Tiga Tahun Lalu... (2)

Mulai dari awal
                                    

"Kak, cuma keluar dikit. Si Beby tadi minum airnya banyak." Kata Nabilah khawatir. Kinal mengangguk kecil dan menatap Nabilah.

"Apa?" Tanya Nabilah bingung.

"Lo kasih nafas buatan gih," kata Kinal yang langsung mendapat gelengan kepala dari Nabilah.

"Nggak, ogah gue. Bibir gue cuma buat ayang Gaby. Lo aja sono, gue ogah." Tolak Nabilah sambil bergidik geli.

Kinal memutar bola matanya malas. Namun sejenak dia menatap wajah Beby yang pucat karena kedinginan. "Shan, maafin gue ya? ini demi pujaan lo. Coba kalo dia nggak minum air laut, gue nggak bakal gini. Maafin gue, Shan." Ucap Kinal menutup wajahnya. Setelah tangannya dia jauhkan dari wajahnya, dia langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Beby. Dengan cepat dia memberi nafas buatan untuk Beby.

Nabilah yang melihat itu langsung bergidik geli dengan wajah masamnya. Tidak sampai satu menit, Kinal menjauhkan wajahnya dan menatap Beby yang sudah terbatuk-batuk, mengeluarkan air asin itu dari mulutnya.

Banyak sekali air yang keluar dari mulut Beby. "Gimana rasanya, Kak?" Tanya Nabilah masih dengan wajah gelinya menatap Kinal yang sedang mengusap bibirnya kasar.

"Asin." Jawab Kinal singkat.

"Ya iyalah, orang abis dari air laut, gimana sih lo." Kata Nabilah memutar bola matanya malas.

Keduanya kembali fokus pada Beby yang mulai membuka matanya. Tak berapa lama, mata elang itu kembali terlihat. Dia menatap Nabilah dan Kinal bergantian.

"Kita dimana?" Tanya Beby yang dibantu keduanya untuk duduk.

"Di hatimu." Celetuk Nabilah yang langsung mendapat toyoran dari Kinal.

"Malah becanda, di surga!" Seru Kinal yang mendapat delikan dari Nabilah.

"Sama aja kek elu." Dengus Nabilah.

"HAH! KITA DIPANTAI?!" pekikan Beby langsung mendapat pukulan di kepalanya dari Nabilah dan Kinal.

"Biasa aja dong kalo ngomong. Ngagetin wae," kesal Kinal.

"Kita di pantai? demi apa?" Tanya Beby bersemangat.

"Iya, kita di pantai. Tapi gue nggak tau, kita di pantai mana." Mata Kinal menatap ke sekelilingnya.

"Kayaknya, kita masih di wilayah Indonesia deh, Kak." Ujar Nabilah yang diangguki Kinal.

"Tapi di bagian mananya, ya?" Gumam Kinal. Dia berdiri dan melihat ke sekelilingnya.

"Kayaknya... gue tau ini dimana." Ucapan Beby membuat keduanya menoleh.

"Dimana?" Tanya mereka kompak.

"Di... tanya orang aja yuk!" Beby langsung berdiri sambil menenteng tasnya. Tanpa mempedulikan tau wajah kesal Kinal dan Nabilah.

Ketiganya berjalan menghampiri seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari sebuah kapal kecil.
"Permisi, Pak. Saya mau tanya, ini ada di daerah mana ya?" Pria itu menoleh dan melihat Kinal, Nabilah dan Beby bergantian.

"Kalian tidak tahu ini ada dimana?" Tanya pria itu dengan logat Melayunya.

Beby mengerutkan keningnya saat mendengar logat melayu dari pria paruh baya itu. Dia baru sadar, bahwa mereka ada di perbatasan antara Indonesia dan Singapura.

"Apa kita ada di... pulau Sugi?" Pertanyaan Beby itu langsung membuat pria paruh baya itu tersenyum lebar.

"Nah, itu tahu. Kalian kesini, tapi tak tahu dimana kalian." Ucap Pria itu sambil mengangkat se-ember yang penuh berisi ikan.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang