Sedangkan orang yang tadi hampir saja menjadikannya makanan kini jatuh tersungkur lumayan jauh didepannya, dengan seseorang berbahu tegap tengah berdiri didepannya dan membuat duo orang vampire tadi melarikan diri.

'Siapapun itu, siapapun yang menolongku aku akan sangat berterimakasih nanti-' ucapnya dalam hati sebelum akhirnya semuanya gelap dengan tubuh kecilnya yang ambruk ke tanah.

"Dia pingsan." Pemuda itu berjongkok lalu mengambil name tag pemuda yang kini tergeletak di depannya.

"Huang renjun ya, hmm apa boleh buat," ucapnya lalu merengkuh tubuh mungil itu kedalam gendongannya.

"Aish bau darahnya mengganggu sekali," gerutunya pelan

"Dia tinggal dimana? Aish merepotkan. " namja itu lalu bergerak cepat dibawah pantulan sinar bulan, bergerak cepat menembus hutan tak jauh dari pusat kota.
.
.
.
Renjun pov.

Aku membuka mataku perlahan dan mendapati diriku tengah berada diruangan yang sama sekali tak kukenal. Aku memutar kembali memori beberapa saat yang lalu.

Aku pulang dari sekolah larut malam

Bertemu dengan orang yang kurasa adalah vampir

Lalu hendak dimakan

Tunggu, dimakan?

Apa aku sudah mati?

"Ahni kau masih hidup." Aku bangkit lalu meringis saat merasakan nyeri dipunggungku lalu menoleh kearah seorang namja yang tampak seumuran denganku tengah duduk tak jauh dari ranjang yang kutempati tengah menatapku datar

"Bagaimana kau-"

"Klise saja, orang orang yang bangun ditempat lain pasti berpikiran seperti itu," ucapnya lagi dan nada nya masih sama, datar.

-cklek-

Aku mengalihkan pandanganku kearah pintu yang menampakkan seorang namja cantik, bahkan cantik sekali untuk ukuran seorang pria tengah tersenyum dengan tangan yang memegang nampan berisikan bubur yang mengepul kan asap.

"Kau sudah bangun? Aku membawakan bubur. Aku tak yakin ini enak atau tidak tapi makanlah," ucapnya lalu meletakkan nampan tadi di nakas disamping tempat tidur.

Aku mencoba tersenyum ramah walaupun banyak tanda tanya di otakku

"Terimakasih banyak, eum tapi boleh aku bertanya sesuatu?" ucapku canggung lalu dibalas anggukan oleh namja cantik itu yang kini duduk dipinggi ranjang yang baru kusadari sangat luas ini

"K-kenapa aku ada disini? Ini dimana?" ucapku akhirnya

"Ah itu, semalam jeno membawamu yang terluka ke rumah ini. Dia bilang kau diserang orang orang aneh saat kebetulan dia lewat disitu" ucapnya walaupun aku tak mengerti sepenuhnya tentang siapa itu jeno dan apa benar aku  terluka.

Ah dan aku baru ingat satu hal. Ibuku pasti sedang khawatir karena aku belum juga pulang.

"A-ano sekarang pukul berapa?" ucapku

"Heum sekitar pukul 8 pagi, kenapa?" aku terkejut, shock. Memang sih hari ini libur tapi pasti orang serumah heboh mencariku.

"Ah pasti keluargamu ya? Ya sudah kau makan lah dulu biar anak itu yang nanti mengantarmu" ucapnya lalu melirik namja yang bernama jeno tadi yang kini menatap tak terima.

"Ah tak mau eomma. Aku lelah" ucapnya, tapi tunggu eomma? Bahkan namja didepannya ini terlihat seperti kakaknya daripada eommanya.

"Lee jeno" dan namja bernama jeno itu mendesah berat dan mengangguk mengiyakan.

"Ah iya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku lee taeyeong dan yang wajahnya seperti papan triplek itu adalah anakku lee jeno. Siapa namamu manis?" aku sedikit merunduk saat dibilang manis, hell bukannya karena tak pernah dibilang seperti itu tapi namja didepanku ini jauh lebih cantik dan manis dariku.

"Renjun, huang renjun" ucapku pelan lalu tersenyum. Dan sebelah tangannya mencubit pipiku gemas

"Astaga kau manis sekali aigoo aku selalu ingin punya anak manis seperti mu. Ah sekarang cepat makan setelah itu jeno akan mengantarmu pulang, panggil saja aku immo atau kalau kau mau eomma juga tak apa haha" ucap taeyeong immo lalu pamit untuk keluar

"Eum jeno-ssi" ucapku lalu orang yang kupanggil sedikit melirik lalu kembali fokus pada bukunya.

"Terimakasih" ucapku dan samar samar ia menganggukkan kepalanya. 

Aku memutuskan untuk cepat menghabiskan bubur yang mulai mendingin untuk cepat cepat sampai kerumah ku.
.
.
.
Tbc~

Hero + Noren (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang