04. Nano dan Lagu 'All I Ask'

Mulai dari awal
                                    

"Oh? Emangnya kamu nggak ada adik atau kakak gitu? Sanak saudara atau kerabat buat jagain kamu di sini? Soalnya dari kemarin aku liat kamu gak ada yang ngejagain." Oke, mungkin Nano terdengar ikut campur dengan urusan Adi. Tapi bukan begitu maksud hatinya, melainkan ia ingin tahu saja. Kalau Adi tak memberi jawaban ya itu tidak masalah.

"Aku anak tunggal. Aku kecelakaan motor kemarin dan pamanku nemuin aku di jalanan yang sepi. Untungnya pamanku seorang dokter disini."

Adi menelan rotinya sejenak, lantas melanjutkan ceritanya.

"Awalnya paman pengen ngasih tau bokap nyokap, tapi aku larang. Lagian percuma juga. Palingan mereka baru bisa jenguk pas aku udah keluar dari rumah sakit. Mereka lebih mentingin kerjaan daripada anaknya sendiri."

Kata-kata yang keluar dari bibir Adi seakan mengusik hati Nano yang mulai merasa sedikit iba. Cowok yang diperban pada beberapa bagian tubuhnya itu masih memiliki orang tua yang lengkap, namun tampaknya dia kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya sendiri. Beda dengan Nano dan Mira yang walaupun sudah menyandang status yatim piatu, namun ia masih sempat merasakan bahagiannya memiliki orang tua yang perhatian serta didikan yang cukup.

Saat Nano tengah bergelut dengan pemikirannya, cowok itu tiba-tiba menyeletuk.

"Oh ya. Umur kamu berapa?"

"Hm? Oh? Err..... Aku dua puluh satu tahun. Aku sedang kuliah," jawab Nano.

"Ha? Nggak salah tuh? Kamu udah umur segitu? Aku pikir kamu masih duduk di bangku SMA. Soalnya kamu gak kelihatan dewasa secara fisik. Aku aja yang masih kelas 3 SMP udah segede gini. Umurku juga belum genap lima belas tahun." sentil Adi dengan memamerkan senyumnya.

Jawaban Adi mengusiknya. Entah itu pujian atau hinaan, kedengarannya sangat tidak menyenangkan di gendang telinga Nano. Membuatnya mengerutkan hidung saat Adi terkekeh dengan kenyataan bahwa Adi itu jauh lebih muda daripada dirinya.

Well, sesungguhnya Nano juga sudah menduga kalau Adi memang masih anak sekolah, jadi ia tak terlalu kaget. Walaupun secara fisik memang Adi tampak lebih tinggi.

"Terserah kamu mau mikir kayak gimana. Cepetan abisin tuh roti sama buahnya," gerutunya lalu bangkit dan beralih menuju sofa di ujung ruangan.

Adi tak membalas dan hanya memperhatikan punggung Nano yang dibalut jaket berjalan menjauh.

Sambil berkutat memeriksa timeline di beberapa akun media sosial yang ia miliki, Nano memasang earphone putih untuk mendengarkan alunan musik dari smartphone-nya.

Lagu pertama yang terdengar di kokleanya adalah lagu milik Adele yang bertajuk All I Ask.

Tepat saat ia melihat postingan Facebook mantan kekasihnya, Sophie, yang beberapa hari lalu mengunggah foto tengah menikmati sunset di sebuah pantai, dengan caption:

"Take me by the hand while we do what lovers do ❤❤."

Dan yang membuat hatinya mencelos sedih ialah Sophie tengah ber-candid ria dengan seorang cowok.

Tapi tunggu dulu!

Nano merasa sudah tak asing lagi dengan wajah si cowok di foto itu. Bukankah itu.... Adi?

Diperhatikannya lagi foto itu secara seksama sambil beberapa kali menoleh pada Adi, yang masih belum selesai makan, untuk memastikan apakah dugaannya benar atau matanya saja yang rabun.

Shit!

Cowok di foto itu benar-benar Adi. Dan sialnya Nano mengakui kalau mereka tampak begitu serasi. Sophie yang cantik, dan Adi yang rupawan.

Never Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang