s a t u

366 28 0
                                    

Mika membalik kertas halaman novel yang sedang ia baca, namun seseorang yang baru saja memasuki kelas membuatnya tidak bisa fokus kembali untuk sekedar membaca kata-kata pada novel digenggamannya. Dengan gesit Mika membuka tasnya, mengeluarkan kotak bekal berwarna biru dengan gambar Mickey Mouse dibagian tutupnya. Setelah menutup resleting tasnya, Mika berdiri menghampiri sosok pujaannya.

"Pagiiii," ucap Mika semangat membuat beberapa orang yang sudah datang di kelas menoleh kearahnya. Hanya dua detik, dan yang lainnya kembali fokus dengan pekerjaannya masing-masing karena sudah tahu Mika akan melakukan apa. Meski siswa lain melihat Mika saat dia berucap, namun sosok di depan Mika hanya diam sambil memainkan ponselnya.

"Razka," panggil Mika lembut lalu duduk di kursi yang berada didepan Razka. "Aku bawain sarapan, nih."

Razka masih bungkam.

"Ini aku sendiri yang masak, cuma nasi goreng sih. Tapi pake sosis sama telor, lho!" Mika mulai berbicara sendiri dihadapan manusia yang seperti tidak memiliki mulut untuk bicara dan telinga untuk mendengar. Setiap hari Mika selalu begini. Diabaikan.

"Nih, nanti dimakan ya..." baru saja Mika akan beranjak, manusia dihadapannya bersuara.

"Beni, lo udah sarapan?" Tanya Razka kepada seorang siswa bertubuh gemuk yang baru saja sampai di kelas. Beni yang kelewat jujur dan selalu lapar orangnya, hanya menggeleng.

"Nih, buat lo." Razka menyodorkan kotak bekal yang diberi Mika kepada Beni dengan senyum tipis.

Beni mengambil kotak bekal itu dengan semangat sambil berucap terima kasih lalu duduk di mejanya dan melahap nasi goreng buatan Mika.

Tanpa sadar air mata menggenang di pelupuk mata Mika. Didalam hatinya dia berusaha ikhlas agar Beni tidak keselek dan mulas-mulas nantinya. Tapi disatu sisi dia pun ingin kerja kerasnya untuk bangun pagi dan memasak dihargai oleh Razka.

Mika mengambil oksigen sebanyak-banyaknya lalu dikeluarkannya perlahan. Kakinya keluar dari kelas dengan enteng, membuat Razka akhirnya bernapas lega karena Mika sudah pergi dari hadapannya.

Belum satu menit Mika pergi, Rafa datang dengan senyum cerah dan beberapa roti juga susu kotak di tangannya.

Setelah duduk, Rafa menyodorkan roti yang dia bawa juga susu kotak rasa vanilla. "Pasti lo belom makan."

Razka hanya nyengir lalu membuka salah satu roti yang paling besar dan melahapnya. "Gue emang nggak pernah sarapan."

Rafa hanya mengangguk malas lalu bertanya, "Enak?"

Razka menelan rotinya sebelum berujar, "Apaansih lo. Kayak nanya ke gembel yang baru dikasih makan tau nggak?"

Rafa mendesis. "Itu dari Mika. Enak kan?"

Pergerakan mulut Razka terhenti.

Saat matanya melihat sosok Mika yang masuk kelas dengan Citra dan Sagita, lalu beberapa detik kemudian mata mereka bertemu dalam satu garis lurus. Bibir Mika tersenyum lebar, dan bibir itu pun bergerak seperti berucap "Makan yang banyak!"

"Tadi pas mau ke kelas Mika manggil gue, kayaknya dia baru dari kantin soalnya roti di tangannya banyak," Rafa mulai berbicara sambil tangannya bermain karet gelang yang dia ubah menjadi berbagai macam bentuk seperti balom udara dan semacamnya. "Terus gue bantuin karena kasihan dia kerepotan, eh katanya..." Rafa mendekati telinga Razka lalu berucap, "Kasih ini ke yayang Razka ya, Raf."

Razka bergidik geli lalu menabok bahu Rafa kencang. "Najis. Lebay."

Rafa hanya tertawa kencang. Lalu berucap, "Mika! Katanya Razka, terimakasih!"

Razka hanya menggeram kesal. "Kampret."

+++

"Karena separuh akuuu... dirimuuu. Woaaaa!"

Mika menutup telinganya dengan bantal sebelum kakinya menendang-nendang apapun karena saking kesalnya.

Dug!!

"Allah!" Citra mengusap lengan dan kepalanya yang baru saja membentur lantai kamar Mika. "Mika! Lo kenapa sih?"

Mika menggeram. "Itu anak setan yang kenapa! Gue ngantuuuk banget."

Citra kembali duduk di ranjang Mika namun kini berada agak jauhan sedikit dari Mika agar tidak ditendang lagi jika tiba-tiba ada serangan mendadak.

Sagita terkekeh dan berucap, "Makanya kayak gue dong. Di sofa, Cit." Citra hanya cemberut lalu kembali mewarnai gambar rumah tingkat yang baru lima menit selesai dia gambar.

Belum sampai dua menit Mika kembali terlelap, suara cempreng Vio kembali terdengar membuat Mika refleks melempar bantal yang tadinya menutupi wajahnya hingga kini mendarat di wajah Sagita.

"Aduh!"

Tanpa peduli dengan ringisan Sagita dan suara terkikik Citra, dengan nyawa yang masih berkumpul setengahnya Mika berjalan ke arah kamar Vio yang berada disebelahnya.

"Vi--" belum sempat Mika berucap dan meluapkan amarahnya, Vio langsung berlari menghambur ke pelukannya sambil menangis terisak.

"Huaaa.. Kak, Defan putusin akuuu!" Adu Vio dengan suara histeris membuat Mika jengah.

"Ya Allah, baru diputusin. Belom ditinggal mati." Mika melepaskan Vio secara paksa untuk melerai pelukannya. "Udah. Nggak usah berisik deh. Jadi cewek yang tegar dikit napa."

Mika keluar dari kamar Vio lalu menutup pintu kamar adiknya kencang-kencang. Baru dua langkah Mika berjalan, suara Vio kembali menggema.

"Aku yang dulu bukanlah yang sekarang.. dulu ditendang sekarang ku dikubur."

"VIO!" Mika berteriak frustasi.

Tbc

Notes.
Fyi, nama Kierra aku ganti jadi Citra dan Rieska aku ganti jadi Sagita. Biar lebih gampang aja hehe. Thankyou❤

04.06.17

Mr. Ice Cream Kde žijí příběhy. Začni objevovat