Prolog

6 1 0
                                    

Hawa dingin menyelimutiku di musim dingin tahun 2016 ini. Rasanya, tak cukup satu mangkuk ramen untuk menghangatkan tubuhku. Tiba-tiba, Ibu ku mengirimkan sebuah pesan singkat. 

     "pulanglah, Yeri. Ada yang ingin aku dan ayahmu bicarakan padamu dan kakakmu"

Tanpa basa-basi, aku langsung keluar dari restoran ramen itu dan berlari cepat ke rumahku. 

Sesampainya di rumah, kubuka perlahan-lahan pintu rumahku yang lumayan megah itu. Langsung ku jumpai 3 sofa berwarna merah dengan lantai marmer berwarna oranye. Kaki ku perlahan namun pasti melangkah ke arah sofa dimana orang tua bersama kakak ku, Irene. Keringat dingin membasahi tubuhku. 

     "sial. aku pasti kena marah" kataku pelan. 

Ibuku menatap ku dengan penuh kasih sayang. menepuk bagian sofa disampingnya pertanda aku harus duduk disampingnya. Ayahku langsung menghela nafas berat. Lalu menatap diriku dan Irene dengan tatapan meyakinkan. 

     "Begini. Ayah mendapatkan kontrak kerja ke Seoul sampai ayah pensiun. Dan itu artinya, kita harus pindah dari Busan ke Seoul. Untuk berangkatnya, kita berangkat besok. Ibumu sudah mengurus sekolah kalian disana."

Tiba-tiba aku tersentak kaget. Sudah 17 tahun aku tinggal di Busan. Bagaimana bisa aku meninggalkannya. Dan teman-teman ku? 

     "Bagaimana bisa ayah! Aku sudah 17 tahun hidup di Busan. Aku tak mungkin meninggalkan kota ini! Dan sekalipun aku ingin berkunjung kesini, pasti kalian tidak akan memperbolehkan ku melakukannya. Tidak! Kita tidak boleh pindah ke Seoul" aku mulai angkat bicara. Bagaimana bisa?

Ayah kembali menghela nafas. 

     "tapi kita harus meninggalkan Busan. Ayah sudah dikontrak disana. Dan ayah tidak dapat menentang kontrak itu. Ku harap kau paham, Yeri"

Tidak bisa! Aku tidak bisa pindah ke Seoul. Aku mengikuti emosi ku dan pergi ke kamarku. Tidak. Aku tidak bisa pindah ke Seoul. 

Tak lama kemudian, Irene membuka pintu kamarku dan melihatku sedang menangis memeluk lutut di samping kasur. Dia membelai rambutku pelan dan mulai angkat bicara. 

     "Yeri. Kita harus pindah ke Seoul. Tolonglah belajar untuk lebih mementingkan kebaikan keluarga daripada teman-temanmu. Jika ayah tidak pindah ke Seoul, ayah tidak akan mendapatkan uang dan jika ayah tidak mendapatkan uang, kita akan hidup dengan apa? Kurasa kau sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Ayo kubantu membereskan kopermu"

Pikiran ku mulai terbuka karena kata-kata Irene. Ya, demi kebaikan keluarga. 


Keesokan harinya kami langsung menuju ke Seoul menggunakan bus. Embun masih menghiasi kaca bus dengan indahnya. Tak lama kemudian, bus kami segera melaju ke Seoul. 


Selamat tinggal Busan. Mungkin ini yang terbaik untuk ku. 


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

han daneo man (satu kata saja)Where stories live. Discover now