Would You Marry Me?

2.5K 229 56
                                    

Sooyoung mengerjapkan matanya, ia melihat jam yang menempel di dinding kamarnya, pukul tujuh pagi. Dini hari tadi ia baru kembali dari Hongkong setelah lima hari berada disana. Jika bukan karena harus menemani bosnya yang super kekanakan maka ia pasti akan menghabiskan waktu libur akhir tahunnya di rumah.

DRRT..DRRT.. 📲

Ponsel Sooyoung berbunyi tanda ada panggilan masuk.

Sooyoung bangkit dari posisi tidurnya mencoba meraih ponsel yang ia letakkan diatas nakas tapi sayang tidak bisa. Ia melihat kearah perutnya, sebuah tangan melingkar posesif seolah tidak ingin terlepas. Sooyoung menengok ke belakangnya, si empunya lengan masih sibuk berada di dunia mimpinya. Perlahan Sooyoung menyingkirkan lengan itu agar pria di sebelahnya tidak terbangun lalu segera ia mengambil ponsel yang sedaritadi bergetar tidak berhenti.

Sooyoung menghela nafas panjang, tertera nama Ny. Oh tertera disana.

"Yeobseyo.."

"Eoh, baru saja aku akan mematikan sambungan teleponnya. apa dia ada disana?"

Sooyoung melihat kearah pria yang berada disebelahnya yang masih saja terlelap.

"Nde, Ny. Oh. Dia ada disini."

"Aish, bocah itu, selalu saja merepotkanmu. Jam berapa kalian sampai?"

"Sekitar dua dini hari tadi Nyonya." Jawab Sooyoung, matanya masih melekat pada wajah teduh pria dingin yang entah sedang bermimpi apa.

"Yakk, sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu. Aku memiliki Sehun saat masih berusia dua puluh tahun, jadi aku tidak setua itu. Panggil imo, Jiwon Imo, atau eomma saja, bagaimana?"

Sooyoung tersenyum, ibu dari bosnya itu memang selalu baik terhadapnya, "Mana mungkin saya memanggil anda dengan sebutan eomma sedangkan saya memanggil anak anda dengan sebutan Sajangnim."

"Kau ini, ada saja alasanmu. Ck, kenapa kau tidak menikah saja sih dengan bocah tengil itu? Kau tahu aku sama sekali tidak pernah keberatan kau menjadi menantuku. Lagipula semua orang juga kan tahu tidak ada yang bisa mengendalikannya selain dirimu. Kau tahu, rekan kerja suamiku saja sampai memberi julukan baru untuk kalian."

"Benarkah Nyonya?" Sooyoung jadi tidak enak sendiri.

"Hmm..." Ny. Oh meyakinkan Sooyoung, "Mereka bilang singa ganas seperti Oh Sehun ternyata bisa berubah jadi kucing kecil yang imut saat bersama sekretarisnya...Mereka bilang kau itu seperti pawangnya Sehun."

Sooyoung merasa semakin tidak enak hati, dia hanyalah sekretaris direktur. Kalau begini terus lama-lama ia akan dianggap tidak menghormati bosnya. Bagaimanapun Sooyoung masih menyayangi pekerjaannya. Kembali Sooyoung melihat kearah Sehun yang masih menutup mata.

"Park Sooyoung, kau masih disana?" Ny. Oh bertanya karena merasa Sooyoung tiba-tiba diam.

"Ah, maaf Nyonya, nne.. saya masih mendengar anda."

"Ya sudahlah. Aku harus pergi, katakan pada Sehun kalau nanti malam ia harus pulang ke rumah besar, kau juga boleh datang kalau kau mau. Nanti malam akan ada tamu teman suamiku. Anaknya juga salah satu teman Sehun saat di Cambridge."

"Saya rasa berdiam diri di rumah menikmati hari libur terakhir lebih menyenangkan Nyonya, tapi terima kasih atas tawaran anda. Juga akan saya sampaikan pesan anda kepada Oh sajangnim nanti."

"Ya sudah tidak apa-apa, sudah ya. Have a nice Weekend Sooyoungie.."

TUUT

Sambungan telepon pun terputus.

Would You Marry Me ? // Sehun.JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang