CHAPTER 3 : Kepergian

Começar do início
                                    

"Kau sudah persiapkan semuanya, 'kan?" Tanya Elizabeth sembari memasukkan belati ke dalam kantung yang ada di pinggangnya.

Orlando mengangguk sambil memakai jaket kulit berwarna hitam miliknya, "Sudah semua." Jawabnya singkat.

Elizabeth menoleh untuk menatap Orlando yang terlihat tidak santai atau bisa di bilang tegang dari tadi, "Jangan khawatir dengan Natasha. Dia akan baik-baik saja di sini bersama Hauser." Ujar Elizabeth dengan sangat lembut. Dia sudah menganggap Orlando seperti putranya sendiri.

Orlando menghela nafas pelan, lalu perlahan tersenyum kecil dan mengangguk.

"Kalian sudah siap?" Tanya Hauser dengan suara berat nan lantangnya.

Elizabeth menghela nafas sambil berdiri tegak layaknya wanita tangguh dengan mantel kulit berwarna hitam yang panjang, lalu ia menautkan beberapa kancing agar senjatanya tak terlihat, "Sudah sangat siap." Ucapnya mantap.

Hauser melirik Orlando yang menatap kosong ke arah depan dan tak memperhatikan Hauser yang terus menatapnya di tambah Elizabeth.

"Orlando," Hauser memanggil namanya, tapi yang di panggil ini tidak menyahut dan masih menatap kosong ke arah depan, melirik sedikit pun tidak, "Orlando!" Seru Hauser yang terdengar jelas suara beratnya di telinga Orlando.

Membuat pria itu menoleh, tapi wajahnya masih datar tanpa senyuman.

"Fokus! Ingat untuk selalu fokus!" Ucap Hauser penuh penekanan. Kemudian, ia melangkah mendekati Orlando, "Jangan memikirkan yang lain, Orlando. Kau akan ke pergi ke tempat yang jauh dan di sana banyak iblis yang bahkan menyamar menjadi manusia. Kenali tanda dan gerak-geriknya!" Ucap Hauser layaknya komandan yang sedang menegur bawahannya yang tak disiplin.

Orlando mengangguk perlahan.

"Dia benar, Orlando. Fokus!" Suara Natasha yang menggema di ruang senjata itu membuat Elizabeth, Hauser, dan Orlando menoleh.

Mereka bertiga terkejut melihat penampilan Natasha yang sudah siap bertarung. Memakai celana panjang agak ketat dan sepatu boots high heels semacam perpadun itu. Dan bajunya yang di balut dengan jaket kulit berwarna hitam dengan dalaman hitam. Intinya ia memakai pakaian serba hitam, ibarat malaikat maut.

Dia berjalan melewati Elizabeth, Hauser, dan Orlando menuju ke lemari belati dan mengambil satu belati paling tajam dan merupakan favoritnya saat latihan. Lalu, ia memasukkan belati itu ke tempatnya yang sudah di siapkan di kantung pinggangnya.

Dia berbalik dan mendapati tatapan Orlando yang terkejut melihatnya, "Apa?" Natasha mengernyit, "Ayo, bukankah kita akan pergi?" Ajak Natasha sambil mendekati Orlando.

Kemudian, Natasha beralih menatap Elizabeth, "Bu, aku akan pergi." Ujarnya sembari mengangguk perlahan.

"Baiklah, aku akan mengantar kalian lewat portal saja." Ujar Hauser.

Natasha mengernyit, "Aku pikir kami pergi berjalan kaki atau naik sesuatu?" Natasha terkejut.

Hauser tergelak pelan, "Tentu saja tidak. Memangnya kalian mau pergi ke Los Angeles dengan berjalan kaki?" Kata Hauser dan membuat Natasha terdiam, "Ayo, kita menuju ke portal."

Natasha menggeleng tak percaya ketika tahu bahwa ternyata portal tersebut berada di dalam ruangan indah yang di tunjukkan oleh Orlando saat malam di hari ulang tahunnya.

"Keajaiban di dalam air!" Seru Hauser dengan suara berat yang menggema di penjuru ruangan.

Seketika itu pula sebuah portal keluar dari dalam air yang berkelap-kelip tersebut.

Semua pasang mata mengarah pada portal tersebut. Terlebih lagi Natasha yang terlihat membelalakkan kedua matanya. Dia terlihat takjub.

Setelah portal sepenuhnya keluar dari air, Hauser membuka segel besarnya dengan memutar menggunakan sebuah batu. Batu pemburu iblis yang di milikinya berwarna merah tua.

Pintu portal pun perlahan-lahan terbuka lebar dan memperlihatkan sebuah pantulan.

Natasha melangkah untuk melihat lebih dekat. Dia berdiri di samping Hauser yang berdiri di tengah-tengah portal.

"Lihat, itu pantulan dirimu, 'kan?" Kata Hauser, "Sekarang kau sentuh pantulan itu." Perintah Hauser.

Perlahan Natasha melangkah maju dan menyentuh pantulan dirinya bak sedang berdiri di hadapan cermin bundar raksasa. Dan ternyata permukaannya tidak sekeras kaca cermin, tapi bergoyang seperti air yang di sentuh secara perlahan.

"Apa ini aman?" Tanya Orlando.

Hauser melipat kedua tangannya di dada, "Tentu saja aman. Tapi, benda apa pun memiliki suatu kelemahan. Itu berarti portal ini juga memiliki sebuah kelemahan yang bisa membahayakan siapa saja, jika kita tak menggunakannnya tidak sesuai peraturan." Jawab Hauser.

Natasha melangkah mundur dan menatap Hauser, "Aku memiliki perasaan yang tidak enak soal ini..." Natasha memberi jeda sembari melihat sekilas ke arah portal lagi.

Hauser tersenyum, "Jangan khawatir, Nath. Portal ini hanya menembus ke portal yang ada di institut Los Angeles. Dan yang bisa mengaktifkannya hanya institut ini saja." Ujar Hauser.

Natasha mengangguk-anggukan kepalanya, "Baiklah, apa aku dan Orlando bisa pergi sekarang?" Tanya Natasha yang sangat tidak sabar

Hauser menaikkan jari telunjuknya, "Tunggu sebentar." Hauser berpikir sejenak, "Ah iya, menjemput dua ksatria ini tidaklah mudah. Tidak semudah seperti kau memetik buah dan memasukkannya ke dalam keranjang." Hauser menghela nafas dalam, "Pasti ada rintangan dan halangan. Pastikan senjata kalian lengkap untuk bertarung. Hanya sekedar berjaga-jaga jika yang kalian lawan bukanlah manusia biasa. Selalu ingat untuk berkonsentrasi dan berpikiran positif." Lanjut Hauser dengan tatapan serius.

"Jika kalian benar-benar sudah bersama dua ksatria, segeralah kembali." Sambung Hauser, "Ingat, dua ksatria." Lanjut Hauser penuh penekanan.

Orlando berjalan dan berdiri di samping Natasha. Mereka berdua menghadap ke portal.

"Saat menyebrang lewat portal, tahanlah nafas. Hanya membutuhkan waktu satu menit saja," Hauser berdiri di belakang Natasha dan Orlando, "Jangan memikirkan hal lain. Cukup misi kalian saja. Jika kalian berpikir yang lain, bisa-bisa kalian terpisah di dalam portal dan membuka portal cadangan. Tetapi, portal cadangan tidak bisa di buka oleh sembarang orang." Ucap Hauser pelan.

Natasha dan Orlando saling bertatapan sekilas, lalu mereka bergandengan tangan. Natasha menghela nafas dalam, begitu pula dengan Orlando.

"Kami siap." Ucap Orlando mantap.

"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang." Balas Hauser, "Berhati-hatilah." Ucapnya pelan.

Tepat setelah Hauser berkata seperti itu, Natasha dan Orlando memasuki portal tersebut. Saat mereka berdua memasuki portal tersebut terlihat seperti mereka menyeburkan diri ke dalam cairan kental, tetapi tak tumpah ke mana-mana.

Elizabeth menautkan jari-jemarinya khawatir. Dia merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Sesuatu yang jahat seperti menanti Natasha dan Orlando.

Sesuatu yang jahat.

***<>***

Hai, hai! Sudah lama ya, seharusnya janjinya bisa selesai cepat untuk revisian. Tapi, ada begitu banyak kendala yang mengharuskan saya berhenti menulis di tengah jalan :)

Semoga suka dengan revisian ini, saya akan mencoba konsisten untuk mengupdate!

With Love,

Mrs. Black

My BodyOnde histórias criam vida. Descubra agora