirik ke arah Zee. Ia sangat terkejut melihat butiran bening itu meluncur dengan indah dari mata Zee. Havry langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

           Dia menghapus ain mata kakaknya. "Hei jangan menangia bodoh." ucap Havry menghapus air mata Zee.

            "Kau yang bodoh." bentak Zee menepis tangan Havry. "Mana mungkin aku tidah menangis bila orang yang ku cintai berpacaran dengan Ami yang notaben adalah sahabatku sendiri. Bahkan aku sudah menceritakan semuanya pada Ami." lanjut Zee geram pada Havry.

           "Yaampun. Bagaimana kau bisa secengeng ini hanya karena Justin? Kalau kau menginginkan boneka panda katakan saja kak. Kita akan membelinya. Tidak usah pakai nangis segala. Apalagi membawa-bawa nama Justin." ejek Havry.

           "Aku memang menginginkan boneka sekarang. Tapi aku juga benar-benar menangia karena Justin, bodoh. Dasar idiot." Zee memukul kepala Havry kuat.

          "Baiklah. Aku akan membelikannya untukmu." Havry mulai menjalankan mobilnya menuju toko boneka.

********

          "I'm home!" ucap Zee girang setelah mereka sampai di rumah.

          Dia sudah mendapatkan apa yamg ia inginkan. Dress untuk ulang tahunnya. Wedges Yang cocok denfan dressnya. Serta 1 boneka panda baru dari Havry. Hadian karena tadi dia menangis diperjalanan pulang. Zee berlari ke halaman belakang meninggalkan Harvy yang sedang menutup pintu.

         "Mama..!" teriaknya kuat. Dia memeluk mamanya erat. "Aku membeli dress yang lucu. Sangat manis. Aku akan mengnakannya saat acara nanti malam." mamanya hanya mengangguk paham. Ia tersenyum melihat putru sulungnya yang masih bersikap seperti anak-anak berumur 7 tahun.

        "Oh iya, aku juga membeli wedges yang cocok dengan dressku Ma. Lihat. Lihat. Baguskan?" Zee memasangkan wedges tersebut di kakinya dan melompat-lompat kecil.

         "Sangan manis sweetheart. Sekarang kau harus bersiap-siap. Ini sudah jam 4. Pesra akan dimulai 3 jam lagu."

          "Baiklah Ma. Aku mencintaimu." Zee mencium kening mamanya dan berlari menuju papanya.

           "Pa, terima kasih telah menyiapkan semua ini untukku. Aky menyayangimu." Zee memeluk papanya erat lalu menggesekkan hidung mereka. Zee melepas pelukannya dan papanya pun tertawa.

           "Aku membeli wedges baru. Lihat, baguskan." ucap Zee sambil mengangkat sebelah kakinya. Dia seperti anak-anak.

           "Jangan menularkan sifatmu pada Papa Zee. Papa tidak ingin terlihat seperti anak berumur 7 tahun, kau tahu?"

           "Argh.. I'm seventeen dad!" ucap Zee sambil memutar bola matanya kesal.

           "Really? Havry bahkan membelikanmu boneka panda, huh? Harusnya kau yang membelikan sesuatu untuk adik kecilmu itu."

           "Aku sudah empat belas papa. Sudah tidak kecil lagi." balas Havry yang dari tadi sedang memperhatikan mereka.

           "Oh, baiklah. Papa rasa kau lebih cocok menjadi anak sulung dari pada anak bungsu."

           "Ooh.. hari ini ulang tahun ku Papa. Jangan membuatku kesal." ucap Zee sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

           Papanya hanya tertawa dan mengacak-ngacak rambut putri sulungnya itu. "Sudah. Pergilah bersiap-siap." dia mengecup kening Zee.

            Zee berlari ke kamarnya dan memasuki kamar mandi.

_________

part 7 nya yaa. maaf kalo banyak yang typo.

vote and coment.

love youu

Remember WhenWhere stories live. Discover now