Lima tahun lalu.
***
Salju turun lagi. Vienna dingin 2 derajat.
Sedingin hati yang terluka, entah karena apa, harus mulai dari mana luka ini diurai.
Sesekali kutepis butiran salju di jaket yang tebal.
Rindu tak bertepi ini harus disudahi, harus dihadapi.Sendi-sendi tubuhku mulai ngilu, hatiku lebih lagi.
Tuhan, begitu cantik wanitaku datang.
Tulang rusukku, yang rasanya selalu hilang..tak mampu kuraih jiwanya lagi.
Lepas di lautan, diterjang ombak, lalu karam.
Dulu...kami berpelukan saat bertemu. Belahan jiwaku.
Saat ini asing bagiku.Sungguh.
Aku merindukannya amat sangat.Tia.
Dia mendekat, lalu mengapa aku ingin lari.Kamu benar, aku terlalu pengecut.
Larut kehidupan menghantarku pada lautan.
Tak kupedulikan rintihanmu menginginkanku untuk pulang.
Demi pundi-pundi dan ego yang bertumpuk, kini menjadi debu.
Aku menyesal...
Lembaran surat itu telah menghantam lahir batin.
Karenanya aku disini, mencoba memberanikan diri bersua muka bertemu denganmu.
Seorang waitress bercelemek dengan sopan menanyakan menu dalam bahasa Jerman
Kupesan makanan kesukaanmu Tia.
Meski remuk redam tubuh karena perjalanan ini, kuusahakan tetap ramah di negeri orang.
Ah... Tia seandainya bisa.seandainya bisa.
Aku dengan keputusan gila itu akan bersamamu disini.Nyatanya tidak.
YOU ARE READING
Just A Journey
RomanceSherin dan Keane sepasang muda mudi yang dipisahkan oleh keadaan, dipertemukan oleh waktu dan saat yang tak terduga. Di tengah perhelatan luka batin yang dialami keduanya, ternyata jarak lah yang mampu menyembuhkan jiwa mereka. Akankah mereka bersat...