Prolog

181 16 10
                                    

Tubuh kecilnya membeku. Matanya terbelalak melihat sepasang orang dewasa bercumbu di bawah lampu sorot minim lorong rumahnya.

Wanita itu menangis. Sementara sang pria coba menenangkannya dengan memberi ciuman dan usapan.

"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Tolong lepaskan aku, Casey. Sudah cukup aku menghancurkan hidup Adriana. Jangan membuatku terlihat lebih jahat lagi. Aku tidak sanggup hidup dalam perasaan bersalah."

Menghancurkan hidup Adriana?

Gadis kecil itu coba mencerna apa maksud dari ucapan si wanita.

"Clarissa, dengar. Kita bisa melewati ini, oke? Ini masalah waktu saja. Cepat atau lambat, semuanya akan kembali seperti semula. Aku janji setelah ini, aku akan segera meresmikan hubungan kita." Si pria tampak bersungguh-sungguh.

"Kau gila, Casey!" Wanita itu mendorong tubuh si pria menjauh.

"Clarissa, dengar!" Si pria coba meraih tengkuk sang wanita. Tubuhnya membungkuk agar tinggi tubuhnya sejajar dengan lawan bicaranya.

"Tatap mataku," kata pria itu. "Kita akan membangun sebuah keluarga bahagia. Ada kau, aku, dan buah cinta kita, Clarita. Kita bahkan bisa menghadirkan lebih banyak Clarita lagi. Kita akan membangun keluarga yang sangat indah. Kau mau menjalani ini bersamaku?"

Buah cinta kita? Apa maksudnya? Jadi selama ini ia bukan anak dari perempuan yang dipanggilnya dengan sebutan 'mommy'? Tapi wanita itu... wanita yang dicumbu oleh ayahnya.

Tidak mungkin!

Gadis kecil itu tersentak. Tubuhnya berjalan mundur perlahan. Tangannya tidak sengaja menyeret pot kecil di meja sampingnya hingga suara pecahan mengudara, membuat kedua pasangan di depannya saling melempar pandangan terkejut.

"Clarita."

Si wanita bereaksi duluan. Di bawah tatapan kaget kedua pasangan tersebut, gadis kecil itu berteriak, "Kalian jahat!"

Gadis itu pun berlari melewati foyer rumah, menaiki tangga, kemudian tubuhnya didekap paksa dari belakang saat mencapai di puncak.

"Lepaskan aku. Kalian orang jahat. Teganya kalian berbuat hal semacam itu pada mommy-ku!" Clarita meronta dalam kukungan lengan si pria.

"Kau tidak seharusnya mendengar semuanya, Clarita. Kau seharusnya sudah tidur di kamarmu. Sekarang kau dihukum," ucap pria itu dengan nada rendah di telinga si gadis.

Mendengar kata dihukum, tubuh Clarita menegang. Bayangan ruangan gelap gulita menghantuinya. Ia tidak mau dihukum.

"Tidak mau! Lepaskan aku! Lepas!"

Clarita memberontak sekuat tenaga, membuat ayahnya kepayahan mengangkat tubuh kecilnya. Tak selang berapa lama, tubuh itu akhirnya lolos. Clarita berlari menuruni tangga.

"Clarita, berhenti!!!"

Clarita tidak memedulikan teriakan ayahnya. Hingga ketika kaki kecilnya tiba-tiba terasa tak berpijak, tubuhnya terpental jauh, kemudian berguling-guling melahap sisa anak tangga.

"CLARITA!!!"

I know I'm kinda a weird writer. Hihihi... Publish prolog setelah part pertama. Tapi bodo ah. Imajinasi itu mahal tauk. Sayang kalo gak dimanfaatkan. So, jadilah prolog pendek ini.

Seperti kataku, ini cerita repost tapi dengan rombakan di sana-sini. Dan karakter Alicia mungkin agak kubuat beda. Kalo di cerita terdahulunya si Alicia ini dijuluki si radio keliling, well, di new version ini dia bakal a 'lil bit calm but still take an antagonist as her part. Seperti apa? Well, tunggu saja di part-part selanjutnya.

Anyway, I would like to say big thanks to tikeyuliana for making me a lovely ff cover. You're such a sweet girl, Tikeeeeeeee.... Apalah daku ini yang gak kreatif ngedit-ngedit poto. Pokoknya ilapyupulllllll..... pulll..... *alay mode on*

Oke, sekian cuap-cuapku yang gak pernah jelas dari dulu. Akhir kata, thank you for reading.

Your comments and votes are appreciated.

See you when you get a notif!

The One That Got AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang