[5] The Little Prince

Start from the beginning
                                    

"Dalam rangka?"

Seungwan kelihatan berpikir. "Tidak ada maksud tertentu sepertinya. Mungkin hanya mengobrol? Mungkin beliau tidak memiliki nomor Bapak sehingga menghubungi melalui nomor kantor."

Junmyeon mengangguk paham. "Ya, berikan saja aku detailnya. Aku tidak ada jadwal nanti sore."

Lagipula tidak ada salahnya ia berkunjung ke RS Sejeong. Ia sudah biasa ke sana, untuk men-stalk seseorang. Oh god, ini terdengar creepy.

Ia sedikit berharap bisa bertemu orang itu dan mengobrol sebentar. Satu menit pun cukup untuknya menepis rindu yang sedang menggerogoti jiwanya.

[]

Irene mendesah kesal ketika seseorang terus-terusan menggoyangkan bahunya sehingga mengganggunya yang sedang menulis laporan di mejanya.

"Irene, ayo bertukar shift denganku! Ya ya ya?" ujar seseorang dengan name tag Kim Nayeon.

"No no, aku tidak akan bisa menonton drama tengah malam kalau bertukar shift denganmu," tolak Irene.

Nayeon berdecak kesal. "Irene~ Ayolah~"

Irene setia menggelengkan kepalanya meskipun orang itu memaksa. Shift malam membuat para dokter harus tidur di camp dan harus siap sedia ketika ada kejadian yang tidak diperkirakan. Ia masih belum siap untuk itu.

Memang benar jam kerjanya tidak sebanyak di shift pagi, tapi memikirkan dua hal tadi dan metabolisme yang akan terganggu, oh tidak terima kasih banyak.

"Halo para gadis!" sapa seseorang dengan senyum merekah di wajahnya. "Apa aku mengganggu?"

Nayeon yang masih memegang bahu Irene langsung terkejut. Bagaimana tidak, putra pemilik sekaligus direktur tempatnya bekerja tiba-tiba saja menghampirinya, eh, menghampiri Irene mungkin.

Lihat saja itu, mereka berdua, si Bapak dan Irene, bahkan telah bertukar senyuman.

"Sama sekali tidak, Pak Bogum," ujar Nayeon.

"Bisakah aku meminjamnya?" tanya Bogum dengan menunjuk Irene.

"Tentu saja!" Nayeon segera undur diri ketika melihat kode dari Bogum. "Saya permisi dulu. Tolong jaga teman saya dengan baik~"

Setelah Nayeon pergi, Irene mengalihkan pandangannya pada Bogum yang ternyata telah menatapnya lekat-lekat, entah sejak kapan.

"Kenapa kau menatapku begitu? Kau kelihatan mengerikan," keluh Irene dengan sebuah pukulan kecil yang melayang di bahu Bogum.

Bogum mengaduh kesakitan setelah menerima pukulan Irene. Eyy, sebenarnya ini hanya acting saja. Mana mungkin pukulan gadis seperti Irene bisa membuatnya kesakitan.

"Kejam!" teriak Bogum yang ingin menggoda Irene. Sayangnya Irene sama sekali tak peduli.

Hm, sepertinya acting-nya belum natural.

Bogum jadi ingat tujuannya kemari. Ia berpikir sejenak sembari mengamati Irene, bagaimana cara mengatakannya ya.

"Kudengar kau mengirim curriculum vitae untuk dipindahkan ke cabang baru?" tanya Bogum kemudian.

"Ya, begitulah," jawab Irene tak peduli.

"Tidak kuizinkan."

Irene menghentikan acara menulisnya. "Bogum . . . ."

"Tidak, Irene. Kau harus di sini." Bogum berusaha mengingatkan. "Lagipula kedua orang tuamu ada di Seoul, kau tega meninggalkan mereka?"

"Aku bisa pulang pergi setiap hari."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TIMELESS [텐데] - SuReneWhere stories live. Discover now