*****
Mata Fia menyapu ke seluruh penjuru kafe saat gadis itu telah tiba di sebuah kafe sebrang jalan perumahannya.

Berhubung malam ini adalah malam minggu, Fia bersama dua temannya-Zahra dan Bintan- janjian untuk mengerjakan tugas kelompok mereka di kafe.

Bola mata Fia tidak menangkap sosok yang akan ia temui. Dirinya masih berdiri di dekat pintu masuk kafe untuk menentukan tempat yang akan membuatnya nyaman.

Lonceng yang berada di atas pintu kafe berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk. Fia menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang datang. Kedua retinanya menangkap sosok lelaki jangkung dengan jaket berwarna navy yang dalamannya berupa kaos berwarna putih bersih tengah berdiri di sebelahnya.

"Angelo" sapa Fia yang membuat lelaki itu menatap Fia.

Fia melemparkan senyuman ke arah Angelo, namun yang disapa masih membisu dan hanya menampilkan wajah datarnya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Fia bermaksud mencairkan suasana.

"Kepo!" Seru Angelo lantas berjalan ke arah meja yang berada di dekat jendela kafe. Fia mengikuti langkah Angelo lalu duduk di kursi depan lelaki itu.

"Boleh kan gue duduk disini?" Angelo mengerling mata tanpa menjawab pertanyaan Fia.

Fia memanggil seorang pelayan lalu memesan segelas Caramel Macchiato untuk dirinya, dan Angelo juga memesan segelas
Cappucino late.

Tidak lama dari itu, hujan mulai turun mengguyur kota Jakarta dengan cukup deras, membuat suasana malam makin dingin, namun terasa nyaman. Tak lama, suara notifikasi salah satu aplikasi chat Fia berbunyi, menandakan satu pesan masuk ke ponsel Fia.

Zahra Cungkring👌🏻

Fi, gue sama Bintan berteduh di halte dulu ya

Ya udah iya

Fia memutar bola matanya malas lalu melihat ke luar jendela menikmati suasana hujan malam itu. Lelaki yang duduk di depannya juga melakukan hal yang sama.

"Lo ngapain kesini? Janjian sama seseorang?" Angelo menoleh ke arah Fia.

"Bukan urusan lo" balasnya dingin sedingin suasana di luar kafe.

"Lo itu kenapa sih? Kalau ditanya, jawabnya bikin sakit hati aja. Kadang malah nggak dijawab"

"Kalau jawaban gue nyakitin, ya lo nggak usah nanya" Fia melemparkan ekspresi sebal kepada Angelo.

"Terus, kalau gue nggak nanya dan lo juga nggak nanya ke gue, kita bakal diam-diam kayak dua orang bisu yang ketemu, gitu?" Tanya Fia sambil mengangkat kedua alisnya.

"Terserah" balas Angelo datar.

"Angelo, kenapa sih lo itu kalau lagi sama gue ngomongnya irit banget, terus dingin, cuek, dan nggak pernah senyum. Tapi kalau sama temen-temen lo, lo bisa senyum, malahan gue pernah lihat lo ketawa bareng mereka. Emang apa bedanya gue sama temen-temen lo?"

Kontak mata mereka bertemu saat Angelo menatap Fia cukup lama, membuat pipi Fia bersemu merah seperti cabe merah dan debaran jantung gadis itu makin cepat.

"Lo cewek dan temen-temen gue cowok" jawabnya dengan santai.

Fia menepuk jidatnya, "kalau itu gue juga tau. Maksud gue, hal apa yang bikin temen-temen lo itu bisa jadiin lo orang yang nggak dingin saat bareng mereka?" Angelo mengedikkan kedua bahunya sebagai balasan untuk pertanyaan Fia.

Fia meremas tangannya sebal. "Gue cuman mau temenan sama lo kok. Gue cuman pengen lo jadi temen gue" Sedikit ada pemaksaan dari ucapan gadis itu, namun ia tidak menyadarinya.

Angelo menautkan kedua alisnya. "Kenapa harus gue? Kan banyak cowok lain"

Fia gelagapan, bingung hendak menjawab apa. "Ya... alasannya cuman gue dan Allah yang tau, lo nggak boleh tau"

"Tapi, gue nggak mau jahatin lo kok. Sumpah" lanjutnya sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf 'V' untuk menyakinkan Angelo.

Angelo menimang-nimang setiap perkataan yang barusan diucapkan oleh Fia. Lelaki itu percaya jika Fia tidak akan menyakiti dirinya, namun perasaannya seperti menolak untuk menerima seorang perempuan walaupun hanya sebatas teman.

Cukup lama Angelo tidak membalas perkataan Fia, sampai seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka berdua dan hujan diluar sedikit mereda.

Sekitar lima menit kemudian, kedua teman Fia datang bersamaan dengan Reyvan. Fia melambaikan tangannya bermaksud memberitahu kedua temannya bahwa dirinya ada disana.

"Angelo, itu bukannya temen lo" Angelo memutar kepalanya hendak melihat seseorang yang dimaksud Fia.

"Yayang Jelokuuhh" teriak Reyvan saat kedua matanya menangkap sosok Angelo. Teriakannya membuat seisi kafe menatap Reyvan bingung. Angelo menutup wajahnya dengan jaket yang ia kenakan, malu atas kelakuan Reyvan yang alay.

"Maaf ya yayang aku telat. Soalnya harus anter mama ke rumah tante dulu" Angelo bergedik jijik mendengar perkataan Reyvan, namun ketiga perempuan di depan mereka tertawa melihat tingkah Reyvan.

"Gue musnahin juga lo!" seru Angelo kepada Reyvan dan membuat lelaki itu bergedik ngeri.

••••••

Makasih udah baca sampai sejauh ini💙
Jangan lupa vote dan komen :)

Angel(o)Where stories live. Discover now