Pertemuan Pertama (3)

2 1 0
                                    

Mei tengah merapikan mejanya. Tumpukan yang tadi pagi meninggi sampai mau roboh, kini sudah tertata rapi di dalam kardus. Komputer sudah ia proses shut down. Setelah komputer mati, ia menyampirkan tali tas ranselnya ke bahu kanan dan mulai melangkah menuju mushola yang berada di sebelah kantor. Gadis berambut sebahu itu melepas sepatu kets yang memang belum sepenuhnya ia pakai, kemudian masuk ke dalam mushola.

Usai melakukan ibadah, Mei duduk di teras mushola untuk menggunakan sepatunya. Gadis itu mendongak ketika menyadari ada sepasang kaki yang berhenti di hadapannya. Ia menemukan wajah Ane yang ditekuk dan tangan terlipat di depan dada. Mei menunjukkan giginya, nyengir tanpa dosa kepada Ane. Gadis itu berdiri, membiarkan perbedaan tinggi badan mereka, membuat Mei tetap harus mendongak.

"Kenapa mbak?" tanya Mei karena Ane terus saja membisu.

"Kau pulang, Mei? Udah selesai laporannya?" Ane memberikan tatapan menyelidik kepada Mei.

"Ya ampun!!!" Mei berteriak heboh, ia menghentakkan kaki kanannya satu kali sebelum berkata dengan nada gemas tertahan, " Mbak Ane yang cantik, berhenti khawatir berlebihan. Aku kerja berapa lama sih? Percaya dong!"

"Iya, Mei, aku tahu. Tapi ...."

"Udah ah, aku balik dulu mbak. Keburu kemalaman nih," Mei memotong ucapan Ane.

Tanpa menunggu respon Ane, Mei berjalan melewati Ane begitu saja. Ia berjalan cepat menuju motor Beat bewarna biru tua, yang terparkir di parkiran kantor. Dengan cepat, Mei melesat meninggalkan kantornya. Membuat Ane yang memandanginya menjauh menggeleng-gelengkan kepala heran. Gadis itu selalu seperti, tapi ucapannya tak akan meleset. Jadi, ia percaya tentu saja.

***

PS: Kenapa kendarannya warna biru semua? Hahahaha, biarin ah. Biru kan cantik. ^^

15:15 Ketika Kita BertemuWhere stories live. Discover now