"Pergi ke dalam dan buatkan teh untuk kami, Ji Yan! Aku akan berbicara sebentar dengan Orel," ucap Darien pelan seraya menurunkan Ji Yan dari gendongannya. Gadis itu tampak melontarkan tatapan sinis ke arah Orel tapi ia tetap menuruti kata-kata Darien.

"Ada banyak hal yang dapat kau pelajari tentang peperangan, Orel. Semua bergantung dari sisi mana kau ingin mempelajarinya, dan itu juga bergantung dengan tujuanmu dalam mempelajarinya. Jadi sebelum aku mengajarimu tentang semua ini, kau harus terlebih dahulu memberi tahuku, kenapa kau ingin mempelajari tentang peperangan." Darien berkata seraya mengambil tempat untuk duduk di lantai terasnya. Pria itu kemudian memberi arahan agar Orel ikut duduk di sampingnya.

Anak itu menurut, tapi Darien dapat melihat ketidak nyamanan di mata anak itu. Darien ingin tertawa. Ia tak punya bangku di teras belakangnya. Orel, seorang anak yang jelas tumbuh dalam kemewahan, jelas kebingungan saat dihadapkan pada kesederhanaan. Darien tahu perasaan itu. Bagaimanapun juga Darien sendiri pernah mengalaminya. Sekalipun begitu, berbeda dengan Orel, pengalaman pertama Darien terhadap kesederhanaan tidak didapatnya di desa setenang Morbos. Kesederhanaan pertamanya ia dapatkan di medan perang. Dengan kehancuran dan kengerian di sekitarnya.

"Kau adalah seorang penyihir," tegas Orel sambil menatap langsung ke arah Darien.

"Aku adalah seorang tabib—"

"Tapi kau adalah seorang penyihir sebelum kau menjadi tabib. Ayahku bilang kau bertarung di perang sepuluh tahun lalu sebagai seorang penyihir."

Darien mengangkat sebelah alisnya. "Ayahmu tak seharusnya memberi tahumu tentang hal itu, tapi—"

"Aku tidak peduli kalau kau adalah seorang penyihir. Aku tahu anak perempuan yang kau gendong tadi juga adalah seorang penyihir. Beberapa anak di kelasku juga adalah seorang penyihir. Mereka dipanggil ke medan perang, karena kemampuan mereka. Mereka melayani kerajaan ini sementara aku terperangkap di desa ini. Bersembunyi dari peperangan yang sedang terjadi." Orel mengalihkan matanya ke hutan Samsara yang memang berada di belakang pondok Darien.

"Kau ingin belajar mengenai peperangan agar kau dapat melayani kerajaan ini?" tanya Darien pelan yang langsung dijawab Orel dengan anggukan.

"Kenapa?" tanya Darien lagi, yang kemudian membuat Orel menatapnya dengan bingung.

"Apa maksudmu, kenapa? Kerajaan ini—"

"Kerajaan ini adalah tanah kelahiranmu, tapi ia tidak memberimu makan." Darien dengan cepat memotong kata-kata Orel. "Orang tuamu yang memberimu makan. Orang tuamu memastikan dirimu berpenampilan dan berpakaian bagus, membiayai biaya sekolahmu, dan karena itu, sampai kau memiliki kemampuan untuk hidup mandiri tanpa orang tuamu, kepada merekalah kau harus berbakti. Mengenal Ho'okano, aku yakin ia tidak mengirimmu ke sini untuk belajar tentang peperangan padaku."

Anak laki-laki di sampingnya itu terdiam. Darien kemudian menarik napas panjang sebelum kemudian berdiri dari tempatnya. "Terlepas dari semua itu, aku cukup terkesan dengan usahamu. Kau datang padaku untuk mempelajari peperangan, dan bukan bertarung di dalamnya. Ini membuktikan padaku kalau kau bukan seorang petarung."

Orel tampak ingin membuka mulut untuk membantah, tapi Darien dengan cepat mengatupkan bibir anak itu dengan jarinya dan kemudian tersenyum. "Kau mewarisi otak ayahmu, tapi tubuhmu adalah warisan ibumu. Kau tak dapat mengangkat barang berat, dan kau tak dapat berlari dengan kencang, kau tak dapat menghindar saat teman-temanmu mempermainkanmu, dan kau tak dapat melawan saat teman-temanmu menghina warna kulitmu," ucap Darien seraya menunjuk jejas lebam yang hampir hilang di bawah mata Orel. "Teman-temanmu mengatakan kalau kau bukanlah seorang Dontae, karena itu kau ingin membuktikan pada mereka kalau kau adalah seorang Dontae dengan membantu dalam peperangan yang terjadi. Beritahu aku kalau aku salah!" perintah Darien cepat yang hanya dijawab Orel dengan gelengan.

The Healer [Canceled Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang