Prolog

3.5K 234 27
                                    

Sebelum membaca vote dulu ya
lihat juga videonya, biar pas baca
lebih dapet feelnya

Happy Reading 📖 💚

Mahasiswa yang lalu lalang menjalankan aktifitasnya, membuat suasana kampus menjadi riuh. begitu pun dengan Azka yang mulai jenuh menunggu dosen pembimbingnya di depan ruang dosen, kurang lebih sudah setengah jam Azka menunggu tapi dosen pembimbingnya belum juga datang, kini Azka memilih memangku laptopnya dan segera membuka file kumpulan puisi-puisi karyanya. tak perlu banyak berfikir ia langsung mendapatkan ide untuk menulis, meghilangkan rasa jenuhnya ketika menunggu bapak Muhammad Imron S.kom, M.kom selaku dosen pembimbingnya.

Seulas senyumannya kala itu,
mampu mengguncang deguk jantung ku,
sekuat tenaga aku menyembunyikan rasa, tetap saja tak mampu jika tak ku ungkapkan kepadaNya.

Ribuan kali ku tatap senja,
hingga aku tersimpuh manja di hadapaNya, apakah rasa ini akan sama ?,
atau malah sebaliknya ?

Aku memang tak pandai mengucap kata cinta di hadapan mu,
Karena aku tahu, Robbi ku sangat pencemburu.

Satu hal yang perlu kau tau,
meski aku hanya mampu terdiam kaku di hadapan mu, tapi Diam ku tidak dalam doa. ( Seulas Senyuman - Muhammad Azka Arafli)

"Assalamuaikum", mendengar suara yang tak asing bagi Azka, ia segera menutup laptopnya dan mendongakan kepalanya, didapati sosok perempuan mungil nan ayu dengan hijabnya yang menutupi dada, membuat Azka menyimpulkan senyuman manis penuh kebahagiaan.

"Wa'alaikummusallam mbak Rere, mau ketemu pak Imron juga mbak ?", tanya Azka kepada Rere,

"iya mas", jawab Rere singkat sembari tersenyum kepada Azka,

Azka menggeserkan posisi duduknya lalu mempersilahkan Rere untuk duduk disebelahnya "duduk mbak", 

Rere pun tersenyum manis kepada Azka, "terima kasih mas",

"sama-sama mbak", Azka menjawab ucapan Rere dengan singkat.

"sudah dari tadi nunggunya mas ?", tanya Rere kepada Azka.

"lumayan mbak, sudah setengah jam yang lalu saya duduk di depan ruang dosen ini, tapi dari tadi pak Imron nya belum datang juga", jawab Azka gugup menahan degup jantungnya yang berdetak tidak seperti biasanya.

"mungkin....", 

"nah itu pak Imron", belum selesai Rere menjawab perkataan Azka, kalimatnya terpotong ketika Azka melihat pak Imron selaku dosen pembimbing mereka telah berjalan dari kejauhan, Rere pun memusatkan pandangannya kepada bapak Imron selaku dosen pembimbingnya yang berjalan tampat gagah menuju ruang dosen.

"mau mabil Revisian ?", tanya pak Imron kepada Azka dan Rere.

"iya pak", jawab Azka sembari tersenyum, sedang Rere hanya menganggukan kepalanya mantap sembari menyimpulkan senyum manisnya kepada dosen pembimbingnya.

"oke, ikut saya masuk keruang dosen ya", ucap pak Imron kepada Rere dan Azka. mendengar ucapan pak Imron Rere dan Azka pun saling pandang dan melempar senyuman lalu masuk keruang dosen untuk mengambil Revisian skripsi mereka.

"skripsi kalian berdua harus di revisi lagi, ya mungkun 3 kali revisi lagi kalau kalain sungguh-sungguh, kalian bisa maju untuk seminar Proposal", ucap pak Imron dengan tegas.

"baik pak, terima kasih pak, kalau bergitu kami permisi. Assalamualaikum", ucap Azka dan di susul dengan Rere yang mengucap salam kepada dosen pembimbingnya, mereka berdua pun kini keluar dari ruang dosen, di depan ruang dosen Rere dan Azka menyempatkan untuk saling berdiskusi perihal bagian mana saja dari skripsi mereka yang harus di revisi.

DIAM KU TIDAK DALAM DOATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon