chapter4

110 10 1
                                    

Entah sudah berapa jam kami berada disini. Tapi matahari sudah terang. Aku dan Alex terus berjalan hingga kami mulai kehausan dan tepar ditengah hutan. Aku berusaha bersandar dipohon sebelum terlelap. Sedangkan Alex sudah terlelap lebih dulu ditanah dengan muka yang pucat, sepertinya kami dehidrasi.

Beberapa lama kemudian sesuatu membangunkanku. Seseorang berdiri dihadapan kami. Seorang perempuan yang sepertinya berusia 13 tahun. 2 tahun lebih muda daripadaku. Dia menatap ku kasian dan mulai mengeluarkan sesuatu dari kaca yang bisa menyimpan air. Seperti botol. Tapi bukan botol dijamanku. Dijamanku, botol menggunakan besi. Hampir semua perabotan menggunakan besi. Tidak ada lagi kayu atau plastik. Sudah tidak ada bahan untuk membuat itu. Sedangkan besi, masih ada beberapa negara yang penduduknya sudah mati dan bisa Inggris jelajahi untuk menguras besi mereka.

"Minumlah," kata anak itu. Dan ketika aku sudah minum, aku membangunkan Alex dan dia langsung berdiri pucat, begitu melihat botol air. Dia langsung mengambbilnya dan kalap. Dia meminumnya sebanyak mungkin hingga wajahnya mulai berwarna, hm seperti tampak hidup.

"Si... siapakau?" kataku berusaha menelan roti yang dibawanya.

"Aku sebenarnya tidak mau memberi taumu, tapi kurasa kalian bisa jaga rahasia." katanya sambil memberi Alex roti.

"Dan, dimana kami? Dimana kerajaan tuan putri? Supaya kami bisa menyelamatkan teman-teman kami." kata Alex.

Anak itu tertawa. "Tenang, kalian ada di Inggris."

Aku menatap Alex bingung. "Inggris tidak seperti ini. Tidak ada hutan dengan matahari seredup ini. Matahari sudah tertalalu terang, dan tidak mungkin matahari bersinar dan orang tidak terpanggang. Kita seharusnya menggunakan jubah berlapis besi atau apalah untuk melindungi kulit kita agar tidak terpanggang!" kata Alex.

Sekarang anak ini terlihat bingung. "Sebentar, apa maksud kalian dengan, matahari sudah terlalu terang dan kalau terkena sinarnya bisa terpanggang?"

Aku menggeleng tidak sabar. "Kau tidak mengerti?"

"Justru, jam segini, sangat baik untuk berjalan jalan keluar. Agar kulit menjadi hangat!" katanya.

"Kau bodoh! Yang ada kulitmu akan terpanggang!" Kata Alex bingung.

Aku mulai mencerna perkataan Alex dan Anak ini. Sesuatu yang berbeda. dan kurasa ini benar. Kurasa analisis ku tadi malam benar. Bahwa kami berada di masa lalu. Tak ada panas yang berlebihan seperti di Inggris jamanku. Kurasa ini benar Inggris jaman dulu.

"Jadi kurasa kalian benar-benar penjelajah yang lain. Yang datang setiap delapan tahun sekali." kata anak itu. "Ahya, namaku Hecate."

Alex langsung membelalak mundur. "Kau dewi sihir?"

"Apa terlihat seperti itu?" kata Hecate.

Aku menatap Hecate pelan-pelan, aku pernah dengar soal mitologi Yunani dimana para dewa-dewi bisa mewujud sesuka mereka. Apa Hecate suka mewujud sebagai anak berusia tiga belas tahun?

"Jadi kau benar dewi Sihir?"

Hecate tertawa, "Tidak, itu hanya namaku. Ayolah, kuajak kalian kerumahku."

Jadi kami berjalan dibelakang Hecate. Dan jujur saja dia memang lumayan cantik. Tapi dibandingkan dengan Candice, kurasa mereka sama. Hecate dengan rambut panjang berwarna perak dan dikepang didekat kupingnya, sangatlah manis. Mungkin itu karena usianya masih 13tahun. Tapi mungkin dia anak salah satu dewi kuno Yunani, Aphrodite. Dia punya karisma yang.. menawan. Atau dia juga penyihir? Sedangkan, Candice. Anak perempuan dari keluarga Scamander, anak Lysander Scamander dan Roxanne Weasley. Cukup dengan rambut pirang dikepang atau di ikat satu, dan jaket kulit hitam seperti preman.

Bagaimana dengan Hecate? Dia memakai gaun merah yang serasi dengan rambutnya. Juga memakai tas kecil yang sepertinya tadi dimasukinya beberapa makanan dan minuman.

"Sebenarnya tadi minuman untuk hewan-hewan disini. Tapi tidak apa-apa. Kalian tampak lebih parah keadaannya dibanding mereka." kata Hecate.

"Maksudmu? Hewan-hewan kan bisa minum lewat sungai?" kata Alex.

"Kurasa minumanku lebih special," kata Hecate sambil tersenyum.

"Karena kau mencampurkan ramuan kan keminuman itu." kataku dan Hecate langsung berbalik menatapku.

"Kau penyihir?" katanya. Dan aku langsung mengeluarkan tongkat sihirku. Pelan-pelan. Ahya, jika kau mempertanyakan kenapa kami tidak menggunakan tongkat sihir ketika berburu, itu karena kami masih dibawah umur. dan, No magic outside Hogwarts.

"Kau?"

"Kurasa kita sama." kata Hecate sambil mengeluarkan tongkat sihirnya. Yang menurutku hampir sama dengan tongkat sihir milik ayah. Mungkin tidak sengaja pola tongkat sihirnya sama.

Hecate berhenti dan mengangkat tangannya. Dan kami pun berjalan lagi. Tak lama kami melihat sebuah rumah sederhana. Tampak mirip dengan rumah tempat kami menemukan lemari itu. Hecate mempersilahkan kami masuk kedalam rumahnya. Benar-benar mirip. Tapi rumah Hecate lebih rapih. Dan lebih nyaman dan juga terang.

"Kalian bisa tidur dulu. Beristirahat."

"Kenapa kau begitu baik?" Tanyaku curiga.

"Karena aku.........."

BRUKKKKKK!!!

"HECATE! KELUAR KAU!!"

"Sembunyi! Sembunyi lah kalian berdua! Dimanapun!"

Dan aku pun menarik Alex naik kelantai dua untuk bersembunyi. Dan yang kami lihat. Tuan putri yang menculik Candice dan Austin yang memasuki rumah Hecate.

------------------------------------continue.

Past Inside WardrobeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang