Kuliah

33 4 0
                                    

Pagi yang indah tlah datang. Burung  - burung pun telah bersenandung ria. Aku, Kak Nina, dan Ibu telah usai bersembayang subuh. Kami harus segera masak dan bergegas membereskan rumah. Ya, rumah keluarga kecilku yang berdiri di sepetak tanah di persimpangan jalan.
Hari ini tidaklah seperti hari – hari biasanya. Karena hari ini adalah hari kelulusan Aku dan Kak Nina.
***
Selepas dzuhur kami pun berangkat menuju sekolah kami dengan menggunakan angkot. Kami harus berjejalan dengan banyak orang yang juga hendak menghadiri acara kelulusan.
Serangkaian acara berlalu, dan kini tiba saat dimana hasil pencapaian aku dan kakak ku selama 3 tahun terbayar dengan amplop berisi nilai. Ibu membuka amplopku, dan doaku pada Sang Khalik tak henti – hentinya ku lantunkan. Ibu memperlihatkan isi amplop, aku tersenyum dan berjingkrak kegirangan melihat nilaiku. Selanjutnya, ibu membuka amplop kakak, dan hasilnya saudara kembarku itu lebih unggul dariku.
***
Ditemani semilir angin malam, aku, kakak, dan ibu duduk diberanda sembari bercengkerama.
“Nina, Nani kalian telah membuat ibu bangga dengan hasil kelulusan kalian. Tapi, maaf ibu tidak dapat mengkuliahkan kalian berdua sekaligus, bahkan untuk membiayai kuliah salah satu diantara kalianpun terasa sulit. Namun, ibu akan usahakan agar diantara kalian akan menjadi orang yang sukses.” tutur ibu denga raut berkaca – kaca.
“Ibu tak perlu risau, aku dapat bekerja dan biarkan Nani kuliah agar dapat menjadi seorang wartawan terkenal.” perkataan kakak mencoba menenangkan ibu. “Nina, benar katamu tadi ? bukankah kamu ingin menjadi penulis, apakah kamu tidak jadi berkecil hati ?”
“Tentu saja tidak bu, “ jawab kakak sembari tersenyum penuh ketulusan. “Ah.. Nina, kau membuat ibu terharu, Nani kau bersedia untuk kuliah ?”. “Dengan senang hati bu,” tuturku. “Kalau begitu kamu harus segera menentukan perguruan tinggi dan kakak mencari pekerjaan.” pinta ibu.
“Nani, jangan sia – siakan kesempatanmu, harapan kakak ada padamu.” nasehat kakak untukku.
“Betul kata kakakmu, berjuanglah demi keluarga kita. Malam telah begitu larut, sebaiknya kita segera masuk kamar tidur.” perintah ibu. Beriring aku berjalan mengikuti kakak ku.
***
Minggu – minggu di kampus baruku kini kulalui penuh bahagia, kini aku telah memiliki teman dekat, dia adalah Rian lelaki berketurunan Arab dengan paras tampan, penampilan trendy, namun dia lumayan kalem daripada lelaki lain. Sore ini ia berniat berkunjung ke rumahku, sekedar berkenalan ke keluargaku.
“Assalamu’alaikum..” terdengar suara Rian dari balik pintu.
“Wa’alikumsalam..” sahut Kakak mendahuluiku dan Kakak membuka pintu.
“Siapa ya ?” suara Kakak yang hendak mengintrogasi Rian. Segera aku berlari menuju ruang tamu. “ Ini Rian Kak, teman kuliahku.”
“ Oh,,Rian,mari duduk dulu.” pinta Kakak.
Aku dan Rian akhirnya ngobrol berdua. Dan kakak ke belakang menyiapkan jamuan untuk Rian. Belum lama kami berbincang kakak telah datang membawa teh hangat dan kue lapis legit.
“ Kak duduk dulu aja kita ngobrol bareng.”
“ Oke deeh.” jawabnya tanpa pikir panjang. “Rian kenalin nih, kakak kembarku, Kak Nina.”
“Hai Nina, aku Rian. Kamu kuliah dimana? “
“Emmm,aku gak kuliah,kebetulan aku kerja jadi karyawan pabrik di deket – deket sini aja. Kamu study jurusan apa?”
“ Kebetulan sama nih,kayak Nani. “
“Waaah, bagus donk. Titip jaga adik centilku ya.”
“Ahhh, kakak apaan siih, bikin aku malu aja.”
“Sudah – sudah, sekarang di minum dulu tehnya,Nak .” suara ibu mengagetkan kami.
“ Ibu kok udah pulang? Tumben – tumbenan” tanyaku pada ibu.
“ Iya .”jawabnya.
“ Bu mau minum apa? Apa mau mandi dulu? Air angetnya udah tak siapin.” dengan penuh cinta kakak memberikan perhatian yang berlebih untuk ibu yang kian merenta.
“ Ibu mandi dulu, kalian dilanjut ngobrolnya yaa.”
“ Hari sudah sore, saya izin pulang bu.” tutur Rian. “ Baiklah, sering – sering main kemarin ya! Hati – hati di jalan ya.” lalu ibu melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
“ Ahh, mari saya antar sampai depan.” kata kakakku yang memeng benar – benar ramah pada siapapun. Aku memperhatikan mereka berdua,sepertinya Ryan senang berkenalan dengan kakak. Ahh tak peduli.
***
Hai, selamat membaca yah.. Coment and vote please :'v

Duka 20 Mei 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang