Chapter 8 : Laura - Sahabat yang Terbaik I

439 9 6
                                    

Hari kelima Cynthia tinggal di rumah Rangga.

Semuanya berjalan dengan cukup baik, kadang mereka berdua bertengkar, tapi masalahnya cepat selesai. Kebanyakan bertengkar gara-gara Rangga yang - lagi-lagi - kalah main PS dengan Cynthia, Rangga memaksa Cynthia untuk mengakui kalau dia mengalah, Cynthia keras kepala. Akhirnya mereka berdua bertengkar. Della juga sudah terbiasa dengan pertengkarang kecil mereka, jadi dia membiarkan saja mereka berkelahi sampai titik darah penghabisan. Sebagai catatan, titik darah penghabisan untuk Rangga dan Cynthia adalah saat mereka lapar.

Rangga berangkat ke sekolah dengan malas, dia mengutuk dirinya sendiri untuk menolong Cynthia waktu itu. Jadinya dia tidak santai. Bangun jam enam langsung mandi, masak, makan, berangkat. Biasanya Rangga bangun jam tujuh pagi, tidak sarapan, lari ke sekolah. Rangga menguap untuk ke sekian kalinya, sampai akhirnya dia sampai di sekolah.

"Bro! Tumben dateng pagi! Lima hari belakang kamu jadi suka dateng pagi, ye? Ada apa? Kamu narkoba? Hahahah... Aw!" kata Ricky terpotong saat Rangga memukulnya.

"Becanda kamu ngaco, ah!" kata Rangga sambil berjalan masuk menuju kelasnya. Rangga duduk di atas kursi, membuka buku matematikanya. Ricky melongo kaget.

"Ngga! Kamu baik-baik aja, kan!? Kamu Rangga, kan!? Bukan alien yang ngambil alih tubuh Rangga terus pura-pura jadi dia, supaya bisa ngambil alih tubuh aku juga dan menguasai seluruh Bandung, lalu pulau Jawa, lalu seluruh Indonesia, lalu seluruh dunia ini!?" teriak Ricky tidak karuan. Rangga melemparkan buku yang baru dibukanya ke muka Ricky.

"Iya, aku alien! Aku ke Bumi buat ngegebukin Ricky Si Oon sampe dia nggak bisa sekolah besok," kata Rangga lalu langsung berlari melesat mengejar Ricky. Ricky berlarian dengan panik, seperti baru nyopet dan dikejar massa. Ricky berlarian sambil melihat ke belakang, memperhatikan apakah Rangga mengikutinya atau tidak. Tiba-tiba dia menabrak seorang gadis.

"Sori, sori!" kata Ricky kaget sambil mengusap kepalanya.

"Ah, kacamata aku jatuh... Bantuin cari, dong!" jawab suara gadis yang ditabraknya. Saat melihat wajah gadis itu, Ricky melongo sejadinya. Wajah cantik, rambut panjang terurai. Bola matanya cokelat bening, seperti orang Indonesia kebanyakan, sebenarnya. Tapi Ricky merasakan sensasi yang aneh dalam dirinya. Gadis itu seperti bercahaya, rambutnya terbang tertiup angin.

Gila, gila, gila.

Aku serasa maen sinetron! Tabrakan sama cewek cantik jelita... - mungkin yang beda dengan sinetron adalah wajahku yang idiot dan dongo ini. Ah, merusak suasana. Lanjutkan khayalannya -Udah gitu kenalan... Udah gitu pacaran... Tunangan.... Nikah... Ce- nggak, nggak, aku nggak akan cerai. Hahaha, kali ini ceweknya nggak akan keduluan sama Rangga.

Ricky memungut kacamatanya dan memberikannya pada gadis itu. Gadis itu mengenakannya dan dengan terburu-buru mengikat rambutnya. Sebelum terjatuh, dia sedang mengikat rambutnya sambil berjalan. Begitu melihat gadis itu siapa, Ricky kaget, matanya hampir loncat lewat hidungnya (kenapa harus idung?).

"Laura!?" katanya kaget.

Bedeuuhhh... Mauut! Ternyata si kacamata Laura cantik gilaaaaa!

"Ricky? Ukh, jalan tuh pake mata dong!"

"Sori, aku jalan pake kaki, bukan pake mata! Kamu kali yang pake mata," kata Ricky lalu tertawa.

"Diem!" bentak Laura. Ricky tersentak langsung diam. Galak.

"Huh, lagian suruh siapa ngiket rambut sambil jalan?" cibir Ricky tidak mau kalah. Laura membelalakan matanya. Dia hendak berteriak ketika Rangga tiba-tiba muncul.

"Ketangkep kamu, curut kecil! Si... aah Kacamata Laura! Pas banget, kita ketemu. Hari ini aku diminta... Um..." kata Rangga terpotong. Ricky dan Laura sama-sama melihat ke arah Rangga dengan bingung. Ngomong kok dipotong-potong.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 12, 2012 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

CynthiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora