I'm Pregnant?

20.9K 850 30
                                    

Pair : Midotaka


"Ahh!! Shin chan! Ahh..ahh..haa..haa shin...hentikan.. Kalau kau haa ahhh terus melakukannya haa haa aku bisa hamil ahh!!"
Jerit Takao meminta Midorima untuk berhenti tapi orang yang diminta tidak peduli.

"Aku tidak peduli."
Balasnya tersenyum licik.

"Se ahh setidaknya haa haa setidaknya pakai pengaman ahh!ahh!"

"Kebetulan kondom habis Takao, tidak apa-apa sekali-kali."
Balasnya penuh kenikmatan.

Takao pun tidak bisa membalasnya dan membiarkan Midorima melakukan semuanya hingga Midorima lelah sendiri.

Paginya Midorima tampak segar bugar setelah melalukan sex semalaman dengan Takao. Berbeda dengan Takao yang kelelahan karena kurang tidur sambil memegangi punggung.

"Lebih menyenangkan jika tidak pake pengaman."
Gumam Midorima sambil membenarkan kacamatanya.

Takao hanya menghela napas.
"Kau tahu susah membersihkannya kalau cairanmu di dalam!"
Balas Takao yang tampak kesal.
Midorima hanya menatapnya.

"Lain kali aku yang akan membersihkannya."
Ucapnya sambil tersenyum picik.

Takao hanya menatapnya tajam dan pergi meninggalkan Midorima.
"Jangan marah. Tidak kuulangi."
Ucapnya mengejar Takao.

Midorima yang lagi-lagi tidak menepati janjinya pada Takao pun tertidur pulas setelah melakukan sex semalaman.

Dia hampir terlelap tapi suara muntahan Takao yang terbangun ditengah malam membuatnya kaget.

"Takao?"
Panggilnya masuk ke dalam toilet.
"Kau baik-baik saja?"
Tanya Midorima, tapi Takao tidak menjawabnya dan melihat Midorima sambil menangis.

"Aku hamil.."
Isaknya. Midorima tidak mempercayai pendengarannya dan terdiam membatu.

"Tidak mungkin!"
Pekiknya melihat Takao yang masih menangis.

"Shin chan..bagaimana sekarang?"
Tanyanya disela sela tangisnya.

"Tapi bagaimana bisa kau hamil?!"
Pekiknya tidak mempercayai Takao.
"Itu karena shin chan tidak pernah mendengarkanku. Tidak pernah memakai pengaman!"
Balas Takao.

"Itu.. Tetap saja tidak mungkin! Kita masih pelajar!"
Balas Midorima.
Takao hanya menangis.

"Apa yang harus kukatakan pada orang tuamu dan orang tuaku?!"
"Aku tidak tahu! Ini salahmu!"
Pekik Takao menangis.

"Kita pikirkan cara lain."
"Cara apa?!"
Tanyanya.
"Kita harus tetap melanjutkan sekolah kita tanpa bayimu."

"Apa maksudmu?!"
"Maksudku kau harus menggugurkannya!"

"Tidak akan kulakukan?!"
"Takao! Ini demi kebaikan kita!"
"Aku tidak peduli dengan statusku!"
"Tapi aku peduli! Aku akan sekolah ke luar negeri setelah lulus nanti!!"
"Apa?! Kau tidak pernah mengatakannya?!"

"Kalau kukatakan. Aku pasti akan ragu."
"Apa kau mau pergi meninggalkan secara diam?!"

"Aku berencana begitu. Aku tidak punya pilihan. Maafkanku."
Takao hanya menatapnya tidak percaya.

"Demi masa depan kita. Aku harus melakukannya. Tolong pertimbangkan Takao."

"Tidak akan! Aku lebih baik mati dari pada membunuh bayiku!"
pekiknya menatap Midorima.

"Jangan bercanda Takao! Aku tidak mau kehilanganmu!"

"Justru kau yang sedang bercanda! Mengatakan akan belajar ke luar negeri! Menggugurkan kandunganku? lalu aku hanya akan sendiri! Untuk apa aku hidup!"

"Aku akan kembali! Aku janji!"
"Aku tidak akan percaya padamu! Kalau kau pergi, hanya temui makamku nanti!"
Ucapnya berlari keluar toilet.

"Takao! Aku.. Tunggu!"
Ucapnya mengejar Takao ke dalam dapur. Midorima melihat Takao yang memegangi pisau dapur dan mengarahkan ke lehernya.

"Takao!!"
"Jangan mendekat! Aku lebih baik mati jika kau pergi!"

"Jangan keras kepala! Gugurkan kandunganmu! Aku akan pulang secepatnya!"
Pekik Midorima kesal. Takao hanya menatapnya nanar.

"Apa yang kau katakan barusan? Kau tidak peduli dengan bayimu sendiri?!"

"Aku tidak punya pilihan! Aku harus mewujudkan mimpiku! Apapun akan ku korbankan."

"Termasuk diriku?"
Balasnya menatap Midorima.

"Aku salah memilihmu. Aku tidak pernah berpikir kau akan mengatakan hal ini!"

"......"

"Baiklah kalau begitu. Aku benar-benar salah memilihmu! Selamat tinggal, Shin chan,"
Ucapnya sambil tersenyum pada Midorima.

"Jangan lakukan Takao!"
Ucapnya mencoba mengambil pisau dari Takao tapi dia terlambat. Pisau itu lebih cepat darinya menembus kerongkongan Takao dan mati dalam sekejap.

Darah mulai membanjiri lantai dan Takao yang tidak bernyawa mati dalam wajah yang tersenyum.

"Takao!! Takao!!!"


"Haa..Haa..Haa...Takao! Takao! Takao! Dimana kau Takao!!"

Panggil Midorima mencari Takao di semua tempatnya.
"Takao! Jangan pergi meninggalkanku! Takao!!"
Pekiknya frustasi.

Kemudian dia berhenti di dapur dimana dia melihat kematian Takao.
Dia menyentuh lantai yang tampak bersih itu sambil menangis.

"Takao!! Takao!!!"

"Shin chan?"
Panggil suara di belakangnya.
Midorima segera berbalik dan melihatnya.

"Takao! Takao!"
"Iya? Ada apa??"
Tanya Takao melihatnya bingung.
"Takao!!"
Pekiknya memeluk erat Takao.

"Ada apa tiba-tiba?"
"Jangan tinggalkanku! Jangan tinggalkanku!"

"Kenapa aku meninggalkanmu?"
"Karena aku menyuruhmu menggugurkan kandunganmu!"

"HAH??!!!"
"Jangan tinggalkanku. Aku akan bertanggung jawab! Aku janji!"
"Kau mimpi yah?!"

"Kuharap itu mimpi! Aku tidak mau kehilanganmu!!"
"Kau cuma bermimpi! Jangan aneh-aneh! Mana mungkin aku bisa hamil!"
Ucapnya tidak mempercayai perkataan Midorima.

Dia pun berjalan masuk ke dalam kamar.
Midorima masih terdiam. Dia bersyukur bahwa itu hanya mimpi. Tapi ketika dia masuk ke dalam kamarnya, tidak tampak Takao di sana.

"Takao?! Takao?!!"
Panggilnya kembali panik.
"Ada apa sih?!"
Marah Takao yang keluar dari toilet.
Midorima kembali memeluknya.

"Jangan menghilang tiba-tiba. Kupikir kau jadi hantu dan pulang."
Jawabnya memeluk erat Takao. Sebuah hantaman didaratkan ke kepala Midorima.

"Itu mimpi! Mimpi!"
Ucapnya mengulang katanya pada Midorima.

"Aku tidak akan melepaskanmu."
"Iya!"
"Kau tidak boleh meninggalkanku."
"Iya! Kenapa sih? Apa yang terjadi dalam mimpimu?"
Tanyanya penasaran melihat perubahan Midorima.

"Bukan apa-apa.."
Jawabnya memeluk semakin erat tubuh kecil Takao.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Tenang saja."
Ucapnya memegang tangan Midorima.

"Hmm aku tidak akan meninggalkanmu juga."
Balas Midorima memperat pelukannya.

"Maafkanku tidak bisa menolongmu dimimpi."
Gumamnya.

"Apa?"
"Aku sangat brengsek di mimpiku."
"Heh ? Seperti apa kebrengsekan Shin chan?"
Ucapnya sambil menatapnya.

"Kalau ku kasih tahu kau akan menertawaiku."
"Ayolah. Aku ingin tahu."

"Tidak. Aku tidak akan mengatakannya seumur hidupku."
"Baiklah. Baiklah. Aku tidak akan memaksa. Aku ngantuk, mari kita tidur."

"Coba pukul aku lebih keras."
Ucapnya tiba-tiba. Takao yang bingung pun melakukannya dengan menusuk rusuk Midorima dengan sikutnya membuat Midorima meringgis.

"Apa sakit Shin chan? Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Ayo tidur."
"Oke."


First Dream end💕





I'm Pregnant?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang