Jungkook mengangguk mengerti. Mereka kemudian terdiam untuk beberapa detik hingga suara pemuda itu memecah keheningan. "Bagaimana denganmu?"

Satu alis Jungkook terangkat naik, "Huh?"

"Classicsm art, kau menyukainya?"

Jungkook terdiam. Dalam hati tak mengerti kenapa pemuda di hadapannya ini bertanya dengan kedua mata membulat penasaran yang terlihat begitu menggemaskan. Berdehem sebentar, Jungkook menunjuk lukisan di hadapan mereka dengan telunjuknya. "Secara pribadi aku lebih suka futurism, tapi kupikir, siapa yang bisa menolak keindahan classicsm?"

"Hell yeah," Pemuda itu mengangguk setuju. "Leonardo da Vinchi mengembangkannya dengan begitu sukses." Ia mengangkat kedua alisnya, kembali menatap Jungkook penuh tanya. "Menurutmu begitu? Atau Michelangelo?"

Jungkook terkekeh. "Leonardo da Vinci dan Michelangelo memang jajaran terbaik yang pernah dimiliki oleh classicsm, tapi kupikir Girodet dan Raphael juga tidak buruk."

Pemuda itu mengangguk setuju. "Mereka semua masterpiece kurasa." Ia tersenyum saat kembali menatap Jungkook, "Omong-omong aku Taehyung--Kim Taehyung." Kenalnya kemudian mengulurkan tangan.

Jungkook menerima uluran tangan itu sambil tersenyum. "Jeon Jungkook."

"Okay, Jungkook-ssi...errr...fotografer?" Taehyung menunjuk kamera yang terkalung di lehernya dengan dagunya.

"Oh, tidak." Jungkook menggeleng, tertawa canggung. "Semacam hobi mungkin lebih tepat. Well, aku mahasiswa."

"Benarkah?" Taehyung membulatkan matanya percaya. Kemudian tampak menilai penampilannya dengan kedua matanya yang memicing. "Kupikir kau semacam diplomat yang menyukai seni, serius."

Jungkook merengut, menarik simpul dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya. "Aku tahu ini ide bodoh. Sepupuku memintaku berpakaian formal hari ini, dan itu benar-benar memuakkan saat aku harus fitting baju sehari penuh untuk mendapatkan setelan jas yang baik. Padahal kupikir apa salahnya mengenakan kemeja kasual untuk acara yang seharusnya tidak terlalu resmi seperti ini." Keluh Jungkook tanpa sadar. Membuat Taehyung tertawa lepas hingga untuk sementara waktu Jungkook terasa kehilangan pijakannya dan melayang di atas awan-awan. Pemuda itu tertawa begitu lugu, menggemaskan, dan penuh determinasi.

"Oh maaf," Taehyung menghentikan tawanya sejenak, sebelah tangannya memegangi perutnya yang terasa ngilu karena tertawa berlebihan.

Jungkook mengeleng, bibirnya berkedut tipis atas euforia tawa Taehyung yang nyaris seperti mempengaruhi seluruh sel sarafnya untuk berhenti bekerja dan mematung seperti orang bodoh.

"Kau cantik saat sedang tertawa."

Dan persekon selanjutnya, hening benar-benar tercipta. Taehyung mengerjap sembari tertawa putus-putus. Tidak yakin dengan apa yang baru saja pemuda yang baru dikenalnya sepuluh menit itu katakan.

"Oke, kuanggap itu bercanda. Selera humormu benar-benar bagus."

Jungkook menggendikkan bahunya tipis. "Aku sadar sepenuhnya dengan apa yang kukatakan."

Taehyung sadar betul dengan pipinya yang merona dan ia berusaha merubah atmosfer yang baru saja tercipta dengan tertawa jenaka sambil mengambil langkah berjalan.

Lalu keduanya berjalan perlahan menuju satu per satu lukisan lain yang terjejer rapi di sepanjang lorong. Taehyung baru menghentikan langkah di depan sebuah lukisan klasik yang menjadi salah satu daya tarik penting dalam galeri malam ini.

Jungkook mengamatinya, Taehyung tampak begitu terpesona dengan lukisan itu. Ia berdehem, berusaha menarik perhatian, "Olympus?"

"Huh?"

Dumb and Dumber 》 jjk+kthWhere stories live. Discover now