v. ga kenal, gue lagi nyetir

378 66 7
                                    


Ambil napas panjang.

Hembuskan.

Ambil napas panjang.

Hembuskan.

Ambil napas panjang.

Hembus--

"Ngapain sih gitu terus kaya mau ngelahirin?!" suara gadis itu membuatku menoleh. Aku mendesis tak peduli lalu kembali fokus menyetir.

"Dia tuh ya suka seenaknya sendiri." lagi-lagi suara Jiwoo berbicara sembarangan. Bisa kulihat dari spion tengah kalau Matthew mengangguk-angguk setuju.

"Eh ngaca dong kalian berdua! Siapa yang suka seenaknya sendiri!" belaku tak suka. Ya iyalah, mana ada seorang Joseph melakukan suatu hal seenaknya sendiri. Aku nih perhitungan ya dalam segala hal.

"Gak usah dengerin. Lo setuju kan sama gue?" Jiwoo mengambil alih wajah Matthew yang tadi menatapku. Mereka kembali merumpi.

Baru saja lima belas menit aku mengambil kemudi mobil karena Matthew kelelahan eh mereka sudah bergosip melalang buana. Jiwoo yang memang anaknya suka ngomong, apapun dia omongin. Walaupun orang yang dia ajak bicara jelas-jelas tidak tertarik tetapi tetap saja gadis itu berbicara tanpa henti. Hah, dia bersatu dengan Matthew alias Somat? Orang pertama yang aku kenal di kampus dan dua belas-dua belas dengan Jiwoo?

Matilah aku.

Perjalanan dari tempat kami kuliah ke kampung halanan tidak butuh waktu terlalu lama. Hanya enam jam jika tidak macet dan sepuluh jam jika macet berkepanjangan. See?

Aku dan Jiwoo sebenarnya sama-sama bawa motor. Lebih tepatnya aku membawakan motornya ke kos dia beberapa bulan lalu saat dia resmi menjadi mahasiswi baru di universitas sebrang. Kami berbeda kampus, untungnya.

Gila saja jika seorang Joseph yang kalem ini menjadi kakak tingkat yang dekat dengan seorang Jeon Jiwoo?! Bisa habis reputasiku. Sudah cukup dari SD sampai SMA aku dan Jiwoo seperti rambut yang ketempelan permen karet dan gunting. Ada dimana-mana dan ingin rasanya menggunting rambut itu saja! Huhuhuhu. Gak nyambung sih, tapi ya gitu deh.

"Pokoknya lo harus kenalan sama orang tua gue! Mereka pasti suka!" suara Jiwoo lagi kembali mendominasi.

"Sayang banget keluarga gue di LA. Coba mereka didekat sini, udah gue kenalin sama lo." itu suara Matthew menanggapi.

"Kaya mau lamaran aja, nyet." itu suaraku yang menanggapi kekonyolan obrolan mereka.

"Sirik aja lo. Awas lo ngehancurin hubungan kita!" desis Jiwoo sewot lalu menempeleng kepalaku.

Tuh kan kurang ajar!

"Ada juga dunia hancur kalau kalian barengan!" teriakku seolah ingin memakan Jiwoo hidup-hidup. Matthew tertawa keras.

Gila mereka!!!

S E W E G Where stories live. Discover now