part 2

239K 9.2K 68
                                    

Cahaya lampu yang menempel dilangit langit menyerbu mataku, aku mengerjapkan mataku berkali kali, menggeliatkan kepala dan badanku kekiri dan kekanan sambil menguap lebar. Aku tersentak dan dengan reflek bangkit terduduk dikasur, aku ingat kejadian tadi malam, malam yang mengerikan. Kuedarkan pandanganku, melihat ruang tidur ini, besar, mewah, elegan, dan nyaman yang aku lihat dan rasakan. Dengan kasur yang empuk yang besar. Tapi aku dimana? Maksudku, aku sedang ada dirumah siapa?. Aku meringis saat memegang pundak kananku yang kemarin dipukul oleh pria brengsek bernama Logan itu. Wait, tunggu dulu. Logan? Apakah Logan itu.....

"Akhirnya kau sudah bangun" desah seseorang. Aku menengok, dengan pas aku langsung melihat wajah bersih dan tampan milik seorang pria. Ia menghisap satu puntung rokok yang masih tersisa setengah, mematikan api yang membakar serbuk tembakau yang terdapat diujung rokok, kemudian bangkit dari duduk dan berjalan kearahku. Aku memandangnya curiga, mewanti wanti gerak gerik pria ini yang semakin lama semakin dekat denganku. Aku menggeser badanku menjauh darinya yang sudah duduk dikasur empuk ini, tidak. Tidak mungkin aku ada dirumah pria yang tadi malam mencegah dan memukul diriku.

"Kau.." Desisku dengan bergetar. Pria itu tersenyum miring, menatapku dari ujung rambut sampai keujung kakiku yang menekuk berbentuk 'M'.

"Jangan melihatku seperti itu!!" Gertakku disela getaran suaraku. Pria itu memutar matanya acuh.

"Pede sekali kau, maaf yah aku tidak tertarik dengan tubuhmu yang berlemak berlebih begitu. Tidak enak dipandang." Aku menatapnya melotot tidak percaya ia dengan seenaknya berkata seperti itu kepadaku. kurang ajar sekali dia, memang dia siapa dengan seenaknya merendahkan tubuhku yang langsing dan terawat begini. Perasaan takutku dengannya sudah hilang jika dia sudah menghina diriku.

Aku menekan wajahnya yang penuh dengan lebam berwarna biru keunguan itu dengan kesal, ia meringis kesakitan sambil memukul mukul tanganku yang masih tetap menekan lebamnya. Rasakan ini pria bodoh, ini akibatnya karena kau sudah seenaknya merendahkan tubuhku.

"Arrhh lepaskan gadis gila!! Ini sakiitt!!" Ucapnya dengan penuh penekanan. Aku tertawa kecil, menatapnya dengan pandangan melecehkan.

"I don't care. Ini pembalasanku, memangnya aku takut denganmu? Kau hanya seorang pria dibawah rata rata yang bisanya merokok, mabuk mabukkan, dan bermain dengan wanita wanita jalang. " ucapku sinis. Pria itu menatapku tajam, menghempaskan tanganku kasar. Dengan sontak Aku menutup mataku saat tangannya hendak menampar pipi mulusku. Beberapa detik berlalu, tidak ada tamparan. akupun kembali membuka mataku ragu. Melihat tangan pria itu masih melayang didekat pipiku dengan satu tangan lagi yang menahan tangannya. Greyson...

Pria itu mengerang kecil, menghempaskan tangan Greyson kencang dan berlalu pergi keluar kamar. Aku tersenyum, kemudian loncat dari kasurku, memeluk Greyson erat.

"Thanks Greyson" desisku pelan. Greyson mengerang kesakitan membuat aku tersontak dan melepas pelukanku dengan cepat.

"Kau kenapa? Ya ampun, aku baru sadar kalau wajahmu...."

"Sudah, aku tidak apa apa" bantah Greyson. Aku terdiam, hanya terus menatapnya tidak percaya.

***

"Makan ini" aku mengernyit, menatap makanan yang diberikan oleh greyson. Makanan apa ini? Dari tampilannya saja tidak enak begini, bagaimana aku bisa makan kalau selera makanku saja sudah hilang melihat tampilan makanan ini.

"Kau ingin membunuhku secara perlahan dengan makanan ini heuh?" Sindirku sarkastik. Greyson mendelik, menatapku dengan pandangan tajam. Seakan memerintahkan diriku untuk mau tidak mau memakan makanan ini.

"What the.. Arrhh oke grey, akan aku makan makanan menjijikan ini." Dengusku.

Aku memakan satu suapan itu dengan ragu, sesekali melirik Greyson yang masih menatapku dengan datar. Dengan pelan aku mengunyah sesendok makanan aneh itu sambil menutup mataku rapat rapat, takut takut makanan itu meledak dimulutku dengan rasa yang tidak enak tetapi tidak, dugaanku salah. makanan ini enak. Aku membuka mataku, menatap Greyson dengan mata yang berbinar binar, Greyson menyunggingkan senyum tipis.

"jangan melihat sesuatu dari tampilannya saja." Sindir Greyson dengan acuh kemudian ia melahap makanan miliknya yang sama denganku, aku mendengus menatapnya jengkel.

"Memangnya aku kenapa? Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa makanan ini enakkan? Justru ini tuh makanan terburuk yang pernah aku rasakan." Ucapku berpura pura, aku tersenyum kecil melihat makanan yang aku tidak ketahui namanya, kemudian aku kembali melahap sesendok penuh makanan ini.

Greyson tertawa kemudian ia meringis memegang pipinya yang membiru itu. Aku menaruh sendok yang kupegang diatas piring, menatapnya dan mendesah.

"Sudah aku bilangkan tadi, kau harus diobati. Dasar keras kepala!. Nanti sehabis kita makan, kau akan kuobati." Ucapku.

"Kenapa kau tidak takut denganku? Bukannya kemarin, kau meninggalkanku sendirian karena kau takut denganku?" Tanya Greyson, ia menatapku dengan alis kanan yang diangkat, aku terdiam berfikir. Sebenarnya aku juga tidak mengetahui kenapa aku tidak takut dengannya. Ada perasaan nyaman, hangat, dan terlindungi sejak aku membuka mata dan mengetahui bahwa ini rumah Greyson dan Kakaknya Logan, pria tadi yang menyebalkan. Aku baru mengetahuinya tadi saat Greyson dan aku mengobrol di ruang televisi.

"Aku tidak tau mengapa aku tidak takut denganmu dan kakakmu itu. Aku merasa nyaman ada berada disini, merasakan kalau aku akan aman disini, yeah dirumah ini. Dirumah kau dan Logan." Ucapku panjang. Greyson tersenyum kecil kepadaku, ia seperti terlihat senang mendengar ucapanku.

"Dan, justru aku berfikir kau baik, tidak seperti anak brandalan. Kecuali kakakmu itu." Lanjutku lagi, kali ini diakhiri dengan dengusan jengkel. Ia terkekeh kecil sambil mengangguk beberapa kali kemudian ia kembali tersenyum kepadaku, senyum yang sangat manis.

"Terimakasih" ucapnya singkat. Aku menatapnya bingung, dengan kerutan dikeningku.

"Yeah, maksudku, terimakasih sudah tidak takut kepadaku. Kau satu satunya orang yang tidak takut kepadaku -kecuali Logan-. Aku harap kita bisa berteman." Jelasnya lebih detail. Aku tersenyum lebar dan menganggukan kepalaku dengan semangat.

"Tentu saja kita bisa berteman. Well, mari kita berkenalan lagi, kau belum tau namaku kan? Namaku Elle." ucapku dengan ramah. Aku mengulurkan tanganku kehadapannya, ia terkekeh kecil kemudian menjabat tanganku.

"Aku Greyson"

"Senang berkenalan denganmu. Sekarang kita resmi berteman." Aku dan Greyson tertawa senang, mentertawai perlakuan kita sendiri yang sedikit memalukan dan sedikit Childish tapi demi tuhan, ini menyenangkan.

Bad BoyWhere stories live. Discover now