Rasa Iri

15 3 0
                                    

Thiinnggg. Suara handphoneku mendapat sebuah pesan dari teman kuliahku agar aku cepat berangkat ke party miliknya. Ahh benar saja aku lupa, hari ini aku ada party jam 19.00. Aku harus cepat berganti baju, jam tanganku menujukkan pukul 18.45. Ahh, aku harus bagaimana?
Pukul 19.05 aku siap berangkat.
“ Nan, mau kemana kamu malem – melem begini?” tanya kakak penuh selidik.
  “ Ahh, cuma keluar sebentar kak,ikut party di rumah temen. Udah dulu ya kak, bu. Aku berangkat dulu, daaahh. jawabku santai.
“ Heeiii, tunggu. Jangan pulang lewat jam 9 malam.” suara kakak setengah berteriak, namun tak kuhiraukan. Tak lama aku menyusuri jalan sudah ku jumpai taksi. Ahhh, malam ini pasti akan berakhir bahagia.
***
Baru sebentar rasanya diperjalanan kok udah sampe ( gumamku ). Hmmm, kulihat – lihat kayaknya udah banyak yang dateng. Akhirnya aku ikut bergabung, bercanda ria, ngemil makanan. Gak ngrasa udah jam 21.35. Waah, gawat. Aku bisa kena omel nih. Aku segera minta pamit sama temen – temen.
Aku segera cari taksi, 15 menit nunggu taksinya gak lewat – lewat. Duhh apes nih, bisa – bisa dinasehati panjang kali lebar pangkat 3 nih ( gerutuku ).
Tepat pukul 22.25 aku sampe di rumah. Kayaknya kakak sama ibu sengaja belum tidur nungguin aku pulang.
“ Assalamu’alaikum,,,”
“ Wa’alaikumsalam, dari mana aja dek? sini duduk cerita ama kakak!” tanya kakak sembari tersenyum manis yang membuatku iri akan senyumnya. “ Ohh, cuma party biasa kok, sekali – kali biar rada ngota kak.” jawabku sambil nyengir.
“ Ohh, gitu ya. Tapi , apa tugas kuliahmu udah diselesein? Tadi Rian kesini, nungguin kamu lama - lama, mau tanya tugas kuliahnya.
“Uppss, aku lupa, padahal hari esok harus udah di kumpulin."
“Haaah, kamu ini gimana si de? sudah sana masuk kamar selesein tugasmu!”
“ Iya baiklah. “ jawabku tanpa gairah.
Karena begitu lelah aku tak sempat belajar. Langsung kurebahkan badanku di ranjang. Dan aku terlelap hanyut di alam mimpi.
***
Seperti rutinitas biasa aku berangakat kuliah. namun, aku dirudung kecemasan karena tidak menyelesaikan tugas.
“ Pagi, Nani. Smalem dari mana? Aku ke rumahmu malah kamu gak di rumah, ya udah aku malahan ngobrol ama kakakmu.” perkataan Rian saat aku berpapasan dengannya.
“ Ahhh, bilang aja lu mau modusin kakak gue. Udah ahh, gak usah tanya – tanya.” aku pun pergi meninggalkan Rian. Aku yang lagi gak asik bareng dia.
“ Hai, Nan. Gimana tugas lhoo, udah lo kerjain ?” tanya Reni sesaat setelah aku meletakkan tas.
“ Yaa, gitu deeeh, baru sebagian. Abis, smalem gue capek banget.”
“ Hahahha, masa bodo ahh, tugas mah entar – entaran yang penting gak absen. Ya kann?” kata Reni.
“ Gak absen gimana maksud loo? tanya Lina.
“ Gak absen dari party.” celetuk Reni dengan cepat.
“ Hahahahahahah.” kami pun tertawa lepas.
Tak terasa kuliah hari ini telah usai, dan seperti yang kukira aku harus mendapat konsekuensi atas kebadunganku tak menyeleseikan tugas.
“ Nan, cabut yuuk, ada diskon jam tagan 80%  di toko jam tangan yang kemaren kita lihat itu.” kata Lina memecah lamunanku.
“ Ahh, yang bener lho? Yuuk jalan, Reni mana?”
“Udah balik duluan bareng cowoknya”.jawabnya.
“Oh gitu, pasangan baru jadian gak inget ama temen.”
“Sirik aja looh,Nan.”
“Emang iyee.” jawabku
***
Siang telah berganti dan sorepun telah berlalu. Sang mentari pun telah usai meyelesaikan tugasnya. Bintang – bintang yang bergemerlapan mulai menemani kami para insan manusia yang tengah larut dalam kesibukan. Begitupun dengan aku dan Lina yang masih sibuk gonta – ganti toko milih barang diskon.
“Lin, balik yuuk! Gue capek nih.” kataku
“ Lu kan belum dapet apa – apa, Nan. Kook udah mau balik” jawab Lina
“Besok aja kita lanjut, sekarang balik deeh, anterin gue pulang!”
“Okeelahcantik.”
***
Allohuakbar....terdengar suara muadzin mengumandangkan azan,tanda masuk sholat isya. Dan aku sendiri baru saja sampai di rumah diantar Lina.
“ Makasih, Lin. Mampir gak?”
“ Yaa, sama – sama, gak usah, takut kmaleman. Bye.”
“Bye cantik.” Godaku pada Lina yang hanya membalas dengan sebuah kerlingan mata, dan ngloyor gitu aja. Masa bodo ahhh, yang penting udah happy.
Di dalam rumah seperti ada tamu, benar saja motor Rian terparkir di pojok taman,sedang apa dia disini gumamku.
“ Selamat malam.” Aku mencoba menyapa dengan ramah.
“ Malam, dari mana kamu? Kok baru pulang ?” tanya kakak.
“ Emmm, cuma abis jalan aja kok kak.”
“Pasti abis shopping kan, keliatan tuh tadi balik ama Lina.” kata Rian.
“ Apaan sih yan, orang gue cuma jalan doang, udah ah gue mau mandi dulu.”
“ Nani, cepat mandi, dan segeralah sembayang!” suara ibu yang datang dari arah kamarku.
“Ahh gampang bu.”
Aummmm, aku benar – benar lelah. Aku mencoba merebahkan badan usai mandi. Sesaat aku menikmati keheningan, sesaat terdengar suara Rian dan kakak tertawa lepas. Apa yang mereka bicarakan hingga larut penuh candaan. Aku penasaran sebenarnya ada apa antara mereka, fikirku sembari mendengarkan suara mereka dari balik pintu. Tak lama kemudian,semu jadi hening, mungkin Rian telah pulang.
Tok – tok.
“ Masuk aja kak!”
“ Sedang apa kamu? tanya kakak. “ Ah, tidak apa. Kakak akrab sekali dengan Rian, apa kalian ada sesuatu?” “Ahh, tidak, justru kami hanya berteman dekat. Dia sering kemari bercerita bersama kakak.Tapi , kakak merasa suka pada dia, dia sangat baik.” Mendengar perkataan kakak seperti mendengar gledek di musim kemarau, bener – bener ngagetin.
“ Kok kamu diam dek?”
“ Ah nggak, bagus deeeh kalo kalian sama – sama suka.” Kakak tersenyum, rona merah di pipinya nampak jelas memperlihatkan bahwa dia mencintai Rian, pemuda yang baru ku kenalakan padanya.
“ Emm, aku tidur dulu kak."
“ Ohh, mimpi indah.” kakak pergi meninggalkanku.
Sebenarnya aku sedikit iri pada kakak. Aku harus bisa dekat dengan Rian, masak iya Rian untuk kakak.
***

Duka 20 Mei 2015Where stories live. Discover now