THE PAST, THE MEMORIES & THE MIRACLES

70 6 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 16.00.

Elan dan Rain duduk bersila berjejeran menghadap ke arah jendela raksasa yang membentang dari plafon atap ruangan hingga ke lantai. Pemandangan luar biasa sekali dari situ. Seakan-akan mereka sedang mengambang di angkasa raya tempat hamparan panorama Jakarta terlihat luar biasa sekali.

Pemandangan Ibukota dari lantai 37 emang sangat memesona.

Mereka barusan makan nasi goreng sambil duduk lesehan di lantai menghadap ke jendela. Kini, sisa piring kotor ditumpuk tak jauh dari situ.

"Semua dimulai pada tahun 1983," Rain mengawali ceritanya sambil mengorek-ngorek gigi pake tusuk gigi. "Waktu itu, di Semarang, Papa dan Mama mendirikan biro perjalanan wisata Taurus Travel. Awalnya, tu biro kecil aja. Rute yang dilayani pun baru sekitar Demak, Jepara, Borobudur, dan Jogja. Karena dikelola dengan baik, Taurus berkembang pesat. Setahun kemudian, Taurus udah bisa melayani paket wisata di seluruh Indonesia.

Tahun 1986, bisnis pariwisata keluarga kami udah sangat maju dan besar. Papa dan Mama bergerak di berbagai bidang, mulai biro wisata, persewaan mobil, transportasi umum, outbond, diving, sampai membuka jaringan taman ria di Denpasar, Mataram, dan Serang. Tahun 1987, saat aku lahir, Papa mendirikan Hotel Taurus dan biro penerbangan Taurus Air. Waktu itu Taurus Air belum jadi maskapai penerbangan internasional kayak sekarang, tapi baru sebuah biro penerbangan partikelir yang melayani pelanggan para turis asing yang pengin jalan-jalan keliling Bali pake helikopter.

Titik balik terpenting dalam karier bisnis Papa dan Mama terjadi pada tahun 1990. Om Hermawan, adik mamaku, saat itu baru aja lulus kuliah ekonomi di Amerika. Dia nyaranin agar Papa terjun ke bisnis investasi. Beli saham, jual saham, beli perusahaan publik yang hampir kolaps, mereparasinya, dan lantas menjualnya lagi dengan harga sepuluh kali lipat. Papa nurut. Dan dia terutama mengincar perusahaan-perusahaan turisme luar negeri yang udah pada masuk pasar saham.

Hasilnya ternyata sungguh luar biasa. Hanya dalam jangka tiga tahun, Taurus melar menjadi sebuah kerajaan bisnis yang sangat sukses. Tahun 1993, karena emang dirasa udah perlu, Papa membentuk sebuah holding company yang mewadahi seluruh kegiatan bisnisnya di dunia pariwisata. Namanya Taurus Corporation. Saat itu, jaringan kita udah melebar hingga ke Eropa, Mediterania, dan seluruh Asia."

Rain diam sejenak. Ia memeluk kedua lututnya. Sepasang matanya menerawang ke arah langit, persis ketika sebuah pesawat terbang melintas di kejauhan sana.

"Tapi kemudian, semua berubah dengan cepat. Tahun 1994, Papa meninggal karena serangan jantung. Dua tahun sesudah itu, Mama menyusul karena diabetes," Rain menarik napas panjang. "Tiba-tiba aja, aku jadi yatim piatu saat umurku belum lagi genap 9 tahun. Aku nggak punya siapa-siapa lagi padahal ada sebuah perusahaan raksasa yang harus diurus."

"Emang kamu nggak punya sodara kandung?" Elan menyela.

Rain menggeleng.

"Aku anak tunggal. Nggak ada kakak, nggak ada adik," ia diam sebentar. "Sesuai surat wasiat yang ditulis Mama sebelum meninggal, seluruh kepemilikan saham Taurus Corp atas nama Mama sebanyak 75% diwariskan langsung ke aku. Bisa kamu bayangin sendiri kan kayak apa keadaanku saat itu? Ada anak umur 9 tahun mewarisi sebuah kerajaan bisnis yang bernilai ratusan juta dolar!"

"Lantas siapa yang abis itu menggantikan ortu kamu memegang Taurus?"

"Siapa lagi kalo bukan Om Her? Dialah pewaris terdekat sesudah aku. Saat dewan direksi bersidang memilih ketua, Om Her menang karena dia memakai semua suaraku. Sejak saat itu hingga sekarang, dia menjadi CEO Taurus untukku. Secara resmi Taurus tetap menjadi milikku. Om Her hanya menjalankan operasional harian atas namaku. Hebatnya Om Her, dia nggak punya ambisi sedikitpun untuk merebut Taurus dari tanganku, meski dengan pengalaman bisnisnya yang segudang, dia sebenernya bisa ngelakuin itu dengan sangat mudah.

The Rain WithinWhere stories live. Discover now