4

374 14 12
                                    

Semuanya, semuanya membuatku sedikit gila. Membuat aku menyadari betapa bodohnya aku sampai sampai dibodohi oleh cinta? Apakah ini cinta yang dibicarakan oleh kebanyakan orang dewasa? Ini? Sesakit inikah?

Ya, lo emang udah bisa buat gw patah hati sepatah patahnya, lo udah buat gw sakit sesakit sakitnya, lo udah buat gw nangis sejadi jadinya, lo udah buat hati gw retak seretak retaknya. Lo udah buat jiwa gw sedikit bergerak. Mana tanggung jawab lo?

Perlahan lahan, aku mulau bisa move on. Susah? Tentu! Tapi ku sibukkan diriku dengan kegiatan lain. Tetap saja, masih ada rasa tentunya. Sedikit. Hanya kagum. TAK LEBIH.

1 minggu..
2 minggu..
3 minggu..

Waktu berjalan dengan cepat. Sangat cepat! Bahkan cepat sekali seolah olah waktu tahu cara agar melupakan adanya masalah disini.

Dude, i still have many friends and best friends that love me. I still have many boys that love me. I still have all i need here. It's only losing you right? Not all. So don't you dare to get me back to ur arms dear :')

^^^^^^^^^^^^^

Mungkin, sudah sekitar 3 bulan sejak kejadian itu.. Haha, ternyata ga semudah itu ya ngelupain dia. Perlu usaha yang keras, juga aku harus selalu menjaga perasaan.

Perasaan ini, perasaan benci juga cinta, kesal namun sayang, tak ingin mengenal tapi tak bisa tenang bila tak melihat. Bagaimana aku harus menghadapi ini? Sendirian.

-------------
Pagi hari ini sangat cerah. Matahari seperti tersenyum padaku. Menyemangati hari hari ku sejak kejadian itu. Ku pergi ke sekolah dengan semangat. Ku bertekad untuk move on darinya. Toh, aku sudah punya penyemangat baru bukan? Haha.

Dia, dia adalah orang yang datang saat hatiku patah. Dia yang datang saat hatiku sudah hancur berkeping keping. Dia yang dengan sabar menyatukan satu per satu dari kepingan hatiku. Dialah yang menyatukan hatiku menjadi sempurna lagi. Dia yang sudah menghiburku disaat aku menangis. Dia juga yang selalu mengingatkan ku akan betapa berharganya air mataku. Dia adalah perubah segalanya. Segalanya. 

Dia adalah Reon.

^^^^^^^^^^^^^

Flashback on.

Setelah beberapa hari sejak kejadian itu, aku masih sering menangis. Entahlah, hanya sedih saja. Menangis adalah pekerjaanku setiap malam sekarang. Tapi, pada malam itu, untuk pertama kalinya sejak kejadian itu aku tidak menangis. Malah tertawa terbahak bahak dengannya, Reon.

Reonaldi Nevalda.
-CHEL!!!
-Chel lo masih sering nangis?
-Chel jawab elah..

Michelle Safna A.
-Iye iye
-Kenapa?
-Tenang aja, ga nangis lagi ko.

Reonaldi Nevalda.
-Ooh, begitu...

Michelle Safna A.
-Iye begonoh.

.........

Aku dan dia sekarang hampir setiap hati chatan. Hingga suatu saat aku bosan. Bosan sekali dengannya.
Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk bilang, "Reon, gw bosen sama lo". Dia menanggapi dengan baik, juga sabar. Tapi dia sekarang menjadi dingin. Tak ada lagi senyum manisnya yang selalu ia berikan padaku setiap pagi. Senyum itu.. Kurindu...

Cukup!!!!! Cukup semua ini meruntuhkan dan memecahkan hatiku lagi. Aku tidak bisa tahan. Melihatnya dingin padaku saja aku sudah cukup sakit. Mungkin aku berlebihan. Mungkinkah dia juga merasakan apa yang kurasakan dulu? Mungkinkah? Se sakit itukah? 

Akhirnya, aku memutuskan untuk meminta maaf dan mencoba memperbaiki hubungan pertemanan kami. Di sini, aku menyukainya, tapi di sisi lain, aku sudah menyukai yang lain. Ingin rasanya memilih salah satu. Pertama, Reon orang yang sudah menyatukan hatiku, membuatnya utuh kembali. Sementara orang yang kusukai sekarang, dia adalah sahabatku saat sekolah di Bandung, Artha.

 Artha yang terus menyemangati hari hari ku dengan candaannya. Walaupun kami sangat jarang bertemu, tapi kami sangat akrab. Kami tidak pacaran, itu salahku. Waktu itu, saat dia menembakku, Nopal juga mengajak balikan. Kukira, ia tidak akan se cemburu itu. Tapi ternyata, ia putus kontak denganku.. Beberapa hari kemudian ia punya pacar. Mereka mengupload foto kemesraan mereka di sosial media, saat aku dan Nopal putus. Begitu Artha mendengar aku putus, ia langsung menghubungiku. Menasehatiku. Di lain hati, aku menyesali pernah menolak Artha. Kini, kami sudah baikan. Seperti dulu lagi. Hanya saja, ia sudah punya pacar sekarang. Mau tidak mau, aku harus memendam perasaan ini. Sendirian lagi.

Benar kata orang, di persahabatan antara lawan jenis lama lama akan ada cinta. Bagaimanapun itu.

Reon, dia memaafkan ku. Tapi, dia bilang jika aku mengatakan seperti itu sekali lagi, dia mungkin tidak akan terus menerus bersikap dingin padaku. Dan aku tidak mau itu terjadi. Terjadi lagi.

Flashback Off

Seperti biasa, pagi ini dia tersenyum lagi padaku. Kubalas senyumnya. Dengan senyum terbaikku. Tidak ada masalah diantara kami. Dia seorang yang pemaaf. Apapun kesalahanku, pasti ia maafkan. Selalu.. 

Di sekolah, kami hanya saling diam. Malu. Hehe.. Sesekali hanya mengobrol tentang pelajaran, juga sesekali bergosip tentang teman di kelas. Sesekali juga kami tertawa bersama, tersenyum bersama, kami akan berhenti komunikasi saat teman teman kami mulai menggoda kami. Padahal, aku dan dia tidak berpacaran. Hanya dekat. Sangat dekat lebih tepatnya..

"Reon, masih nyatet tah lo?", aku menegur dirinya. "Iya, banyak nih", dia menjawab tanpa mengalihkan wajahnya dari tulisan itu. "Elahh, cepetan sii.. Bosen gw, yang lain pada sibuk sendiri", aku menegeluh sambil memutar mataku 360 derajat. Ia menghadapku yang ada di depannya.( Ya, kursiku berada tepat didepannya. Hei! itu hanya kebetulan). Ia menghadapkan mukanya tepat di depanku, lalu ia berkata sambil tersenyum "Hei, kamu. Gitu aja bosen. Bentar ya aku ngerjain ini dulu. Baru nemenin kamu", ia berkata sambil menebarkan senyuman termanisnya. AHHH, aku sukaaaa.. HEHEHE.

"Ishhh apaan sihhh lo, pake natap gw kaya gitu", Aku protes padanya. Ia hanya terkekeh lalu  melanjutkan menulis sambil berkata, "Abisnya kalo ga gw gituin, lonya nambah berisik. Ganggu aje. Diem kan lo sekarang.", ia berkata sambil sedikit tertawa sendiri. "Cie baper, itu pipi kamu merah HAHAHA", Ia tertawa begitu menyadari pipiku yang sudah memerah ini. Bagaimana tidak merah, Dia menempatkan mukanya sangat dekat denganku, lalu berkata dengan senyumannya. Jantung gw serasa mau lepas woyyy!!!!!

Akhirnya, mau tidak mau aku mengalah. Aku pun mengutak atik handphone ku. Mencari sesuatu yang dapat aku mainkan. Apapun.

Hingga sudah 30 menit lamanya, akhirnya Reon selesai dengan tugasnya itu. Dia langsung menegurku. "Hei, ayo mau ngobrol apalagi?", tanyanya padaku. "Gatau, Bingung", kataku datar. "Ih, lo mah. Tadi ngajak ngobrol, sekarang kaya gitu.", katanya mendengus kesal. "Ihh kok lo yang jadi kesel siih", aku juga mendengus lagi tak mau kalah. Seperti kataku, dia pemaaf, dia memaafkan apapun yang aku lakukan. "Iye iye sayangggg, elah lu mah. Ga kesel lagi nih gw", katanya sambil memegang tanganku. "Itu apa pegang pegang? bukan muhrim", kataku ketus, lalu tertawa karena dia memasang muka jeleknya. "Ah curangg masa lo pasang.. hmmphhh, mu..kaa.. mo..nyet.. gitu..HAHAHAHAHAHA", Aku tertawa terbahak bahak. "Udah wey udah ketawanya. Eh btw, lo nanti mau dikasih apa pas ultah?", katanya tiba tiba. "Cie, mau ngasih kado", kataku sambil menyenggol pundaknya dengan pundaku. "Elah, mau gaa?", katanya. "Dahlahh, gausah. Doa aja yak", kataku. "Pokoknya gw harus ngasih kado. Lo suka boneka beruang gak?", tanya nya lagi. "Ga suka, debu", Aku langsung menjawabnya. "Ah yaudah, lo liat aja. Nanti, gw bakal kasih lo bunga sama kado." katanya mantap. "Elah, cocwit. Dahh gausahh. Santai ae ama gw mah", kataku dengan nada santai. 

Kami lalu melanjutkan lagi obrolan kami. Tertawa lalu mengobrol lagi, Sampai guru pun datang.
-
D

an untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku lupa dengan Nopal. Lupa tentang segalanya. Move on? Tentu dong! Sudah lamaaa sekali!
Dan aku tidak peduli lagi dengannya. Banyak faktor yang mempengaruhinya.

Salah satunya foto Nopal dengan kacamata hitamnya berpose seperti orang buta. HMMMMPPPHHH... sumpaaa itu pose kaya orang bego. Sumpah dah! 😂😂
-----------

Ceritanya jelek sumpah. Feelnya kaga dapet. Maafkan. Gatau bakal update kapan lagi. Tapi, secepatnya kok!

He.Where stories live. Discover now