M-J :: (18) Kenapa?

Start from the beginning
                                    

Sakit. Seolah dilindas sesuatu. Bahkan gue yakin ada tulang gue yang retak.

Gue ambruk di lantai.

Dan kesadaran gue menghilang.

===M i K a===

A N A

"Katanya, setelah Mika kehilangan kesadaran, Miles mengamuk dan menghabisi Reeveles. Kau tidak tahu seberapa mengerikannya jika Miles mengamuk. Bahkan sulur tanaman berduri yang Miles buat sampai ke Eddenick, membuatku langsung ke Dunia Nyata cepat-cepat karena tahu ada hal aneh terjadi yang berhubungan dengan Miles. Untung saja Reeveles masih selamat. Meski sekarang dia di penjara. Baguslah, cowok itu gila. Meski dia kembar Miles, sifatnya berbanding terbalik. Mungkin gen baik Raja Edden tidak terwariskan pada Reeveles. Dan oh ya, Ana, jangan menjaga Mika terus. Kau juga butuh tidur. Aku tidak enak melihatmu terus terduduk di samping tempat tidur Mika tanpa makan tanpa tidur. Aku sayang padamu, see you!"

Aku menatap Mika yang terbaring tak sadarkan diri di ruang rawat. Kuhembuskan napas berat sambil memainkan ujung rambutnya. Kejadian yang membuat Mika seperti ini sudah lewat dua hari. Namun Mika tidak juga terbangun. Padahal masalah Reeveles sudah beres. Ibu Mika telah sehat.

Semuanya sudah baik-baik saja.

Kecuali Mika.

"Mik, bangun kenapa? Gak bosen apa tidur mulu. Gue bosen nih nunggunya. Kata Miles, cuman lo yang bisa ngebuat Nyokap lo inget tentang Eddenick lagi, makanya cepet bangun! Biar portalnya ketutup. Tapi, gak itu doang sih. Gue mau lo bangun biar bisa jahilin gue lagi. Ah, bangun dong!" aku telah menganggap diriku sendiri gila karena berbicara sendiri. Sudah pasti Mika tidak bangun. Cowok itu kayak koma saja. Padahal dokter bilang dia hanya kelelahan. Tapi kenapa selama ini, sih?

Kalau di dongeng Putri Salju, putri yang tertidur lama akan terbangun jika dicium seorang pangeran. Namun, masalahnya Mika bukan seorang putri dan aku bukan pangeran. Aku tidak mungkin mencium Mika yang tertidur seperti bayi dan berharap jika aku melakukannya, Mika terbangun. Sangat teramat tidak mungkin.

"Mikaaa! Bangun, ish! Malesin lo ah. Nyebelin," aku terus menggerutu, biasanya Mika akan membalas gerutuanku dengan candanya. Tapi dia terdiam dengan mata terpejam dan bibir terkatup rapat.

"Mik, ish," mengacak rambut, aku merebahkan kepala di tepi tempat tidur Mika. Menatap kosong ke arah kakinya yang tak terlalu jauh dari tempatku merebah. Kaki Mika putih, mungil, ukuran sepatunya berapa ya? 36? 38? Unyu.

Aku menyelipkan tangan di punggung Mika karena kedinginan. Seperti biasa, suhu tubuh Mika hangat. Macem kucing gitu. Enak kalo dipeluk.

Kulingkarkan kedua lengan ke pinggang Mika. Mumpung orangnya gak nyadar, jadi dia gak GR. Kurebahkan kepala di perut Mika, terdengar bunyi-bunyi di sana. Seperti suara kruyuk, atau kruk, dan suara-suara lainnya yang lucu. Aku terkekeh geli.

"Mik, inget gak sih pertama kita ketemu di mana? Waktu itu lagi siang panas terik gitu, terus aku ngeluh-ngeluh gitu karena kepanasan, tapi aku harus tetep di situ karena nunggu Julian beli es krim. Aku sampe ngehentakkin kaki di trotoar. Terus kamu tiba-tiba dateng sambil ngelempar minuman kaleng. Kamu bilang, 'nih, daripada ngeluh terus kayak gitu, mending minum dolo, Mbak', aku kan kesel kamu panggil Mbak, aku ngomel-ngomel sambil gak nyadar minum minuman kaleng yang kamu kasih. Pas aku selesai ngomelnya, kamu senyum dan bilang 'wah, pinter diabisin. Gitu dong, jadi gak mubazir'. Sumpah ya, aku kaget waktu Julian bilang kamu sahabat dia. Aku jahat banget dulu gak tau apa-apa tentang Julian, padahal kalo sedikit aja aku peduli tentang Adikku, mungkin dari dulu aku ketemu cowok kayak kamu," cerocosku saking frustasinya. Kapan, sih, mata Mika terbuka dan aku bisa melihat iris cokelatnya itu?

TRS (3) - Mika on FireWhere stories live. Discover now