BAB 6

161 62 14
                                    

Heii Babesss!!  Happy Eid Mubarak yaaa!!  The Universe muncul lagi dengan Abang Harry alias Drew alias bebeb kalian semua muncul lebih banyak ya. Go read, votes, and comments.

Pic of the situation in London at night in mulmed.

“Sampai jumpa semua! Aku sayang kalian!” Suara nyaring Sarah yang sedari tadi menggema di seluruh ruangan perlahan mulai menghilang disusul dengan suara gemerincing bel pintu. Sekarang hanya aku dan Demian yang tersisa. Mr. Philip yang tadinya berada di ruangannya pun juga sudah menghilang beberapa menit lalu mendahului Sarah. Lampu-lampu kafe sudah mulai mati satu persatu mengingat sudah waktunya untuk kafe tutup.

“Sarah memang tidak berubah bukan? Kasihan sekali dia harus berpisah dengan kekasihnya, Teddy,”

“Edward, Demian. Kau ini selalu salah dalam menyebut nama orang,”koreksiku membuatnya terkekeh kecil.

“Iya.. Eddy. Si mahasiswa sastra itu bukan?” Aku hanya mendengus kesal ketika Demian masih salah menyebut nama orang. Typical Demian selalu salah dalam menyebut nama orang.

“Kau tak pulang, Demian?” Aku mengerut ketika menatap jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul tujuh malam.

“Oh ya. Kau pulang lebih dulu saja, Amanda. Aku masih harus membuat beberapa adonan untuk besok pagi karena kau tahu weekend selalu ramai bukan? Dan aku tak mau jika nantinya keadaan kafe akan keteteran olehku. Well, mengingat Sarah yang marah padaku waktu itu membuatku ngeri,”ujarnya sembari terkekeh kecil.

Memang waktu itu, Demian yang salah hingga kafe harus buka lebih siang dari biasanya. Aku pun juga terkekeh mengingat betapa marahnya Sarah hingga wajahnya yang pucat menjadi merah padam karena kelakuan Demian yang terlambat satu jam hingga kami harus menunggu di depan kafe seperti orang gila.

“Akan kukunci kafe ini nantinya. Jadi, biar besok saja aku yang membawanya. Lagipula ini juga memang jadwalku untuk membawa kunci,”lanjutnya sambil memasukkan loyang persegi panjang ke dalam oven.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya dan berlalu menuju ruang pegawai untuk mengambil tas jinjing hitamku. Celemek yang sedari tadi kupakai juga kulepas dan kusimpan di loker miliku. Takut-takut jika besok aku lupa membawanya. Aku berjalan menghampiri Demian dan memeluknya singkat. Harus kuakui mungkin memang benar bahwa Demian sedikit ceroboh namun ia memiliki tanggung jawab yang besar juga.

“Sampai jumpa! Hati-hati!” ucapnya sambil masih sibuk dengan beberapa loyang yang mengeluarkan kepulan asap di atasnya.

Aku melangkahkan kakiku keluar dan ketika pintu terbuka secara tiba-tiba angin malam langsung berhambur kepadaku. Mantel yang melekat di tubuhku semakin kurapatkan agar tubuhku tidak membeku dan membuat sensasi hangat agar lebih terasa daripada sebelumnya. Aku mulai berjalan menjauhi kafe untuk menuju halte yang hanya terletak beberapa langkah saja. Lantas, aku menduduki salah satu bangku bercat biru dan menunggu bus yang datang.Memang hari ini ini kafe sengaja tutup lebih awal karena hari ini hari Jumat dan sebagai gantinya bahwa setiap hari Sabtu kafe akan dibuka lebih awal dan tutup lebih malam dari biasanya.

Jalanan kali ini terasa cukup lengang terlebih lagi udara yang cukup dingin membuat orang-orang malas untuk berpergian. Dapat kupastikan orang-orang mulai menghangatkan dirinya di dalam rumah masing-masing dan tentunya ditemani dengan secangkir minuman untuk menghangatkan tubuh mereka. Aku merogoh tas jinjingku untuk mengambil ponsel.

Aku mengernyit ketika ada satu pesan yang baru saja masuk dari Mom. Seperti biasa Mom selalu berkata bahwa akan pulang terlambat dan menyuruhku untuk memanaskan makanan ke dalam microwave. Dan benar dugaanku bahwa Mom akan mengirimkan pesan seperti itu kepadaku. Langsung saja, aku membalasnya dan memasukkan kembali ponselku ke dalam tas jinjingku.

The Universe [H.S.]Where stories live. Discover now