Eustoma

6.4K 850 409
                                        

Daniel mengunci pintu kamarnya dan mengabaikan Jisung yang mencoba untuk terus bicara dengannya.

"Kang Daniel kau-"

Daniel tidak perduli. Ia mencoba menghubungi Jihoon dan menggigiti kukunya yang masih pendek.

Angkat.

Demi apapun angkat teleponnya.

"Hallo"

Daniel memejamkan matanya dan menghela nafas lega saat mendengar suara Jihoon.

"Kau..baik-baik saja?"
Tanya Jihoon dengan nada hati-hati.

"Aku akan baik-baik saja asal kau juga begitu"

Jihoon tersenyum kecil saat mendengar ucapan Daniel.

"Jihoon-ah, Aku minta maaf"

"Hng?"

"Kita sudah sepakat akan makan bersama siang ini, tapi- sepertinya sulit untuk bisa makan bersama hari ini"

Jihoon mengerti, ia hanya menjawabnya dengan dengungan kecil.

Keduanya diam sampai tak lama kemudian suara Jihoon terdengar.

"Kau- tidak khawatir?"

Jihoon bisa mendengar Daniel terkekeh lalu berseru mantap, "Asal kau baik-baik saja tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan"

Jihoon tersenyum sendu mendengar itu, ia menatap cincin di kelingkingnya dan merasa aneh saat merasakan angin hangat menyentuh dadanya.

"Tetap ditempatmu dan jangan pernah berfikir untuk mundur"

Jihoon merasakan matanya mendadak panas saat mendengar itu.

"Tetap pegang aku dan jangan berfikir untuk menyerah, aku berjanji akan menyelesaikan semua masalahnya untukmu"

Jihoon mendengung dan menarik nafasnya yang sesak kuat-kuat.

"Dokter Park"

"Hm?"

"Aku- tidak akan melepaskanmu. Jadi bisa kau melakukan hal yang sama?"

Jihoon mengusap kasar ujung matanya saat mendengar seruan Daniel yang putus asa.

"Sejak tadi- hanya fikiran itu yang ada di kepalaku. Fikiran kau yang mungkin saja menyerah lalu pergi melepaskanku"

"Niel-"

"Jangan melakukannya"

Jihoon menunduk saat mendengar suara Daniel yang gemetar.

Ia mengepalkan jemarinya dan ingin berlari memeluk Daniel.

"Jangan- tinggalkan kami"

Jihoon tidak kuat, ia melepaskan ponselnya dan menangis.

Jihoon tau, kami yang Daniel maksud adalah Peter, Rooney dan dirinya sendiri.

Jihoon tidak pernah sadar mengenai perasaannya yang semakin lama semakin menggunung.

Dulu- ia lebih suka melangkah mundur dan tidak perlu repot memikirkan hal sulit yang ia rasakan bersama kekasihnya.

Tapi sekarang-

Kaki Jihoon bahkan tidak sabar.

Ia ingin berlari kencang.

Ia ingin berlari kearah Daniel lalu membawanya ke dalam pelukan panjang dan menjaganya.

Jihoon ingin mengatakan pada Daniel bahwa- Jihoon akan tetap disana.

Bersama Daniel, Peter dan juga Rooney.

...
...

Jihoon hanya diam saat mendengar ayahnya berteriak.

Polaris . Nielwink . EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora