"Udah gak papa. Habis gue ini mau ke rumah lo. Kebetulan Mami minta tolong buat jemput Gre pas gue bilang mau ke rumah buat jengukin Shania," ujar Dyo. "Lo tumben nelpon gue. Karena gue pikir ada hal penting, jadi gue mampir ke sini dulu." Lanjutnya.

 "Yaudah, Kak Nat tolong siapin aja semuanya dulu. Ntar kalau urusanku sama Dyo udah kelar, aku langsung nyusul ke ruang meeting."

 "Oh, oke," Natalia kembali menutup pintu, meninggalkan dua sahabat itu.

 "Eh, duduk Yo."

 "Jadi, lo mau gue nyari siapa nih?" tanya Dyo langsung ke inti ketika mereka sudah duduk di sofa.

 "Ini," Vino memperlihatkan foto sketsa dari ponselnya pada Dyo.

 "Gue minta tolong sama lo buat nyari ni cewek. Walau agak blur-blur gitu, tapi lo bisa, kan? Namanya Beby dan Shania terakhir ketemu sama dia sekitar delapan bulan yang lalu di Jogja," jelas Vino.

  "Hee..." Dyo memandang serius foto sketsa itu. Entah kenapa sepertinya dia pernah bertemu dengan gadis itu.

 "Kayak pernah ketemu, deh...tapi dimana, ya...?" gumam Dyo ragu.

 "Eh, lo pernah ketemu?" tanya Vino kaget mendengar gumaman pelan sahabatnya itu. Secercah harapan muncul untuknya.

 Dyo mengerutkan kening, kembali mengingat-ingat. "Ck, gue lupa, astaga! Tapi beneran, gue pernah ketemu ama ni cewek. Kalau gak salah waktu ada event lomba dance gitu di Jogja. Gue gak terlalu merhatiin karena gue gak sengaja ngenyenggol dia."

 "Waahhh thanks Yo! Thanks banget! Setidaknya kita bisa mulai dari informasi ini. Jadi, lo pasti bisa kan, nyari ni cewek?"

 "Gue usahain. Tapi lo juga ikut."

 "Iya, iya. Lo tenang aja. Papi dua hari lagi balik dari luar kota, jadi kita bisa ke Jogja dan cari tuh cewek sampai dapat!"

 "Sip! Kalau gitu gue langsung cabut, deh. Kangen gadis kecil gue," ucap Dyo sambil bangkit berdiri.

 "Eh, Dyo. Lo langsung bawa dia pulang ke rumah, ya. Kalau dia minta es krim, abaikan saja. Kemarin ngeluh sakit gigi, gak dibolehin makan makanan yang manis-manis sama es krim sama Mami."

 "Oke, boscil. Gue cabut dulu!"

 Vino menghela napas senang. Akhirnya ada petunjuk juga untuk mencari gadis itu. Semoga mereka dapat segera menemukannya dan membawanya pada Shania.

-----

 Vino baru saja berangkat ke Jogja bareng Dyo. Semua keluarga berharap kedua pemuda itu bisa menemukan Beby secepatnya. Sementara itu, Shania kembali berdiam diri di ruangan lukisnya.

 Sudah delapan bulan lebih sejak kejadian itu. Kenangan singkat dengan laki-laki yang sangat ia cintai. Sejak Beby muncul di hadapannya malam itu, tanpa ia sadari hati dan pikirannya hanya di penuhi oleh bayang-bayang gadis cungkring itu. Bahkan ia sempat lupa pada laki-laki itu saking fokusnya ia pada janji mereka dan menjaga janin yang ada dalam tubuhnya.

 Belakangan ini, sejak ia kembali memimpikan kecelakaan itu, bayangan laki-laki itu pun ikut muncul lagi. Seperti mengingatkannya bahwa tak seharusnya ia melupakan dia. Meskipun sudah ada yang baru.

 Gak...mana mungkin gue bisa ngelupain lo. Shania membatin miris. Meski sebenarnya ia sempat lupa, tapi Shania kekeuh tidak mengakuinya.

 "Mungkin karena itu, mimpi buruk itu nyamperin gue," gumamnya kali ini. Mulai merasa bersalah. "Ughh...maaf..."

 Shania menyandarkan punggungnya di sofa. Tangannya terangkat ke atas menutupi wajah yang perlahan basah oleh air mata yang tak mampu ia tahan lebih lama. Perasaan sesak itu kembali memakannya. Sesak akan kerinduan yang tak tercapai. Pada laki-laki itu juga pada gadis itu. Entah apa yang diinginkan oleh hatinya kini. Satu sosok yang tak mungkin ia dapatkan lagi dan sosok lain yang terasa sangat salah untuk bisa ia dapatkan.

It's your lightحيث تعيش القصص. اكتشف الآن