"Temen gue mendadak ngga bisa jemput. Pokoknya gue ngga mau tau. Mil, pleaseee... jemput gue yaa.. Ni udah kayak cacing kepanasan nih. Okay? Terimakasih cantikk.."


"Tapi kak.."


Tut.. Tut.. Tut


Belum sempat Mila melanjutkan ucapannya, Bagas sudah mengakhiri telponnya. Mau tidak mau Mila harus beranjak dari kursinya mengambil kunci mobil dan mengendarai mobilnya menuju bandara untuk menjemput kakak sepupunya.


"Huhh, baru aja pulang udah bikin kesel, liat aja ntar.."


***


Sesampainya di bandara Mila langsung bergegas mencari sosok Bagas, ia tak ingin membuang waktu hanya untuk ini karena pekerjaan di kantor menunggunya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mendial nomer Bagas, ah sial 'nomer yang dituju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi' itu jawaban operator. Berulang kali Mila coba tapi berulang kali pula balasan dari operator yang didengarnya. Apa kakaknya ia mengerjainya? pikirnya. Terpaksa ia harus berkeliling bandara dan menajamkan penglihatannya ke segala arah untuk menemukan keberadaan kakaknya. Tapi, syukurlah yang dicari berada di belakang Mila dan telah menepuk pundak Mila. Mila pun menengok ke belakang takut yang menepuknya adalah orang jahat.


"Kakak kemana aja. Udah tau bandara luas, kenapa ngga diem di satu tempat aja sih biar gampang nyarinya. Kalau kayak gini kan susah Mila nyarinya. Udah ah ayok pulang, kerjaan Mila di kantor masih banyak nih.."


"Sabar kenapa cantik, yaa maaf tadi gue haus makanya beli minum dulu. Oke lets go.."


"Kakak anterin Mila ke kantor aja, abis itu mobilnya kakak bawa balik aja ke rumah. Mila ada meeting soalnya jam 1 nanti."


Hanya terdengar gumaman dari Bagas yang menyatakan bahwa ia setuju akan ide adiknya itu.


***


Setelah seharian Mila sibuk mengurusi pekerjaan kantornya, kini ia telah berkemas untuk pulang. Kantor telah sepi, aktivitas kantor telah usai sejak satu jam yang lalu. Malam ini Mila memutuskan untuk mengerjakan pekerjaannya hingga selesai walaupun artinya ia harus rela mengurangi jam tidurnya. Jam telah menunjukkan pukul 23.30 ketika Mila sampai di rumahnya. Tak ada tanda-tanda orang masih bangun di rumahnya. Semua gelap. Mila melangkah masuk dan ketika akan menaiki tangga menuju kamarnya ia lagi-lagi dikageti dengan keusilan Bagas.


"Banyak kerjaan lu sampe jam segini baru pulang?" ucap Bagas saat memergoki Mila baru pulang.


"Bukan urusan kakak. Udah deh mending kakak sekarang tidur, Mila juga mau tidur capek banget nih." jawab Mila sambil menenteng tas kantornya dan meninggalkan kakaknya seorang diri di ruang keluarga.


Mila masuk kamar, meletakkan tasnya di meja dan menarik kursi untuk ia duduk. Mila mengusap wajahnya kasar, ia merasa remuk dengan aktivitasnya yang seabrek hari ini. Mila memejamkan matanya sejenak dan betapa bodohnya ia ketika Mila membuka mata pandangannya langsung tertuju pada boneka pemberian Kevin dan foto kenangan mereka berdua yang masih tersimpan rapi di kamar Mila. Boneka Teedy Bear berukuran besar hadiah dari Kevin saat ulang tahun Mila yang ke-21. Mila mengambil boneka itu, mengusapnya dengan lembut, mengajaknya bicara seakan Teedy itu bernyawa. Sungguh ia kangen Kevin sekarang.


"Enggak, aku ngga boleh kangen Kevin. Kevin udah pergi jauh, dia udah ngga peduli lagi sama aku. Toh, apa untungnya kalau aku mengharapkan dia kembali. Itu ngga mungkin Mila. Kevinmu udah pergi dan ngga akan kembali. Ingat itu!"


Mila melepaskan Teddy dan bergegas mengambil pakaian ganti. Ia butuh penyegaran. Mila memutuskan untuk mandi setidaknya ini bisa memfreshkan sedikit pikirannya kembali.



***




Tbc...

WHENEVERWhere stories live. Discover now