Mark Yien's POV
Kembali mendengarnya.
Suara tangisan mereka, terus terdengar hingga menyiksa batinku.
Ingin rasanya terbangun, namun rasanya seperti ada sesuatu yang menghentikan diriku dan membuatku tetap terbaring dalam ketidak sadaranku.
Entah apa ini mimpi lagi. Atau hanya sebuah halusinasi di saat aku terbaring dalam komaku. Hanya saja yang jelas, aku dapat mendengar tangisan orang-orang yang memintaku kembali kepada mereka.
Ah~ Aku rasa, aku sudah membuat kesalahan lagi kepada mereka. Walaupun kini aku terpisah jarak dan ruang yang sempit dengan mereka, namun aku masih bisa mendengarnya.
Sudah ku katakan kepada mereka untuk tidak menangis jika sesuatu terjadi padaku. Ketahuilah, aku akan lebih merasa bahagia jika memang aku harus meninggalkan dunia ini. Setidaknya aku telah menyelamatkan satu nyawa sebelum pada akhirnya nyawaku lah yang harus menggantikannya.
Eomma~
Telingaku mampu menangkap suara tangisannya. Tak sekali dua kali ia memanggil namaku. Membuat batinku benar-benar sakit rasanya. Pada akhirnya, aku membuatnya kembali bersedih. Aku membuatnya kembali berlinangan air mata, dan aku tak menyukai hal itu sebenarnya.
Mungkin aku benar-benar anak yang tak berbakti kepada orang tuanya. Aku baru saja pulang kembali kepada mereka, namun aku membuat mereka kembali menangis karena diriku.
Hanya permintaan maaf saja yang bisa ku lakukan kepada mereka. Karena segalanya telah terjadi. Lagi dan lagi aku membuat mereka ketakutan dan kembali bersedih.
Hanya ucapan terima kasih kepada mereka, karena telah mengerti keadaanku selama ini. Maaf karena selalu membuat kalian khawatir. Namun sepertinya, aku sudah telalu rentan untuk menghadapi keanehan di dalam diriku sendiri.
Beberapa orang mengatakan hal aneh ini adalah penyakit. Namun jika memang ini adalah penyakit, mengapa tak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Bahkan meskipun aku meminum puluhan pil penenang untuk membuatku tidur, tak akan bisa menghapuskan gambaran-gambaran mengerikan yang selalu muncul di dalam mimpiku.
Aku selalu bertanya-tanya, mengapa harus ada siang dan malam. Dan mengapa semua orang harus beristirahat dan tidur di waktu malam hari? Mengapa tak ada yang bisa mengubahnya dengan tidur di siang hari dan beraktivitas di malam hari. Semua hal itu terus terpikirkan di dalam pikiranku.
Setiap malam kembali datang setelah waktu demi waktu berlalu, aku harus kembali melihat sebuah ranjang yang menakutkan bagiku. Ranjang itu nampak menakutkan bahkan membuatku enggan untuk merebahkan tubuhku di atasnya selelah apapun diriku setelah beraktivitas seharian. Menyeramkan. Semua tempat tidur di dunia ini adalah salah satu hal yang menyeramkan bagiku.
Sejak dulu, aku mencoba menghitung sudah berapa tahun lamanya aku merasakan takut ketika harus melihat sebuah ranjang dimanapun aku melihatnya. Lebih dari 10 tahun, atau lebih tepatnya sudah 15 tahun aku tak pernah menjadi seorang manusia normal yang bisa tidur di atas sebuah ranjang dengan tenang.
Terlepas dari bagusnya ranjang itu, tak menarik bagiku untuk merebahkan tubuhku di atasnya.
Setiap kali langkah kakiku masuk ke dalam kamarku, aku hanya melihat sebuah kamar mewah yang terasa kosong dan hampa. Ketika jemariku melepaskan pakaianku satu persatu dan menggantinya dengan sebuah piyama, aku melihatnya seperti sebuah rutinitas di malam hari yang tak akan bisa ku selesaikan pada akhirnya.
Ketika semua orang bergegas menuju ranjang setelah mengenakan piyama mereka, maka aku akan melangkahkan kakiku ke arah sofa panjang yang menjadi tempatku untuk melepaskan kepenatanku setelah seharian ini berakhtivitas.
YOU ARE READING
Passage of The Time (시간의 흐름)
RomancePassage of The Time adalah sebuah kisah pria bernama Mark yang mempunyai sebuah bakat khusus sejak ia berusia 13 tahun. Bakatnya itu mempunyai 2 jalan yang mau tidak mau harus di ambil oleh Mark. Pilihannya adalah, orang lain yang akan terluka, atau...
