Zahra berdiri dari jongkoknya lalu berkata, "GUE CAPEK"

Bintan mengangguk dan juga membulatkan mulutnya.
"FIA MANA?" Tanya Bintan dengan suara yang sangat menggelegar.

"AMAN KOK" balas Zahra sambil mengangkat ibu jarinya dan tersenyum gembira.

"YA UDAH, SINI" Zahra melangkahkan kakinya menuju cewek chubby itu.

*****

Fia mengucapkan terima kasih kepada Fandy yang sudah mau mengantarkannya pulang di waktu yang sudah menujukkan pukul satu dini hari.

Gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tak bersemangat, matanya masih sembab akibat menangis karena matanya telah menangkap adegan yang sangat menyakiti perasaannya malam ini.

Fia membuka pintu utama rumahnya lalu mengucapkan salam, walaupun ia yakin tidak akan ada yang menjawabnya. Namun, perkiraannya salah, suara lembut milik Mamanya, suara bariton milik Papanya, suara khas bangun tidur milik Rifqi dan juga suara seseorang yang tidak pernah Fia dengar sebelumnya masuk ke indra pendengarannya secara bersamaan.

Fia tercengang saat indra penglihatannya menangkap sosok gadis yang sangat mirip dengan dirinya, bahkan sama, hanya saja kedua matanya lebih teduh dibanding milik Fia.

"Mah? Dia siapa? Kok mirip sama aku?" Tanyanya sambil terus mengucek kedua matanya.

"Hm... Di-a, di-a-" Mama Fia tidak tahu ingin berkata apa, hingga suara asing itu masuk lagi ke indra pendengaran Fia.

"Fia. Aku Fey, saudara kembar kamu" Jantung Fia terasa ingin berhenti dan juga matanya membulat dengan sempurna.

"Saudara kembar?" Tanya Fia tak percaya.

"Gue gak pernah punya saudara kembar" lanjutnya lalu membuat gadis bernama Fey itu tersenyum kecewa.

"Mah? Pah? Dia siapa?" Fia menatap kedua orang tuanya dengan tatapan yang penuh dengan tanda tanya.

"Bener kata Fey. Dia saudara kembar kamu" jawab Saleh sambil menatap anak keduanya itu.

Fia menautkan kedua alisnya sambil membuka mulutnya, "Kenapa aku gak tau?" Tanyanya dengan suara kecewanya.

"Ma-afin Mama Fi" kata wanita paruh baya yang sangat Fia sayangi.

"Kenapa Mah? Fia gak ngerti"

Fia tidak bisa menangkap dan membuat kesimpulan akan apa yang terjadi. Mengapa Mama dan Papanya membiarkan gadis itu untuk tidak mengetahui tentang saudaranya yang satu ini, bahkan saudara kembarnya.

Kedua orang tua Fia hanya terdiam dan saling menatap satu sama lain, keduanya bingung hendak mulai menjelaskan semuanya darimana.

Fia mengusap wajahnya, "Mah, Pah, jelasin ke Fia. Kenapa?" Suara Fia terdengar naik satu oktaf.

Saleh menghela nafasnya dengan berat, "Maafin papa sama mama yang gak kasih tau semua ini sama kamu. Karna semua ini demi kebaikan kamu dan Fey" ucapan itu masih belum bisa dicerna oleh otak Fia, gadis itu masih tak mengerti dengan semua ini. Sedangkan Fey, gadis itu hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.

"Bang, apa lo tau semua ini?" Mata Fia berpaling menatap Rifqi yang masih diam di tempatnya. Kakaknya itu menggeleng dengan pelan.

"Fia" panggil Mamanya dengan lembut.

"Mama tau kamu kecewa sama kami, tapi mama cuman mau lindungin kalian berdua. Mama sayang sama kalian" ucapan wanita itu membuat Fia lagi-lagi tak mengerti.

Fia masih menunggu lanjutan dari ucapan Mamanya itu. "Kalian itu punya ikatan batin yang kuat sekali, kalau kalian selalu didekatkan, kalian selalu sakit-sakitan. Waktu umur kalian dua tahun, Fey demam tinggi banget sampai dia kejang, dan di waktu itu juga, kamu yang baik-baik aja, jadi kayak Fey entah karena faktor apa. Itu bener-bener membuat mama gak tega lihatnya"

Sinta menelan ludahnya lalu melanjutkan ucapannya. "Dan kata eyang kalian, mungkin kalian memang harus dipisahin biar kalian bisa hidup tenang satu sama lain. Waktu itu mama gak mau, tapi karna mama sayang sama kalian dan pengen lihat kalian tumbuh kayak sekarang, mama relain Fey tinggal sama Om Danny di Amerika" Satu bulir bening meluncur di pipi wanita paruh baya itu, sedangkan Fia masih setia mendengar semua ucapan Mamanya. Tetapi, gadis itu sudah merasa sesak di dadanya dan sebulir air sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Dulu, setiap lima bulan sekali mama jengukin Fey di Amerika, tapi, sekarang mama cuman bisa setahun sekali jengukin Fey. Tapi, setiap hari Mama nelfon Fey untuk tahu kabarnya"

Fia menghela nafasnya, "Apa Fey tahu kalau aku kembarannya?" Sinta mengangguk atas pertanyaan anaknya itu.

Fia menarik nafasnya lalu menggigit bibir bawahnya. "Kenapa mama gak kasih tau aku juga?" Tanya Fia dengan air mata yang sudah semakin deras meluncur membasahi pipinya.

"Karena mama gak mau kejadian waktu kalian umur dua tahun itu terjadi lagi. Mama takut, kalau kalian saling kenal dan selalu berhubungan setiap hari, ikatan kalian itu semakin kuat, dan itu mungkin bisa bikin sakit yang dialami oleh Fey sekarang, bakal dialami juga sama kamu, Fia. Mama takut itu" ucapnya lagi. Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam mendengarkan semua penjelasan dari wanita itu.

Sinta berdiri dari duduknya lalu mendekat ke arah Fia yang kini sedang menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Sinta memeluk Fia dengan erat, seakan takut kehilangan anak perempuannya itu. "Mama sayang kamu, bang Rifqi dan Fey. Jangan berpikir kalau mama sama papa jahat karena udah pisahin kamu sama Fey" katanya dengan lembut, membuat Fia tidak tega membiarkan wanita yang memeluknya itu menangis.

Fey juga berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah Fia. "Fia, boleh gak aku peluk kamu? Aku kangen banget sama kamu. Setiap hari, mama cuman kirimin foto kamu" ucapan saudarinya itu membuat hati Fia tersentuh dan entah mengapa ia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Fey saat ini. Ia merindukan seseorang yang bahkan tidak pernah ia tahu sebelumnya.

Fia mengangguk lalu memeluk saudarinya itu dengan sangat erat, bahkan seakan tak ingin lepas dari dekapan saudarinya itu. "Sumpah, kita mirip banget, gue berasa lihat muka gue di cermin" ucap Fia lalu disambung kekehan oleh Fey dan seluruh anggota keluarganya yang lain.

Saleh berdiri dari duduknya lalu menghampiri ketiga perempuan yang ia sayangi, Rifqi juga melakukan hal yang sama seperti Papanya. Saleh menarik istrinya dan juga anak laki-lakinya untuk ikut memeluk Fia dan Fey.

"Sekarang, kita gak bakal pisah-pisah lagi, Fey bakal tinggal di Indonesia sama kita" ucapan Saleh itu membuat seluruh anggota keluarganya tersenyum bahagia.

Fia seakan lupa akan hal yang satu jam lalu membuatnya menangis hingga matanya sembap. Yang ia rasakan sekarang adalah senang karena ia memiliki keluarga yang harmonis dan saling menyayangi satu sama lain.

•••••

Angel(o)Where stories live. Discover now