"Jadi bagaimana sekarang?" tanya Ji Eun yang sedari tadi diam.

"Entahlah." perempuan itu menggedikkan bahunya.

Oh ya kalian pasti bingung siapa sebenarnya perempuan itu? Baiklah akan aku perkenalkan secara singkat siapa perempuan itu. Perempuan itu bernama Park Jiyeon, umurnya 23 tahun. Dia adalah putri kedua dari keluarga Park –salah satu keluarga terpandang di Korea. Hobinya adalah shopping barang-barang mahal, pergi ke club atau ke cafe dan berkumpul dengan teman-temannya. Ya lebih tepatnya hobi Jiyeon adalah melakukan segala aktivitas yang dapat membuat hatinya senang.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel, dan itu berasal dari ponsel Ji Eun tiba-tiba. Ji Eun menatap ponselnya sekilas lalu menatap Jiyeon. "Ayahmu meneleponku Jiy."

Jiyeon menggelengkan kepalanya "Jangan diangkat."

"Nde?" Ji Eun mengerejapkan matanya sekali. "Tapi aku sudah mengangkatnya. Ini bicaralah dengan appa-mu." Ji Eun dengan buru-buru memberikan ponselnya pada Jiyeon, lalu setelahnya dia menyibukan diri dengan minumannya, menghindari tatapan tajam yang diberikan oleh sahabatnya itu.

'Aish... dia ini kenapa malah mengangkatnya.' Omel Jiyeon dalam hati. Tangannya mengambil alih ponsel Ji Eun.

"Halo." Ucap Jiyeon malas.

"Yeonnie kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Cepat pulang sekarang. Dia sudah menunggu terlalu lama." Ujar sang ayah dari seberang sana.

"Aku tidak mau pulang ayah. Aku...ehm..." Jiyeon melirik temannya satu-persatu seolah-olah mencari bantuan untuk membuat alasan, tapi teman-temannya hanya diam sambil menggedikkan bahunya.

'Aish..' umpatnya dalam hati.

"Aku tidak mau pulang karena Suzy sakit. Aku harus menemaninya pergi ke rumah sakit." Bohong Jiyeon yang langsung dihadiahi pukulan oleh Suzy dilengannya. Jiyeon meringis.

"Yeonnie, ayah tahu kau sedang berbohong. Jadi cepat pulang atau ayah akan memblokir semua kartu kreditmu." Ancam tn. Park dan Jiyeon terkejut, benar-benar terkejut. Pasalnya sang ayah tidak pernah sekalipun mengancam dirinya tapi baru saja dia mendengar kalau ayahnya sedang mengancam dirinya dengan memblokir semua kartu kreditnya. Heol, apa dia sedang bermimpi?

"Ayah!"

"Pulang."

"Ish! Tidak mau!"

"Baiklah kalau begitu, ayah akan__."

"Araso, aku akan pulang. Puas?" –PIP Jiyeon mematikan sambungan telepon itu dan Ji Eun buru-buru mengambil ponselnya, -dia tidak mau ponselnya menjadi korban selanjutnya, karena itu adalah ponsel baru miliknya.

"Apa kata ayahmu?" tanya Suzy.

"Ayah gila. Dia benar-benar sudah gila." Suzy, Ji Eun, dan Eunji mengerenyitkan dahinya, bingung dengan ucapan Jiyeon yang mengatakan kalau ayahnya gila.

"Ayah baru saja mengancamku dengan memblokir semua kartu kreditku kalau aku tidak pulang ke rumah sekarang." Kini Suzy, Ji Eun dan Eunji mengerti kenapa Jiyeon tiba-tiba mengatakan kalau ayahnya gila.

"Aku tidak mengerti kenapa ayah mengancamku untuk pulang dan bertemu dengan pria itu." Teman-temannya sengaja diam dan lebih memilih mendengarkan gerutuan yang dikeluarkan oleh Jiyeon.

"Memangnya pria itu siapa? Putra kerajaan? Putra presiden?" Jiyeon menghela napas lalu memandang satu persatu temannya. "Kalau ayah benar-benar ingin menikahkanku dengan pria itu bagaimana?" tanyanya kemudian.

Suzy, Ji Eun, dan Eunji saling berpandangan, lalu dengan serempak mengatakan "Ya menikah saja."

Dan Jiyeon mendengus kesal.

Le Samedi [COMPLETE]Where stories live. Discover now