"Apa mencintaiku juga merepotkan untukmu?" Tanya Hinata dengan nada menggoda, dia tahu jika jawaban Shikamaru nantinya tidak akan jauh dari hukum fisika disertai godaan yang bisa membuatnya terpana.

Atau bisa saja jawabannya,

"Memang sangat merepotkan, hingga aku tak bisa mengendalikan diriku untuk segera menjadikanmu wanita Nara secara sah."

Sangat sederhana tapi tidak terduga.

.

.

.

Empat gadis dengan warna rambut yang berbeda kini tengah berada di cafe untuk bertukar cerita, gadis bersurai indigo yang sekarang telah meremas bagian ujung roknya adalah bahan obrolan ketiga gadis yang sekarang tertawa.

"Aku sungguh tak menyangka, jika Shikamaru akan membaca buku pemberianku," kata Ino masih tertawa karena cerita Hinata.

"Tapi itu bagus bukan? Setidaknya dia tidak menggodamu dengan rumus aksioma atau gravitasi dan gaya," celetuk Sakura yang diberi anggukan oleh Tenten sang kakak ipar.

"Karena itu juga, dia bisa mengeluarkan isi otaknya untuk memikirkan konsep pernikahan kalian." Tenten menambahkan.

Hinata hanya menggigit bibir bawahnya, menahan malu karena godaan dari teman-temannya. Meski begitu, Hinata tak menyangkal mereka, karena buku dari Ino memang memberikan beberapa keuntungan untuk Hinata.

"Jadi bagaimana persiapanmu?" Tanya Sakura.

"Hanya tinggal memilih menu dan gaun, kurasa untuk gaun aku akan mengambil disainer rekomendasi dari Ino-chan."

"Kau tidak akan menyesal, dear" kata Ino meyakinkan.

"Lalu menunya?" Tanya Tenten.

"Shikamaru-kun sudah memilih makanan eropa, sekarang aku butuh usul kalian untuk menu pembuka dan penutup yang harus aku pilih." Jawab Hinata, lalu menggigit bagian bawah bibirnya.

"Tenang saja, aku akan membantumu memilih...." kata-kata Sakura terpotong oleh dering telepon Ino yang nyaring.

"Oh... astaga! Aku lupa jika aku ada pemotretan satu jam lagi," kata Ino dengan mematikan teleponnya yang terus berdering "Deidara pasti akan meracau lagi jika aku terlambat." Tambah Ino dengan nada mengeluh.

"Apa kau akan pergi?" Tanya Hinata dengan mengerutkan kening.

Ino membuat wajah sedih dan mengangguk. "Maafkan aku Hinata, tapi aku sudah membuat Deidara kesal kemarin. Jika aku mengabaikannya hari ini, dia pasti membuatku pusing." Katanya setengah mengeluh.

"Itulah tak enaknya jika pacaran dengan orang yang satu profesi dengan kita." Kata Sakura, mensyukuri di dalam hati jika Sasori—sang suami—bukanlah seorang dokter sepertinya.

"Aku tidak suka dengan lelaki yang main boneka," bilang Ino setengah menyindir Sakura.

"Kau bilang apa pig?" Sakura menggeram.

Jika Tenten dan Hinata adalah manusia yang masa bodoh, maka mereka akan diam saja melihat perang lingual kedua sahabatnya. Tapi tuhan sungguh sangat baik sehingga menghadirkan Tenten dan Hinata sebagai penengah.

"Hey Miss Entertain, bukankah kita sudah berjanji untuk mengobrol tanpa gangguan?" Tanya Tenten, menyebabkan Sakura mendengus.

"Gomen, Miss karateka. Aku benar-benar harus mengambil pemotretan kali ini, karena Deidara sendiri yang akan jadi pasanganku."

"Ck, kau masuk dunia model hanya untuk itu?" Tanya Sakura sarkastik.

"Iya." Ino menjawab tanpa ragu, yang menyebabkan Sakura mendengus sebal.

SWEET HUGSWhere stories live. Discover now