DUA NAMA SATU CERITA (Kutitip Senyumku pada Pelangi Jingga)

224 6 1
                                    

By: Nova Alifa ( @alifasabila26 )

"DAFFA DIANDRA"

Nama itu, nama yang hingga detik ini membuat nafasku seakan terhenti ketika mengingatnya, nama yang membuat senyumku menjadi tangisan rindu pada titian waktu yang teramat pilu, nama yang mengubah warna cerah hidupku menjadi warna hitam yang begitu kelam. Ya... Daffa Diandra. Kutarik nafas dalam-dalam, kulepas perlahan, Kurasakan perih di relung terdalam sukma yang setia bersembunyi dibalik ragaku. Aku sudah terbiasa dengan rasa sepahit empedu diperjalanan kisah hidupku, aku tak tahu sampai kapan pahit ini sanggup bertahan.

Kurebahkan tubuhku di tempat tidur kamarku, kudekap erat album photo kenangan kami yang sedari tadi ku pegang, Kupejam mataku perlahan, anganku melayang serupa bayang-bayang kelam yang tak pernah lelah menghantui jiwa-jiwa yang senantiasa merasa malang. Dua tahun yang terlalu indah ku lalui bersama dia lelakiku yang bernama Daffa, keindahan yang seketika berganti nyilu menyayat tipis-tipis tiap relung hati, melukai sadis tiap bilik jantungku, serta memenggal tiap desah nafasku, sebab ia pergi meninggalkan aku dan kenangan kami, selamanya.

Kubiarkan airmata ini mengalir begitu saja hingga aku terlelap mati sesaat, beginilah hari-hari yang kululai kini, setelah kepergiannya. Kini aku kehilangan separuh nafasku, belahan jiwaku, juga mimpi-mimpi indahku, kehilangan segalanya tentang dia. Kini setiap detik aku merindu, setiap detik pula aku mengenangnya. Daffa Diandra, aku sakit karenamu, Kenapa tak kau bawa saja aku besertamu? Kenapa?

***

"Jingga.... " ketukkan pintu dan panggilan lembut mamaku membangunkan tidurku. Kulirik album photo yang masih kudekap. Album photo inilah yang selalu menemani tidurku hampir setiap malam semenjak kepergiannya. Kuletakkan perlahan album photo bercorak pelangi itu di atas meja belajar yang berada tepat di samping tempat tidurku. Aku tersenyum miris, hari ini genap setahun kamu pergi Fa.

"Jingga......" panggil mama lagi.

"buka aja ma, gak dikunci kok..." jawabku dari dalam kamar.

"ya ampun Ngga, jam segini kok belum bangun sayang" mama duduk di samping tempat tidurku sambil membelai rambutku.

"mandi gi, terus sarapan, katanya hari ini mau nyari perlengkapan buat kuliah besok"

"iya Ma... ntar agak sorean, sekalian mau ke makam Daffa, hari ini setahun dia pergi ma" "deg" detak jantungku terasa nyilu setiap kali kusebut namamu, selalu begitu. Mataku mulai berkaca-kaca. Mama memelukku.

"Jangan sedih lagi dong sayang... masa anak mama udah gede gini, udah kuliah, masih cengeng aja..." aku tersenyum sambil mengusap air mataku yang terlanjur jatuh.

"ya udah... mandi terus sarapan... mama tinggal dulu ya...." Mama melangkah keluar kamarku.

******

Sore hari yang tak terlalu terik, setelah selesai membeli segala perlengkapan untuk kuliahku besok, aku memacu Honda jazz putihku menuju area pemakaman, ku sempatkan untuk mampir membeli sekantung bunga. Sesampai di makam Daffa, seperti biasa aku berdo'a dan menabur mawar putih kesukaannya.

"Maaf ya Fa, sudah hampir sebulan Jingga nggak ke sini.. Kemaren-kemaren Jingga sibuk banget, test, daftar ulang, ospek. Oh iya Fa, besok hari pertama Jingga kuliah. Jingga kuliah di Fakultas Kedokteran Fa. Kalo aja Fa nggak cepat pergi, kita pasti ngambil jurusan yang sama seperti janji kita dulu" aku diam sejenak berusaha menahan air mataku.

"Tapi Jingga tahu kok, Fa udah bahagia di sana, udah gak ngerasaian sakit kayak dulu lagi, iya kan Fa? Fa juga doa'in Jingga ya, doain Jingga berhasil meraih gelar dokter, biar Jingga bisa mengabdi pada masyarakat yang kurang mampu, terutama mereka yang menderita penyakit kelainan jantung seperti Fa".

DUA NAMA SATU CERITA (Kutitip Senyumku pada Pelangi Jingga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang