Bab 2 : Dia???

6 0 0
                                    

" Cinta itu bahagia dan rumit, bahagia ketika dirasakan dan rumit ketika dipikirkan "

Meskipun sekarang masih jam pelajaran, tapi yuda cs sedang asik menikmati nasi goreng bu Retno dikantin sekolah. Ia dan temannya ngga takut kena omel ibu lusi guru paling kiler seantoro bakti nusa, guru yang bisa bikin murid nakal jadi kicep meskipun hanya ditatapnya.

Tapi memang pada dasarnya Yuda si biang kerok bakti nusa mana takut, jangankan ibu lusi pak jokowipun ia jabanin.

Eh yud lo dikasih makan apa sih sama nyokap lo, kaga ada takut-takutnya, guru kiler kita aja lewat. Jangan-jangan lo makhluk alien yang nyamar jadi manusia untuk ngehancurin bumi lagi, celetuk riski sambil menatap yuda dengan muka paling serius yang dia punya.

Yuda menatap riski temannya yang otaknya dibawah rata-rata itu, dengan tatapan "lo ngajakin berantem"

Otak lo itu gesrek ya ki, demi apapun dah. Demi bumi gandengan sama bulanpun yuda ya manusia, tapi manusia yang terbuat dari baja dilapis perak, plus pake semen lagi. Bwahahahaha, Kali ini Dion ngakak sampai batagor dimulutnya mau keluar.

Yuda yang menjadi bahan tertawaan temannya yang gaje (gak jelas)  itu hanya diam tak berminat meladeni mereka yang otak gesrek semua. Ia lebih memilih menghabiskan nasi gorengnya tanpa satu katapun.

Tidak ada yang tidak kenal seorang Yuda pratolo, si pembuat onar dan salah satu cowok most wanted di SMA Bakti nusa. Di samping itu ia adalah anak dari pemilik sekolah, sehingga banyak siswi bakti nusa yang mau dekat dengan yuda, namun tak ada satupun yang mampu meluluhkan hati si pangeran es. Kadang banyak yang berfikir bahwa yuda seorang gay.

                          ****
Dikelas nanda hanya diam menatap langit dari balik jendela, ia menghela nafas berulang kali berharap hari ini akan cepat berlalu, jika ia memiliki kekuatan super ia akan memutar bumi lebih cepat. Ia ingin suatu saat nanti penantian panjangnya akan berakhir, tak perlu yang mewah keinginannya begitu sederhana, ia hanya tak ingin menjadi beban bagi orang tuanya. Sebenarnya ia begitu lelah, dalam hidupnya tak ada kenangan yang pantas untuk di kenang kembali, hanya satu kenangan yang membuatnya bahagia dan menyesal telah memilikinya. Dalam diamnya ia memikul beban yang berat , namun apa daya ia tak mampu berlari, hanya diam, hanya menerima tanpa mampu bersua.
Ia membuang nafasnya dengan kasar lagi dan lagi, berharap dengan begitu akan membuatnya lebih baik.

Heh nan, lo kok ngelamun aja? Dari tadi gue panggil jg ucap Mifta paraditta sahabat nanda dari SMP yang sekarang SMA bareng plus satu kelas terus dari SMP, kebetulan atau keberuntungan ya itu?.

Lo manggil gue? Ngapain?
Nemenin lo berburu diskonan lagi? Ogah ah, gue capek bentar pulang sekolah gue mau gantiin ibu kerja. Ucap nanda dengan wajah takterdefinisikan.

Lo kok lo yang gantiin? Nyokap lo sakit? Dimana nyokap lo sekarang? Baik-baik aja? Ceroscos Mifta tanpa menjawab pertanyaan nanda.

Bukannya jawab malah balik nanya dengus Nanda sebal, memang Mifta itu tipe orang yang super kepo, bahkan terkadang ia akan jadi stalker jika ada seseorang yang dia anggap misterius.

Mifta terkekeh, ia tau sifat keponya telah muncul kepermukaan.
Iya sorry deh, gue cuman mau ngajakin makan entar, ada kafe deket sekolah yang baru buka, terus ada promo gitu deh, gue kira lo ga sibuk, serunya.
Jadi gimana nyokap lo?

Hemmm, nyokap gue lagi sakit, dari tiga hari yang lalu sih. Gue udah bilang untuk gantiin tapi dilarang terus, alasannya gue harus fokus sekolah biar beasiswa gue ga dicabut, gitu katanya.

Terus nyokap lo berubah pikiran sekarang? Ngebolehin lo gantiin gitu?

Gue yang maksa, ga tega gue liat ibu sakit tapi masih harus kerja, adik gue banyak, biaya hidup mahal, ya mau ga mau gue harus tau diri lah sebagai anak. Ucap Nanda dengan senyum ia berkata gue emang jadi beban, tapi beban yang mengurangi beban yang lain.

Mifta yang melihat sahabatnya setegar ini hanya bisa tersenyum, berharap kelak roda kehidupan Nanda akan berputar.
Iya iya Nanda teguh, ucap Mifta dengan cengiran.

                               ****
Pulang sekolah nanda langsung ketempat kerja ibunya, alamatnya ia dapat tadi pagi, karena dia merengek agar ibunya istirahat saja untuk beberapa hari. Sehingga ibu bisa cepat sembuh, dan kerja lagi ucap Nanda merayu.

Tepat di depan gerbang rumah dengan alamat yang sama dengan kertas ditangannya, ia sedikit tertegun melihat rumah bak istana yang megah dengan halaman yang luas serta mobil-mobil mewah yang terparkir rapi.
Mau cari siapa ya non? Sebuah suara yang mengembalikannya ke dunia nyata.

Eh, saya Nanda pak saya anaknya ibu Siti, ibu saya sakit jadi saya yang gantiin, ucapnya sambil mendekat ke pos satpam.

Oh, gitu ya silahkan masuk, nanti terus aja didalem tanya aja sama iyem kerjaan bu siti apa saja, kata satpam itu ramah sembari membukakan pintu gerbangnya.

Iya makasih pak ya, ucap Nanda yang berlalu pergi.

Sesampainya didalam rumah, nanda langsung menemukan bi iyem yang sedang menyapu lantai sambil bersenandung ria.

Bi iyem ya, saya Nanda anaknya bu siti, mau gantiin kerja ibu saya untuk beberapa hari kedepan kata nanda yang sekarang berada dibelakangnya.

Tak ada sahutan dari orang didepannya, malah semakin asik menyanyi lagu dangdut yang trend tahun 90-an.

Lagi nanda menyapanya, tapi tak ada jawaban yang ia dapat, sebenarnya ia ingin sekali menendang bi iyem ini karena kesalnya namun ia urungkan, sopan santun dan tata krama yang diajarkan orang tuanya seperti sudah mendarah daging dengan tubuhnya.

Ia melangkah maju, agar bisa berhadapan dengan bi iyem, siapa tau bi iyem ini tuli pikirnya.
Namun belum sampai dihadapan bi iyem, sebuah suara mengejutkannya dari belakang.
Bi iyem emang gitu orangnya kalau kerja suka make headset katanya. Suara seorang laki-laki muda yang pernah ia dengar tapi dimana?  Nanda lupa.

Derap langkah kaki semakin terdengar manghampirinya, namun ia masih belum berbalik, entah kenapa jantungnya mulai berdebar, perasaan yang telah mati itu kembali ia rasakan. Apa ini?  Ia semakin tak sanggup membalikan badannya, tubuhnya mendadak kaku, ia terus mengingat dimana ia pernah mendengar suara ini, ayo nanda berfikirlah ucapnya dalam hati.

Namun belum sempat ia mendapatkan jawabannya langkah kaki itu kini berhenti seorang pemuda berdiri disampingnya, pemuda tersebut menarik headset yang ada ditelinga bi iyem, bibi ini kebiasaan banget deh, ada tamu juga katanya seraya menatap cewek disampingnya.

Namun bersamaan Nanda juga menoleh kearahnya, bola matanya membulat, seakan tidak percaya apa yang sedang dia lihat, oksigen disekitarnya terasa semakin menipis dan jantungnya semakin berpacu tak karuan.

Kamu???  Itu kata yang akhirnya mampu ia ucapkan setelah sekian menit menganga oleh sosok yang kini berdiri didepannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melody tak bernadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang