^^My Beautifull Sista^^ Part 15

Start from the beginning
                                        

"Elang!! Reyna!! Reyna, Lang!" teriak Yunia panik, Elang menatapnya datar.

"Mau apa sih? Gue gak ada urusan sama dia!" jawab Elang lalu hendak beranjak pergi, namun seseorang mencekal tangannya erat.

"Apa sih? Diko! Lepasin tangan gue!" teriak Elang keras, Diko dapat melihat kesedihan di mata Elang. Ia lalu melepaskan tangan Elang, membiarkannya pergi.

            "She is an accident." Ucap Diko pelan, namun mampu mengnetikan langkahnya. Elang menatap Diko tajam.

"What? You said? Who is she?" tanya Elang cepat. Namun Diko dan Yunia sama-sama diam.

            "Siapa yang kecelakaan?!" teriak Elang keras. yunia menahan tangisnya.

"Reyna, dia... hiks.. 4 hari yang lalu dia kecelakaan, dan dia sekarang koma." Ucap Diana pelan, membuat Elang membeku.

            Empat hari yang lalu? Hari dimana dia mengatakan bahwa ia sangat membenci gadis itu?

"Reyna..."

                                                                     *****

            Elang menatap sosok di hadapannya lekat. Benarkah..... benarkah ini Reyna? Yunia dan Diko masuk mendahului Elang yang masih terpaku di depan pintu.

"Rey? Bangun dong.... Kita kan mau ujian, kok lo tidur?" isak Yunia pelan, namun gadis itu tetap diam. Tetap tidak membuka matanya.

            Elang berjalan menghampiri ranjang itu, dan dia merasa ada sesuatu yang menyiramnya dengan air dingin, tubuhnya terasa kaku dan kelu. Ia melihat sekeliling dan menemukan Arya sedang duduk di sofa, dengan penampilan yang acak-acakan. Apa yang telah terjadi pada gadisnya?!!

            "Rey... kau mendengarku?" bisik Elang serak, ia membelai pipi Reyna lembut, seakan takut bahwa sentuhannya bisa menghancurkan Reyna. ia lalu menggenggam tangan Reyna lembut.

            "Kak Arya, Reyna akan sadar kan?" tanya Yunia pelan, Arya lalu mengangkat kepalanya, membuat Yunia tersentak, pandangan itu... pandangan penuh luka dan penyesalan.

"Dia pasti sadar, jika dia benar-benar sayang dengan kita, dia akan bangun." Ucap Arya lirih. Ia lalu berjalan menghampiri Elang, ia menatap Elang lekat.

            "Haaahhh.... Bujuklah dia, aku yakin dia bisa mendengar kita, dan aku mohon padamu, bujuk dia agar dia mau bangun, agar dia mau membuka kedua matanya." Pinta Arya pelan, Elang menatapnya lekat.

"Apa... Apa tidak ada harapan?" bisik Elang lirih, Arya menatap Elang lekat.

            "Apapun yang terjadi, baik semua dokter mengatakan tidak ada harapan, atau mereka mengatakan semua organ tubuh Reyna mengaami penurunan fungsi kembali, aku tidak peduli! Reyna akan sadar, dia akan baik-baik saja!" ucap Arya tajam, Elang menatap gadis yang tengah tertidur itu lekat.

            "Dia tidak boleh pergi!" desis Elang lelah, dan tanpa ia sadari, kristal bening itu jatuh dari matanya. "Kau tidak boleh kemana-mana Rey! Tidak boleh!" bisik Elang pelan. ia membelai rambut Reyna lembut.

            "Aku tidak peduli, kau tidak mencintaiku, aku tidak peduli kalau kau membenciku, tapi lihatlah honey... Semua bersedih, semua menangis disini untukmu... Semua menangis karenamu.... Mereka tidak ingin kehilanganmu... Aku tidak ingin kehilangan dirimu Rey..." bisik Elang serak. Yunia menangis dalam pelukan Diko.

"Aku percaya pada kakakmu, kau tidak akan pergi, kau akan tetap disini! Kau akan sembuh... Demi Tuhan, bangunlah...." pinta Elang memohon, Diko menarik Elang berdiri.

            "Jangan menangis disini, kasian Reyna." bisik Diko pelan, ia menatap Yunia dan Elang bergantian. "Kita keluar." Ucap Diko tegas, Elang hanya mengangguk. Hatinya hancur, ia tidak mau kehilangan Reyna!

            Arya menghampiri Reyna kembali. "Kau lihat? Elang sudah kesini, tidakkah kau ingin bangun my dear? Please.... Kakak memohon padamu Rey... Kakak mohon.... Kakak tidak bisa kehilanganmu Rey.... Kakak tidak bisa...."

            Sementara itu, Elang duduk lemah di depan ruangan kamar Reyna. pikirannya kacau.

"Aku rela kau membenciku Rey, asal kau mau bangun... Kumohon..." ucap Elang lirih. Anton yang mendengar hal ini hanya bisa diam. Hatinya juga hancur. Putrinya, ia tidak akan bisa kehilangan putrinya.

                                                                     *****

            "Kau ingin pulang?" tanya lelaki itu, gadis di depannya mengangguk. Lelaki itu terdiam lama.

"Bapak bohong kan waktu Bapak bilang Reyna bisa pulang? Reyna gak akan bisa pulang? Reyna akan mati? Iya?!! Bapak.... Reyna mau ketemu Kak Arya, Reyna mau ketemu Papa... Hiks... Bapak...."

"Sssst.... Bangunlah."

                                                                     *****

            Anton memasuki kamar rawat putrinya dan mengecup kening sang putri lembut. Ia lalu membelai rambut Arya pelan.

"Istirahatlah."Perintahnya, namun Arya menggeleng.

"Adikmu akan sedih jika melihatmu seperti ini, Nak." Bisiknya lagi. Arya tidak peduli, ia kembali menggenggam tangan Reyna dan menciumnya lembut.

            "Arya akan tetap disini." Bisiknya lirih. Anton menghembuskan napas lelah. Ia lalu duduk di samping putranya. Menatap putranya yang terlihat semakin kurus. Dan tiba-tiba....

"Pa... pa..."

            DEG. Satu kata, satu kata yang di ucapkan dengan terbata dan lirih, mampu membuat dua orang lelaki ini terdiam, dan mereka meras aseperti ada sesuatu yang menarik mereka dari kesesatan. Reyna.

            "Dear...?" Anton langsung membelai pipi Reyna lembut, berharap ada kata yang kembali terucap dari mulut putrinya. "Panggil dokter Arya!" perintahnya, membuat Arya segera langsung berlari mencari dokter.

            Anton menatap putrinya lekat, dan air mata itu tidak bisa ia tahan saat kedua kelopak mata itu bergetar, dan perlahan terbuka.

"Sweetheart... Sayang? Kau bisa dengar Papa?" bisik Anton serak di tengah tangisnya. Anton menatap bagaimana mata itu membuka sempurna, dan ia menangis keras saat Reyna mengangguk, dan air mata Reyna jatuh membasahi pipinya.

            "Pa..pa... Kaa..Kak... takut..." bisik Reyna di tengah tangisnya, Anton tersenyum dang menghapus air mata Reya lembut.

"Ssst... My dear... Papa disini..." Anton menatap putrinya lekat. Ini semua nyata bukan? Ini bukan mimpi kan? Anaknya, bidadari kecilnya, telah kembali. Reyna.

                                                                     *****

Loha... Hay.... Akhirnya bisa post juga.. Gimana-gimana? Jelek yah? Maaf kalau feel.nya belum dapet, soalnya udh lama gk nulis.. Oke babay.... sampai ketemu di part selanjutnya... :D

My Beautiful SistaWhere stories live. Discover now