"Tahukan kau Sayang, bahwa hanya karena masalah itulah kau ada disini, hanya karena kelembutan hatimulah kau harus mengalami semua ini Nak." Ucap Anton serius, Reyna menundukkan kepalanya bingung.
"Apa kau senang saat bersama Arya?" tanya lelaki itu, Reyna mengangguk. "Dan bersama Elang?" lanjutnya, dan Reyna kembali mengangguk.
"Apa kau merasa nyaman saat bersama Elang?" dan lagi-lagi Reyna mengangguk. Lelaki itu tertawa, "dan kau pasti juga nyaman bersama Arya bukan?" tanyanya lagi. Dan Reyna tersenyum membenarkan.
"Apa kau merasa damai saat bersama Elang? Apa kau merasa ada desiran kehangatan saat kau bersama Elang?" tanyanya lagi, dan untuk satu pertanyaan ini, Reyna terdiam seketika.
"Apa kau merasakan perasaan tiu pada Arya?" tanyanya lgi, dan Reyna mengangkat kepalanya dan memandang laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.
"Bapak... Reyna..." Reyna tak snaggup melanjutkan kalimatnya karena butiran kristal bening itu jatuh tak terhenti.
"Sssst... Jangan menangis sayang...." ucap lelaki itu lalu menarik Reyna ke dalam pelukannya.
"Reyna mau pulang.... Reyna harus minta maaf sama mereka... hiks...." isak Reyna pelan. lelaki itu membelai rambut Reyna lembut.
"Berdoalah Nak, hanya Allah yang bisa menolong kamu. Bapak tidak bisa berbuat apa-apa." Dan saat itu juga tangis Reyna pecah. Reyna memeluk lelaki itu erat.
"Reyna mau pulang... Papa... hiks... Papa....!!"
*****
"REYNA!!" teriakan itu membuat Diana langsung terjaga. Ia segera berlari ke arah sang suami.
"Papa? Papa kenapa?" tanya Diana khawatir. "Papa mimpi?" tanya Diana, namun Anton tidak menjawab dan berlari masuk ke kamar rawat Reyna, dan ia menghela napas lega saat menemukan Reyna masih disana. Reyna masih bernapas. Ia menghampiri sang putri yang masih betah dalam tidur panjangnya. Dan ia merasa hatinya kembali perih saat masih menemukan sang putra duduk di sudut ruangan dengan pandangan kosong.
"Tidurlah Nak, biar Papa yang menjaga adikmu." Bisik Anton, namun Arya menggeleng.
"Arya belum ngantuk Pa." Jawab Arya pelan, dan Anton hanya bisa diam. Ia lalu duduk di kursi disamping ranjang putrinya. Ia mengecup kening putrinya lembut.
"Papa bermimpi, Papa bermimpi kau menangis... Kau memanggil-manggil Papa. Tapi Papa tidak bissa menjangkaumu. Papa minta maaf." Bisik Anton lirih. Ia menggenggam tangan Reyna lembut, mencium jarinya satu persatu.
"Apa kau menangis disana, Papa mohon, buka matamu. Papa mohon. Rey.... Papa masih ingin bersamamu Nak... Papa masih ingin, mendampingimu saat kau menjadi seorang mahasiswi, saat kau sudah menjadi sarjana. Saat kau sudah dewasa. Rey... Hiks.."
"Papa ingin mendampingimu, Papa ingin menikahkanmu, menjawa sosok yang sangat penting dalam hidupmu, Papa akan menikahkanmu dengan laki-laki yang pantas untukmu dear... Papa ingin menimang cucu darimu. Papa ingin kau disini!! Reyna... Baby girl, please... I beg you Dear...." isak Anton keras, dan tangisnya semakin keras saat ada air mata yang mengalir dari mata putrinya.
"Kau bisa mendengar Sayang? Kau bisa mendengar Papa? Papa mohon Nak... Reyna..." isak Anton lirih.
Dr. Grace menatap mereka dengan menahan air mata, apa yang harus ia lakukan? Bagaimana mungkin ia harus mengatakan berita ini? "Saya harus memeriksa Reyna." ucap dr. Grace serak. Anton menggeleng.
YOU ARE READING
My Beautiful Sista
RomanceSiapa yang tau bahwa cinta akan datang pada mereka tanpa mereka sadari... Sebuah Cinta yang mungkin terlarang, atau bahkan TAKDIR lah yang melarang mereka bersatu... TAKDIR memang mempertemukan mereka menjadi dua sosok yang saling menyayangi, tapi a...
^^My Beautifull Sista^^ Part 15
Start from the beginning
