Chapter 3

2.5K 143 67
                                    

Layaknya hujan, rindu adalah gerimis yang melebat tiba-tiba. Mengingatkanku akan parasmu. Selalu dan tiba-tiba.

***

Aktifitas pagi kami sangatlah sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Sekarang kami berlima sedang berjalan beriringan menuju halte bus biasanya.

"Semalem kemana aja?" Tanya Abiya membuka percakapan dengan syiar sang kekasih.

"Di rumah" ucap syiar singkat masih fokus berjalan tanpa menghiraukan Abiya yang telah memperhatikan tingakahnya sedari tadi.

"Magsud aku..." belum sempat Abiya menuntaskan kata-katanya Syiar langsung mencelahnya.

"Udah udah gue lagi nggak semangat dan males debat" ucap Syiar dingin sambil menoleh ke arah Abiya.

"Hah? Ah iya iya" ucap Abiya bingung sambil memaksakan senyum pada Syiar.

Abiya hanya memperhatikan Syiar yang mulai menjauh darinya. Tanpa pikir panjang Abiya pun mulai melanjutkan langkahnya dan mensejajarkan langkahnya dengan teman-temannya yang lain.

***

Di Bus

"Lo nggak lupa kan?" Ucap Khalid sambil senyum sumringah. Kali ini Syiar memilih duduk dengan Khalid karna sikapnya tadi kepada Abiya ia meresa tidak enak.

"Apaan??" Balas Syiar singkat lagi-lagi tak bersemangat.

"Lo kenapa sih? Belom sarapan?" Tanya Khalid setelah melihat prilaku syiar yang tak bersemangat.

"Semua ini salah elo" ucap Syiar sambil memejamkan matanya dan menyenderkan bahunya pada jendela Bus.

"Lah kok gue? Gue salah apa?" Tanya Khalid polos. Karna memang ia tidak mengetahui penyebab syiar menyalahkannya.

"Berisik!! Mending lo diem" kali ini Syiar benar-benar marah dan masih memejamkan matanya.

"Serah loh dah, yang penting hari ini lo ga lupa kalau ada kumpulan rohis" ucap Khalid mengingatkan Syiar tentang penyebab kebeteannya kali ini. Syiar tidak menjawab dengan kata-kata namun ia menjawab dengan helaan nafas berat menggambarkan bebannya yang teramat berat baginya.

Keadaan langsung hening kembali tak ada pembicaraan di antara mereka Khalid kembali fokus dengan bukunya dan Syiar masih memejamkan matanya untuk merilekskan pikirannya sejenak.

Tak terasa bus yang membawa kami telah sampai di depan SMAN Harapan.

"Gue lupa belum ngerjain PR gue duluan yah" ucap Abiya kikuk sambil berpamitan kepada teman-temannya.

"Ohiyah biya boleh" jawab Hafsah sambil tersenyum kepada Abiya.

"Lah bukannya lo emang tiap hari nggak pernah ngerjain PR" celetuk Khalid kemudian di hadiahi tatapan tajam oleh Abiya.

"Enak aja loh, yaudah pokoknya gue duluan" ucap Abiya kemudian berlalu meninggalkan Khalid, Syiar, dan Hafsah.

Syiar masih dengan kebeteannya dan menampakkan wajah datar tanpa ekspresi, kemudian mereka bertiga pun kembali melanjutkan perjalannya menuju kelas.

Syiar langsung mengahamburkan diri di mejanya meletakan tas dan kembali memejamkan matanya di atas tas. Hari ini sepertinya kami kehilangan Syiar yang selalu ceria, petakilan, garang tapi dingin dan sisi kebad boyannya. Tergantikan oleh Syiar yang tidak bersemangat pergi ke sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan dan HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang