Youth 5 minutes

272 21 1
                                    

God terus mengejarku hingga keluar dari rumah. Namun God berhenti melangkah didepan gedung condonya karena ia tidak mungkin bisa mengejarku yang sudah pergi jauh. Dia memandangiku saja aku pergi dengan hatinya yang merasa bersalah padaku. Aku terlalu bodoh karena aku tidak mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu, apalah dayaku yang masih remaja tidak terlalu mengenal Cinta dan diusiaku ini aku hanya merasakannya tanpa tahu artinya.

Kini aku telah berlari cukup jauh dari condiminiumnya God dan meninggalkan Es pula. Lebih tepatnya kini aku berada berlari menyebrangi jembatan kecil yang terbentang diatas sungai dengan air mataku yang terus berderaian setelah melihat apa yang di lakukan oleh P'God. Sejenak aku berhenti disana meluapkan seluruh emosiku, meluapkan seluruh kesedihanku. Ponselku berdering dan aku mendengarnya, kulihat Es sedang menelfonku. Ku angkat telfon darinya karena mungkin dia sedang mencariku.

"Iya, Es?"
Ucapku menjawab telfon darinya.

"Kau dimana? Aku sudah mencarimu kemana-mana."
ucap Es yang menghawatirkanku.

"Kau tidak perlu mevariku. Aku baik-baik saja. Kau pulanglah."
Pintaku yang menyuruhnya untuk kembali kerumahnya.

"Bagaimana bisa aku meninggalkanmu karena kesalahanku, Peak!!"

Aku lantas mematikan telfonku begitu saja dan meletakan kembali ponselku.

Aku menghadap ke sungai, membiarkan angin menerpa tubuhku. Ingin sekali aku terbang terbawa angin seperti dedaunan yang gugur dari pohonnga, terbang melintas diatas angin dan sampai ditempat yang asing bagiku untuk menyendiri.

"Aaaaaaaaaaa..."

Aku berteriak kencang untuk meluapkan seluruh emosiku. Ta perduli berapa banyak orang yang berada disana menganggapku gila, terpenting aku telah sedikit meringankan beban masalahku. Termasuk seorang pemuda yang duduk diatas jembatan sambil memakai headset dan mungkin ia tidak mendengarkanku.

Aku melihatnya sangat mengasyikan bila duduk diatas seperti dirinya. Aku pun mencoba untuk duduk seperti dia namun ia justru turun dan pergi dari sana. Aku tidak memperdulikannya, karena aku ingin menghibur diriku sendiri. Namun ketika aku hendak ingin menempatkan bokongku, kakiku tergelincir dan hampir saja membuaku terjatuh tetapi seorang pemuda menarik tubuhku dan membuatku jatuh diperlukannya.

Wajahnya yang rupawan dan matanya yang Indah seketika membuatku tersihir olehnya. Ku perhatikan baik-baik pakaiannya ternyata dia adalah pemuda yanh tadi duduk disana. Dia lantas memberdirikanku dan mulai menanyakan keadaanku.

"Apa kau baik-baik saja?"
Suaranya begitu indah menanyakan keadaanku.

"Iya. Terima Kasih."
Jawabku yang berterima Kasih padanya karena telah menyelamatkanku.

"Jangan bertingkah ceroboh lagi disaat kau sedang patah hati, itu akan membahayakan nyawamu."
Ujarnya yang sedang menasehatiku.

"Um. Terima Kasih."
Jawabku yang berterima Kasih karena nasehat darinya.

"Kau melakukan hal ini karena patah hati, kau begitu bodoh."

Aku sedikit tidak mengerti dengan perkataannya, tapi aku sedikit memahami ketika ia menghinaku bodoh. Aku memang sangat bodoh, benar-benar bodoh.

"Kau menangisi kejadian yang tidak kau ketahui bahwa itu hanya kesalah pahaman sehingga membuatmu ingin bunuh diri itu adalah tindakan yang sangat bodoh."
Sambungnya yang sempat terhenti.

Please, Stand By Me !!Where stories live. Discover now