"Yahh baiklah, sekarang sepertinya kita harus mencari kunci agar bisa membuka pintu itu." Ucap Ho Seok mencoba menarik kunci yang ada dalam genggaman tanganku.

"Tunggu dulu, sepertinya ruangan ini juga sepi, lihat lampunya tidak dinyalakan." Ucapku kembali menarik kunci itu dan menunjuk ruang kelas yang bertuliskan 11- 2.

"Iya Jungkook benar, bagaimana kalau kita coba membuka ruangan ini terlebih dahulu, jika ruangan ini terbuka berarti kunci selanjutnya adalah ruangan itu kan?" Ucap Jimin lalu merebut kunci dari tanganku dan mencoba mencari kunci yang sesuai untuk membuka ruangan 11- 2 itu. Cukup lama kami berkutat dengan puluhan atau mungkin ratusan kunci itu dan hal itu membuat kami bosan, dan memaksa kami untuk duduk di tengah jalan membiarkan Jimin mencoba membuka ruangan itu sendirian, sementara Ho Seok malah bermain-main dengan surat dari Shin Ra, membuat sebuah perahu, bebek, pesawat, serta bentuk hati dari keempat kertas tersebut yang langsung membuatku menegurnya karena melipatnya seperti itu tanpa seizinku sementara aku hanya mendapatkan cengirian khas Ho Seok dan dia pun langsung mengembalikan kertas tersebut seperti semula.

"Dapat!" Ucap Jimin begitu merasakan bahwa kunci itu sesuai dan langsung membuka ruangan itu lalu aku pun memutuskan untuk langsung masuk sementara yang lainnya malah pergi ke ruangan sebelah untuk membukannya.

Hal yang aku dapat saat pertama kali membukanya adalah gelap, dan aku pun memutuskan untuk mencari saklar lampu lalu menyalakannya.

Kosong.

Tidak ada apa-apa di dalam sini kecuali kursi- kursi yang kosong, papan tulis dan segala hal berbau ruang kelas lainnya.

"Tunggu dulu, kenapa ada pisang diatas meja guru? Apa aku boleh mengambilnya? Ahh sepertinya tidak papa." Gumamku kepada diri sendiri karena di ruangan ini tidak ada siapa-siapa selain aku, lalu aku pun mengambil pisang tersebut dan langsung keluar dari ruangan kosong itu.

"Lihat aku menemukan surat dan pisang ini di dalam." Ucap Ho Seok seraya mengacungkan kedua benda yang dimaksudnya padaku.

"Aku ingin pisang itu tapi Ho Seok tidak memberikannya padaku." Keluh Jimin saat baru keluar dari ruang kelas seraya memperlihatkan raut muka masamnya.

"Jika kau mau, ambil pisang ini." Ucapku seraya memberikan pisang yang sejak tadi aku pegang kepada Jimin yang ditanggapi dengan ucapan terima kasih dan langsung memakannya begitu saja diikuti dengan Ho Seok yang juga memakan pisang yang berada ditangannya.

"Coba baca surat itu." Ucap Tae Hyung penasaran dengan amplop yang tengah dipegang Ho Seok, dia tidak sabar jika harus menunggu hingga Ho Seok selesai memakan pisang dan langsung merebut amplop surat itu dari tangan Ho Seok yang hanya ditanggapi gerutuan dan umpatan yang tidak karuan dari Ho Seok karena mengganggunya.

"Jika kau ingin menemuiku datanglah ke kelas 12- 2." Ucap Tae Hyung membaca isi surat tersebut dengan suara yang bisa kami bertiga dengar.

"Apa-apaan ini? Aku tidak mengerti apa sebenarnya maunya?" Ucap Ho Seok mulai frustasi.

"Sudahlah Ho Seok-ahh, lebih baik sekarang kita langsung ke kelas 12- 2 dan mencari tahu maksud dari surat ini, aku ingat kelas 12- 2 ada di lantai satu di sebelah barat." Ucap Jimin mencoba menenangkan Ho Seok yang mulai naik pitam.

Dan kami pun turun melewati tangga yang tadi kami naiki dan menuju ke gedung seberang taman ini, lalu kami pun meyempatkan diri untuk melihat bunga yang tadi ditunjuk oleh Jimin yang jika aku tidak salah namanya adalah bunga bougenville, tidak ketinggalan kami menyempatkan diri untuk berfoto di depan bunga itu bergantian satu persatu, lalu Jimin serta Ho Seok pun memetik satu batang bunga itu begitu saja yang langsung aku berondong dengan berbagai pertanyaan kehawatiran jika akan di marahi oleh pihak sekolah karena memetik bunga sebanyak itu dan hanya di tanggapi dengan perkataan yang menyebutkan bahwa semua pasti akan baik- baik saja oleh Ho Seok. Setelah dengan berbagai omelan yang terus aku layangkan dan hanya ditanggapi oleh berbagai sangkalan yang masih tetap membuatku hawatir, kami pun akhirnya memutuskan untuk memasuki ruang 12- 2 yang memang berada di sebelah bunga bougenville itu di tanam.

Sepi.

Ruangan yang tadinya ada banyak siswa sekarang malah tidak ada siapa- siapa di dalamnya kecuali seorang yang tengah terduduk dengan tenang di meja guru seperti tengah menunggu sesuatu. Pakaiannya rapi tapi kami tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena dia menggunakan turtle neck berwarna hitam yang menutupi mulut juga hidungnya dan topi fedora hitam yang dia kenakan juga menutupi sebagian wajahnya yang tersisa, dia menggunakan pakaian serba hitam mulai dari sepatu dan celana bahan khas orang- orang yang akan menghadiri acara resmi, baju turtle neck yang dipadu dengan mantel panjang berpotongan lurus, juga topi fedora yang semuanya berwarna hitam. Ketika pertama kali melihatnya aku sempat berpikir jika dia adalah makhluk penunggu ditempat ini atau mungkin malaikat pencabut nyawa.

"Kalian sudah datang? Masuklah, ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian."


_-TO BE CONTINUE-_


MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang