Kalau karakter kalian nggak punya keinginan, selesai udah deh ngga ada cerita lagi.
YA, itu tujuan.

Nanti kita bahas itu sedikit lebih dalam di akhir ya...


Ngapain sih ada premis:

1. Mengikat cerita agar fokus pada inti cerita, tidak meluber ke mana-mana
2. Agar cerita dapat ditangkap pembaca, siapa karakternya, apa keinginannya, apa yang terjadi, dsb

Nah, fungsi premis salah satunya adalah untuk menjaga kita agar nggak ke sana-sini ceritanya menjadi melebar, dan menyuguhkan cerita tapi nggak nyambung.

  Jadi, kita bahas tentang pesulap tadi ya...  

Saat kita menulis tentang konflik si penulis, pentingkah kita menceritakan dia dapat kelinci dari mana? belinya sama siapa? harganya berapa?

(+)Gak penting-penting banget, Kak Nu.

(+)Tergantung kak, kalau kelincinya masuk ke dalam konflik itu penting.

Kok tergantung? Ini masih seputar pesulap tadi ya.... 

Premisnya tadi : Seorang pesulap senior ingin menggelar pertunjukan spektakuler, namun ia kehilangan kemampuannya secara tiba-tiba, lalu ia memutuskan berguru pada muridnya.

Nah, saat menulis cerita, kita memasukkan harga kelinci. Kira-kira nyambung nggak? Atau dibutuhkan atau enggak untuk premis tersebut?

(+)Enggak.

Nah, betul! Kurang tepat, terlalu mlebar tidak mendukung. 

Sekarang kalau yang ini: Perlukah kita memasukkan adegan masa lalu si pesulap sampai dia kehilangan kemampuannya?

(+)Yang itu perlu banget. Karena sebab akibat.

Nah, ini tadi gunanya premis teman-teman. Menjaga kita biar tetap berjalan di REL yang diperlukan oleh cerita, nggak melebar ke sana kemari semacam sinetron Malagoar Naik Haji.

Jadi premis untuk menjadikan cerita lebih konsisten pada arah tujuannya.

Jadi, saat kita membuat cerita, sudah ada PREMIS sebagai pagar kita menuliskan outline.

PREMIS ini buat menjaga kita biar nggak memasukkan adegan hanya karena kita INGIN, tapi... adegan yang mendukung dan berdampak untuk cerita.

(-)Emang enggak boleh ya kak memasukkan adegan karena kita ingin?

Nggak boleh, kalau adegan itu tidak berkontribusi sama sekali terhadap jalan cerita.

Nah sekarang coba yang ini.

Pada tau Cinta Laura?

(+)tauuuu

Nah, saat kita menuliskan dialog cinta: Syudah ujan, becyek, nggak ada ojyek, ini perlu nggak?

(+)Perlu, kalo memang karakternya seperti itu dan harus konsisten dr awal smpai akhir cerita.

(-)Perlu? Kenapa? Kan nggak nyambung Nu ke jalan cerita. 

Hei ... hei ... tapi inget, dialog Cinta yang belepotan itu secara utuh menggambarkan kekuatan karakternya. Jadi masuk ke karakter. ITU PERLU.

Bedakan dengan pesulap tadi.

 Jadi, harus pandai menimbang-nimbang mana yang perlu dimasukin dan mana yang nggak. SELALU tanyakan KONTRIBUSI ADEGAN dalam suatu cerita.

Kalau, nggak berkontribusi sedikit pun, jadi nggak usah.

Fungsi premis tadi, menjaga kita tetap di koridor cerita.

Kelas Menulis The WWGHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin