Collide: 02 - accident;

492 39 1
                                    

CHAPTER 01


"one day you meet someone and for some inexplicable reason, you feel more connected to this stranger than anyone else"


crap.

Kenapa harus sekarang sih kuisnya? Semoga aja gue gak telat, semoga aja gue gak telat gerutu Ana sambil berlari kecil menuju studio tari yang berada di samping gedung agensi yang cukup terkenal di bilangan Jakarta, Aphrodite. Ia merasa bersyukur karena, semua perempuan rela melakukan apapun agar menjadi bagian dari agensi ini dan ia termasuk salah satu yang lolos diantara ratusan orang yang mendaftar saat itu dan tentunya semua usahanya beberapa tahun ini akan sia-sia hanya karena ia telat pada saat kelas kontemporer dari Mrs. Ilana yang merupakan owner dari agensi tersebut. Sambil mempercepat langkahnya ia segera memasuki studio tari yang cukup luas itu dan masuk ke dalam ruangan latihan yang berada di ujung koridor seraya berdoa dan berharap bahwa ia belum terlambat. Tepat ketika ia membuka pintu tersebut seluruh mata menatap kearahnya yang sukses membuat nafasnya terhenti sesaat. Tenang, Ana....tarik nafas...keluarkan...pikirnya berusaha menenangkan degup jantungnya yang berdegum dengan kencang.

"Ms. Jayanthi, saya tidak pernah mengira anda akan terlambat hari ini" ucap seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan lengkap dengan pakaian menarinya. Mampus gue.

"Maafkan saya, Mrs. Ilana tadi saya ada urusan mendadak di kampus, saya berjanji tidak akan mengulanginya" ucap Ana sambil menatap penuh rasa bersalah kearah salah satu guru yang sudah membantunya selama ini. Mendengar itu membuat Mrs. Ilana mendesah lelah dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Baiklah, untuk sekali ini saya maafkan. Tolong cepatlah kamu ganti baju dan bergabung dengan yang lainnya" ucapnya sambil kembali menaruh perhatian kepada seluruh murid yang ada dihadapannya, setelah mengucapkan rasa terima kasih Ana segera masuk ke dalam kamar ganti dan bergabung dengan murid lainnya dengan pakaian menarinya yang lengkap, yaitu lengging hitam dan tanktop biru gelap kesukaannya. Setelah ia menemukan posisi yang kosong Ana segera mengikuti gerakan yang dilakukan Mrs. Ilana.

"Na, gue gak tau lo bisa telat juga" mendengar itu Ana mendengus kesal, ini bukan seperti yang ia inginkan. Ini gara-gara Pak Mulyo yang tiba-tiba melakukan kuis dadakan di akhir kelas. Pikiran tadi membuatnya semakin menggerutu kesal. "Ini bukan gara-gara gue mau juga Lys" jawabnya ketus yang sukses membuat Alyssa tertawa pelan.

"At least, lo anak kesayangannya Mrs. Ilana jadinya gak kena marah" timpal Alyssa sambil tersenyum penuh arti kearah Ana, mengetahui ia paling tidak suka jika di sebut-sebut bahwa ia mendapatkan perlakuan istimewa dari seseorang. "Apaan sih Lys, awas aja lo nanti" gerutu Ana sambil menatap tajam ke arah Alyssa.

"Ms. Jayanthi, Ms. Tirtayasa ada masalah apa? kenapa kalian ribut sekali?" mendengar itu otomatis Ana dan Alyssa menundukkan kepalanya sembari menutupi pipi mereka yang merona merah menahan malu karena ketahuan menganggu kelas yang sedang berlangsung.

"Tidak ada apa apa, Mrs. Ilana. Tadi, Alyssa tidak sengaja menginjak kaki saya" ucap Ana berbohong sambil mencuri pandang kearah Alyssa untuk mengikuti skenario yang telah dibuatnya secara mendadak tadi. "Iya Mrs. Tadi, saya tidak fokus mendadak" jawabnya membela pernyataan Ana, mendengar itu Mrs. Ilana menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, lain kali kamu hati-hati Ms. Tirtayasa" ujarnya sebelum kembali melanjutkan pelajaran disusul oleh anggukan dan gumam pelan 'baiklah Mrs, terima kasih' dari Alyssa. Latihan koreografi sore itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya tanpa terasa matahari telah terbenam satu jam yang lalu dan akhirnya kelas menari hari ini selesai. Keringat mengalir membasahi badan Ana namun, ia sama sekali tidak mengeluh. Ini adalah hal yang sangat ia sukai, menari adalah salah satu caranya untuk kabur dari kehidupan nyata karena dengan menari hanya ada dirinya, lantai dan musik. Tidak ada teriakan, tidak ada kontak fisik, tidak ada sosok yang mengganggunya dan itu adalah hal yang selalu Ana sukai dari menari. Ia merasa hidup.

C O L L I D EWhere stories live. Discover now