1/ 4

30 4 2
                                    

Warning!!!

FF ini saya ciptakan dengan pemikiran saya sendiri maka sifat tokoh pada FF ini sangat berbeda dengan aslinya dan FF ini mengandung unsur sadism jika dirasa tidak terbiasa, atau tidak kuat disarankan untuk tidak membacanya.


Aku bertanya-tanya ketika melihat sebuah surat terjatuh dari dalam lokerku, aku mencoba membolak mbalik surat itu dan di pojok surat terdapat tulisan 'To : Jeon Jungkook' yang berarti surat itu ditujukan untukku. Tapi ada yang aneh dari surat itu, memang banyak surat yang aku terima tapi semua berwarna cerah bahkan hampir semua berwarna pink dan sudah bisa di tebak apa isi di dalamnya, apalagi kalau bukan surat cinta? Tapi surat ini berbeda, terkesan gotich dengan tulisan latin dan amplop putih yang sudah berwarna kekuningan yang entah itu karena memang seperti itu atau memang sudah termakan umur, yang jelas surat itu benar-benar membuatku tertarik.

"Apa itu? Kau mendapat surat lagi hah?" Ho Seok berujar disampingku ketika menyadari aku tengah memegang sepucuk surat dan langsung merebutnya begitu saja.

"Kenapa amplopnya seperti itu?" Tanya Jimin ketika melihat amplop yang memang terlihat usang itu, lalu merebutnya dari tangan Ho Seok begitu saja dan membukannya tanpa seizinku.

"Apa isinya?" Tae Hyung yang melihat Jimin membuka amplop surat pun langsung mendekatinya diikuti oleh aku dan juga Ho Seok.

"Apa ini? Kenapa seperti ini?" Ho Seok yang bingung dengan isi surat tersebut langsung membolak balikan surat berharap ada yang berubah dengan isi surat tersebut, namun nihil karena isi surat itu hanya terdiri dari tiga lembar kertas. Di kertas pertama terdapat tulisan angka 666 yang dicetak dengan tita berwarna hitam, di kertas kedua terdapat gambar segitiga dengan gambar mata ditengahnya yang digambar dengan tinta merah, dan kertas ketiga entahlah bagaimana aku harus menjelaskannya, itu berisi dua buah lingkaran dimana lingkaran kecil berada didalam lingkaran besar lalu terdapat gambar bintang di tengah kedua lingkaran tersebut yang juga ditulis dengan tinta berwarna merah.

Hening.

Kami mencoba untuk mencermati situasi, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberi kami petunjuk mengenai isi surat itu. Aku yang masih bingung mencoba merebut amplop surat yang masih ada dalam genggaman tangan Jimin, dan mencoba mencari sesuatu dari dalam sana dan pencarian itu pun tidak sia-sia untukku, ternyata terdapat selembar kertas yang tertinggal di dalamnya yang anehnya kenapa tidak menyatu dengan ketiga kertas lainnya? Perlahan aku mencoba membaca surat itu dengan seksama dengan Ho Seok, Jimin, dan Tae Hyung yang mengerubungiku seperti anak ayam sedang diberi makan.

"Ahh ini dari Shin Ra, temanku waktu SD." Aku berteriak senang ketika mendapatkan surat dari seseorang yang memang aku tunggu-tunggu setelah sekian lama, dan aku pikir tidak akan ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.

"Yaaa!! Kenapa kamu berteriak senang mendapat surat dari seorang perempuan? Biasanya kau tidak memperdulikan surat- surat yang kau dapatkan dari perempuan- perempuan bahkan yang paling hits di sekolah kita, tumben sekali kau." Ho Seok yang menyadari perubahan sikapku yang biasanya telihat cool dan acuh di depan perempuan pun langsung membrondongku dengan berbagai pertanyaan yang hanya aku balas dengan senyuman kecut.

"Atau jangan- jangan dia cinta pertamamu? Yang sering kau bilang itu." Tae Hyung yang memang paling sering mendengar curhatanku karena kami sudah sering berada di kelas yang sama semenjak SMP pun langsung menyadarinya.

Iya dia memang cinta pertamaku, aku menyukainnya semenjak kelas 5 SD dan rasa suka itu masih berlanjut hingga sekarang, padahal kami sudah berpisah sekitar 6 tahun yang lalu, setelah upacara kelulusan dia pindah karena harus mengikuti orang tuanya yang memang dipindah tugaskan oleh perusahaan tempat ayahnya bekerja, dan sudah lama kami kehilangan komunikasi, sejak awal perasaanku tidak pernah tersampaikan padanya, untuk mengatakannya aku masih belum memiliki cukup nyali karena aku takut jika aku mengatakannya maka hubungan persahabatan kami akan hancur begitu saja, hingga dia pergi pun aku masih belum sempat mengatakannya. Kini kesempatan itu datang lagi, dan aku masih dengan mantap berkata dalam hati bahwa aku masih menyukainya, namun kali ini aku tidak mau perasaan itu hanya ada dalam lubuk hatiku saja, aku akan mengatakannya secepatnya, PASTI.

MessageWhere stories live. Discover now