Wasted

99 32 14
                                    

Lelah. Itu yang Tara rasakan sekarang. Tugas akhir semesternya belum juga selesai padahal deadline sudah mencapai H-3. Pikiran Tara yang akhir-akhir ini sedang kacau menjadi salah satu alasan mengapa tugas akhir semesternya belum kunjung selesai. Ditambah lagi, ada urusan dalam grup Wattpadesurd yang diharuskan menjadi tanggung jawabnya belum ia sentuh sama sekali.

Dengan kasar, Tara menjambak rambutnya frustasi. Denting notifikasi handphone-nya menyadarkan Tiara. Agak sedikit berat hati, Tara mengambil meraih benda kecil itu dan membuka email dari teman kelasnya.

Detik setelah Tara membuka email tersebut, Tara menyesalinya.

Tar, gue minta artikel bulan ini.

Ya Salam ... Dilemparnya benda kecil itu menjauh darinya. Tara tahu, semua ini tidak akan pernah terjadi kalau ia menuruti apa yang selalu diwanti-wantikan oleh almarhum neneknya. "Jangan pernah menunda pekerjaan. Kalau bisa dilakukan sekarang kenapa harus ditunda?"

Tara mengerang kesal, tugasnya menumpuk, badannya lelah, pikirannya melayang entah ke mana. Bagus.

Tara membaringkan badannya dan menatap atap kamarnya. Apa keadaan akan jauh berbeda jika ia tidak memulai semua kepenatan ini?

Lagi-lagi denting handphone-nya berbunyi nyaring. Enggan sebenarnya Tara membuka handphone itu lagi, tapi Tara takut ia Ketinggalan perkembangan baru tentang tugas-tugasnya yang menggunung itu. Pelan, kentara ragu dan malas, Tara mengambil handphone-nya.

Satu pesan dari temannya di Wattpadesurd, Al.

Alifyadiphda: Udah selesai, Tar?

Ugh. Tara mengumpat kesal. Tanpa membuka chat room, Tara meletakkan benda balok itu di meja samping kasurnya dan membalikkan badan mencoba tidur sebelum memulai tugas-tugasnya.

***

Sore berganti malam, berlanjut hingga pagi menjelang. Niat awal Tara untuk melakukan tugasnya semalaman hilang sudah. Karena terlalu lelah, Tara tidur terlalu larut sampai perempuan itu hampir terlambat ke kampus. Di waktu pagi-pagi seperti ini yang biasanya Tara lalui dengan senyum dan sapa riang, dilalui dengan kerutan di dahi dan wajah yang berkali-kali tampak lebih tidak bernyawa.

Tara memang tidak mempunyai teman dekat, pribadinya yang cenderung cuek dan malas ngerumpi membuat teman-teman Tara di kampus hanya sekedar kenalan biasa saja, dekat tapi tidak masuk dalam lingkup hidupnya. Namun, tak urung senyum yang biasanya selalu terpampang di wajah Tara kini digantikan oleh bibirnya yang turun ke bawah itu tidak terlewatkan begitu saja oleh teman-temannya.

Satu pikiran terpaku jelas dalam otaknya. Kalau Tara terlalu sibuk dengan dunia nyatanya, otomatis Tara akan kehilangan teman-temannya di Wattpadesurd. Pertanyaannya, apa Tara pernah siap untuk kehilangan mereka semua?

Anak-anak Wattpadesurd yang setiap hari menemaninya, menghibur Tara ketika ia mengeluh tentang jadwalnya yang gila, begadang bersama kala malam minggu untuk membuang kejenuhan karena tidak punya pacar.

Jika Tara tidak menyelesaikan revisinya sekarang juga, bisa dipastikan Tara tidak akan pernah berani menampakkan namanya di dalam grup chat. Berlebihan terdengar, namun Tara tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau ia membiarkan mereka down karena kesibukannya.

"Lo kenapa deh?" tanya Qila, teman satu kelasnya saat menunggu dosen masuk.

Tara menghembuskan napas jengah, tidak mau bercerita tapi penat juga kepalanya memikirkan semua ini. "Banyak tugas."

Qila ber-oh ria. "Tugas bu Sumi?"

Bu Sumi itu, dosen paling menyeramkan di fakuktasnya. Datang selalu tepat waktu, tugas bertumpuk, sks jangan ditanya. Lagi-lagi Tara hanya bisa menghembuskan napasnya. "Lo tau sendiri dia gimana."

"Lo satu kelompok sama Haris CS kan?"

Tara mengangkat kepalanya dari binder hitamnya lalu menatap Qila dengan kedua alis terangkat. "Kok tau?"

Seketika tawa meledak dari bibir Qila. Teman-teman yang berada di sekitarnya sampai menolehkan kepala menatap mereka berdua.

"Lo tau Haris CS itu titisan eyang Einstein, tanpa bantuan lo geh dia udah pasti bisa ngerjain tugas si Sumi cuma satu malem. Lo tenang aja ya," ucap Qila sambil menepuk-nepuk pundak Tara.

Di tempatnya, Tara hanya bisa terbengong-bengong mendengar perkataan Qila. Jika Haris sudah menyelesaikan tugasnya, kenapa cowok itu belum mengabarinya?

Tara kesal. Ia emosi. Uap panas seolah keluar dari hidung dan telinganya. Di salah satu taman di fakuktasnya, Tara membaca kembali email yang dikirim Haris si titisan Einstein. Tau seperti ini kejadiannya, Tara bisa mengerjapkan tugasnya yang lain daripada mencemasi hal yang tidak ada sama sekali.

Notifikasi pesan berdenting nyaring dari handphone-nya menginstrupsi pikirannya. Dengan enggan, Tara membuka pesan tersebut.

Ade Aprilia: Tar, revisimu jangan lupa.

Gara-gara si Haris, Tara jadi telatkan ngerjain revisi wattpad Wattpadesurd.

Tara: Iya kak, ini baru mau aku kerjain. Sebentar ya kak.

Tara kembali menghembuskan napasnya, kali ini dengan perasaan yang ia paksakan tenang, Tara mulai membuka work sheets di laptop-nya.

Ditengah keasikannya mengerjakan revisi, handphone Tara kembali berdering, diliriknya kerjaan di laptopnya yang sudah hampir selesai dan memutuskan untuk menyelesaikannya di rumah, toh tinggal beberapa hal lagi yang perlu ia tulis dan tugasnya sudah selesai.

Setelah barang-barangnya sudah aman berada dalam ranselnya, Tara beranjak meninggalkan taman dan mulai membalas satu per satu pesan yang tadi sempat diabaikannya.

Melihat notif grup Wattpadesurd yang menunjukkan angka 999+ bukan hal yang baru lagi untuknya. Dengan anggotanya yang lebih Dari 65 itu, aneh jika grup itu tidak pernah ramai walau hanya satu jam saja.

Terkadang, Tara sendiri bingung dengan dirinya. Di dunia nyatanya, Tara cenderung tertutup dari orang-orang tetapi jika sudah masuk dalam grup Wattpad itu, Tara bisa menjadi orang yang seratus delapan puluh derajat dari ia sekarang. Tidak jarang Tara berharap kalau teman-temannya dalam dunia maya itu hadir dalam kehidupan nyatanya.

Bukan Tara tidak mensyukuri kehidupannya sekarang tetapi Tara hanya bertanya-tanya, apakah dirinya akan berbeda jika bertemu dengan mereka semua? Karena jujur saja, percakapan yang Tara lakukan dengan teman-teman Wattpadesurd adalah percakapan terpanjang yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Selain cuek, Tara juga orangnya irit ngomong.

Ketika sedang asik membalas pesan, satu pop up message menarik perhatiannya.

Haris Pratama: Tugas udah selesai, artikel done, lo yang ngumpul.

Tara berdecih membaca pesan dari Haris titisan Einstein itu. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah laki-laki itu, tapi tetap saja Tara kesal karena tugasnya sebagai admin wattpad terbaikan karena pusing memikirkan tugas kuliahnya. Setelah dipikir-pikir, harusnya Tara berterima kasih. Semakin lama Tara memikirkan tugas kuliah dan Haris, semakin menjadi-jadi pusing di kepalanya. Tanpa membaca pesan Haris, Tara kembali mengobrol dengan teman-teman Wattpadesurd-nya.

Lebih baik seperti ini, berteman dengan dunia mayanya yang faktanya lebih mengenal siapa Tara daripada berada di dunia nyatanya tetapi Tara harus menahan perkataan yang siap keluar dari mulutnya.

WattpadeSurd FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang