THE PAST, THE MEMORIES & THE MIRACLES

Start from the beginning
                                    

Dia setia banget pada Mama. Sebelum meninggal, Mama sempat berpesan supaya dia menjagakan Taurus untukku. Dan dia bener-bener sangat mematuhi pesan terakhir mamaku itu. Maka kalo perusahaan ini diumpamakan kerajaan, selama ini Om Her bertindak sebagai wali raja buatku. Kelak, jika waktunya telah tiba, kalo dirasa aku udah siap, Taurus akan dikembalikan juga padaku. Aku akan jadi ratu di kerajaan ini, persis seperti pesan Mama."

"Kapan itu?"

"Seperti pernah kubilang, kira-kira 20 tahun lagi. Om Her bilang, kalo umurku udah di atas 35 tahun, aku mungkin udah punya cukup bekal untuk mengelola Taurus. Sebagai permulaan, sejak dua tahun terakhir ini, Om Her selalu mengajakku mengikuti semua kegiatan bisnis tingkat atas yang dilakukan dewan direksinya. Tujuannya agar aku seenggaknya bisa kenal dulu urusan apa aja yang kelak akan ku-handle. Kemaren itu, saat aku ngilang sampe hampir dua minggu, Om Her ngajak aku nonton rangkaian terakhir proses pembelian Tel-Sat oleh Taurus. Aku juga diajak melihat-lihat beberapa anak perusahaan Taurus di seluruh dunia. Rasanya merinding dan hampir nggak percaya melihat semua perusahaan gede itu, yang diurus oleh para bisnismen terkemuka yang sebagian besar adalah orang bule dari Amrik atau Eropa itu, sebenernya adalah milikku... dan aku bertanggung jawab atas nasib mereka semua dan juga keluarga mereka!"

Elan tercenung sesaat, "Kalo gitu, kalo kamu udah nggak punya siapa-siapa lagi, lantas di Semarang kamu tinggal sama siapa?"

"Keluarga... dalam tanda petik," Rain tersenyum. "Satpam, tukang kebun, juru masak, pembantu rumah, dua orang asisten, dan satu orang sekretaris pribadi. Itulah sebabnya semalam aku bisa ngeluyur sampai jam satu pagi lebih. Nggak akan ada yang marah kalo aku pulang telat atau bahkan seandainya nggak pulang sama sekali. Emang ada bawahan marah-marah sama bos tertinggi? Paling Mbak Ira, sekretarisku itu, yang suka cemas dan rajin menelpon kalo udah agak malam aku belum juga pulang."

"Kenapa kamu nggak tinggal di sini aja bareng Om Her daripada tinggal jauh-jauh di Semarang?"

"Itu suruhan Om Her juga. Dia bilang, aku harus latihan hidup mandiri sejak sedini mungkin. Dia menyuruhku masuk SMA di Semarang. Lagian tinggal di Semarang kan sama aja balik kampung buatku, karena pas kecil dulu aku emang tinggal di rumah Jalan Argopuro itu. Aku harus tinggal di Semarang sampai lulus sekolah sambil mencoba bekerja untuk pertama kalinya di Radio Ozone, yang masih merupakan perusahanku juga. Setelah beberapa kali masukin surat lamaran, baru pas awal kelas dua aku bener-bener diterima kerja di sana di bagian marketing."

"Pernah kena marah atasan?"

"Wah, ya sering," Rain ketawa. "Terutama pas hari-hari pertama dulu. Waktu itu aku belum begitu gape pegang komputer. Shutdown Windows aja aku belum tau. Kalo pas pulang, komputer langsung aku matiin begitu aja. Akibatnya waktu Mas Viktor tahu, aku langsung dibunyi-bunyiin dan dibilang ketinggalan jaman 100 tahun!"

Elan ikut ketawa geli.

"Sekarang apa kira-kira reaksi dia kalo tau yang pernah dia bilang ketinggalan jaman itu sebetulnya bos tertinggi dia, ya?" ia nyeletuk.

Rain tertawa, "Pasti shock!"

Elan seketika melongo saat ia teringat sesuatu.

"Kalo gitu, guyonan kamu soal ngasih hadiah aku kapal pesiar tu aslinya bukan guyonan, ya?"

Rain mengangguk dengan raut wajah jenaka.

"Bisa aja sih, kalo kamu mau. Kapan kamu ulang tahun? Ntar kukasih hadiah satu buah yacht yang spesifikasi desainnya terserah kamu."

"Gimana kalo hadiahnya pesawat F-16 bekas pakai Angkatan Udara Amerika? Kamu bilioner paling kayak nomor 65 sedunia. Pasti sanggup dong beli pesawat."

The Rain WithinWhere stories live. Discover now