When It Comes to Love

31 0 0
                                    

Minggu pagi yang begitu cerah untuk memulai segala kegiatan. Matahari bersinar malu-malu di balik awan. Angin berhembus semilir nan lembut. Hyemi begitu menikmati suasana itu dari balkon kamarnya yang berada di lantai 3. Dengan ditemani segelas ice lemon tea dan sebungkus keripik kentang favoritnya, ia bersandar malas di kursi empuknya. Sambil menyesap minuman, ia memandangi kesibukkan orang lain di sekitarnya. Di waktu senggang, ia lebih suka menghabiskan waktu untuk bersantai di apartemen, salah satunya adalah dengan mengamati orang-orang yang berlalu-lalang di depan apartemen. Gadis itu mengamati sepasang kekasih yang berjalan dan bergandengan tangan dengan mesra. Ekspresi bahagia nampak di wajah mereka. Ia tersenyum kecil dan mengenang kisah cintanya dulu yang tidak semanis itu. Belum.
Hyemi memegangi kantong keripiknya dan terus mengunyah hingga matanya tertuju pada seorang lelaki jangkung yang baru turun dari sebuah mobil SUV hitam. Ia membawa koper besar dan sebuah tas punggung. Mobil itu berlalu, sementara ia memasuki apartemen lain yang ada di seberang jalan.
"Pasti ia baru pindah. Ini akan menyenangkan." Hyemi tertawa kegirangan sendiri mengetahui ada obyek baru yang bisa membeningkan matanya.
Hyemi masih menguyah keripiknya. Tanpa disadari, lelaki tadi sudah berada di balkon seberang kamar Hyemi. Ia mengamati lingkungan sekitar, kemudian memandangnya. Mata mereka bertemu. Jantung Hyemi seperti berhenti berdetak selama beberapa detik dan nafasnya sesak. Saking kagetnya, Hyemi tersedak dan menumpahkan keripiknya. Gadis itu segera berdiri dan berjalan cepat menuju ke dalam kamarnya untuk mengambil segelas air putih. Sekilas ia melihat lelaki itu tampak tersenyum padanya, atau menertawakannya.
"Aigoo. Tadi itu sangat memalukan. Pabooo," ia memukul-mukul kepalanya sendiri. Setelah beberapa saat, ia mengintip ke luar untuk memastikan apakah lelaki tadi masih disana. Ekspresinya lega karena lelaki itu sudah tidak berdiri di balkon itu. Ia segera membereskan kekacauan yang dibuatnya tadi.

Hyemi mematikan televisinya karena acaranya terasa membosankan. Ia melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 3 sore. Perutnya keroncongan, sedari tadi ia belum makan selain kripik kentang, yang ia tumpahkan, karena lelaki itu. Gadis berambut panjang itu tersenyum dan memukul kepalanya lagi, teringat kebodohannya pagi tadi. Ia bangkit dan berjalan menuju dapur. Dibukanya kulkas, namun tidak ada yang bisa ia makan. Memang sudah waktunya ia untuk berbelanja. Hyemi segera mengambil jaket yang tergantung di lemarinya, dan pergi menuju supermarket terdekat.

Sesampainya di supermarket, Hyemi mengambil troli dan berkeliling, mencari segala yang ia perlukan. Ia menekuni setiap barang yang tertata rapi di rak tinggi. "Itu dia yang kubutuhkan," ia berjinjit menggapai tissue ukuran besar yang berada di rak teratas, namun tak terjangkau. Ia terus berusaha hingga sebuah tangan mengambil barang yang ia maksud, gadis itu segera menoleh. Jantungnya berdegup kencang. "Namja tadi," batinnya. Lelaki itu tersenyum dan menyerahkan 1 pack besar tissue padanya. Hyemi tertegun memandang lelaki bertubuh tinggi itu yang jaraknya begitu dekat dengannya, "Go.. gomawo." Lelaki tadi mengangguk sedikit dan berlalu dengan trolinya sendiri. Rupanya ia juga sedang berbelanja. "Pasti ia sudah lupa padaku, atau memang tidak menghiraukan. Syukurlah kalau begitu, aku tak perlu malu dengan kejadian tadi," pikirnya.
Setelah mengambil kebutuhan rumah, Hyemi menuju ke tempat sayuran, ia memilih sayuran yang nampak paling segar, saat hendak mengambil pilihannya, ia mendapati tangannya menyentuh tangan orang lain yang hendak mengambil lobak yang sama. Hyemi terkejut dan segera melepaskan tangannya, "Mianhaeyo, saya tidak melihat anda mengambilnya," sambil membungkukkan badan. "Gwenchana, itu untuk anda saja, saya ambil yang lain." Suaranya terdengar berwibawa namun lembut, lelaki itu kembali berlalu. Setelah sadar bahwa itu lelaki yang sama, lagi, ia terperangah, "Sepertinya aku belum berhenti melakukan hal bodoh di depannya. Aigoo."
Setelah semua kebutuhannya dirasa sudah dimasukkan dalam troli, Hyemi segera menuju kasir, trolinya pun bertabrakan dengan troli lain yang hendak mengantri di barisan yang sama, "Maafkan saya, saya tidak memperhatikan jalan saya." Hyemi segera menarik trolinya ke kasir lainnya dan mendapati-masih-lelaki yang sama memandangnya dan tersenyum geli. Hyemi lagi-lagi merasa malu dan ia pun membungkuk sebagai tanda permintaan maaf.

When It Comes To LoveWhere stories live. Discover now