Aku memasuki kamarku dengan pikiran yang kosong. Terasa berat dan pusing kepalaku, mungkin karena hari ini aku terlalu banyak memikirkan sesuatu.
Baju yang kukenakan saat ini kaos berwarna putih bertuliskan kata 'hello' berwarna merah muda dan celana joger -sedikit longgar- berwarna hitam yang kini pakaian itu sudah basah semua dari ujung rambut sampai ujung kaki karena terkena hujan deras, walaupun aku sudah memasuki kamarku sekarang, suara jatuhnya air yang begitu banyak dan deras dari langit gelap diluar sana masih terdengar jelas di telingaku.
Tubuhku terasa sangat lelah seperti ada beban berat yang menimpa punggungku, aku memutuskan untuk merebahkan diriku diatas karpet berbulu tebal berwarna abu-abu polos kesukaanku. Tiba-tiba aku merasa sedih, entah karena apa yang membuat perasaanku begitu terluka, apakah ini terjadi karena aku baru mengetahui dan menyadari kebenaran yang ada.
Kalian pasti mengetahui kata-kata orang zaman dahulu yang kata-katanya masih sering dikatakan orang-orang sampai saat ini. 'Sehebat apapun seseorang dan sekuat apapun ia, pasti orang itu memiliki kelemahan.' Dan sekarang ini aku baru menyadari suatu hal itu, aku melihat sebuah kelemahan dari sesorang yang aku anggap dirinya hebat dan kuat. Ternyata selama ini ia terluka, menyembunyikan rasa lelah dan sakitnya sampai detik ini, menyimpan sebuah kebenaran yang baru terungkap saat ini.
Sekarang, ia sedang terbaring di ruang ICU rumah sakit terdekat dari tkp. Aku khawatir dengan keadaannya, pikiran negatif perlahan muncul di otakku.
'Apakah ia dapat bertahan hidup?'
'Apakah ia akan selamat'
'Tahukan ia bahwa aku sekarang sadar akan dirinya'
"Ini semua salahku", batinku, kalau bukan karena itu, ini semua takkan terjadi. Satu hari sebelum terjadinya kecelakaan, ia memberikanku sepucuk surat, isi dari surat tersebut membuatku terkejut. Di akhir kalimat ia berkata bahwa salah satu kelemahannya adalah aku.
