“tapi kata mama kalo tidul satu kamal belalti udah cuami istli”

“eh…eummm…” Ruby bingung bagaimana harus menjelaskan kepada Nana tanpa menimbulkan pertanyaan lain.

“kak Ruby tidur bareng kak Aidan karena kak Ruby takut tidur sendiri” celetuk Aidan dengan seringaiannya

“kak Luby takut?” tanya Nana dan gadis kecil itu melanjutkan tanpa menunggu jawabannya “Nana juga takut tidul sendili makanya sering sering tidur baleng mama papa”

“makanya sekarang Nana tidur bareng kak Ruby dan kak Aidan yah” kata Ruby setelah sebelumnya memberikan tatapan mematikan pada pria itu.

“acikkk!!!” sorak Nana.

Malam itu mereka bertiga tidur berdekatan karena walaupun ranjang yang ada cukup besar tetapi dengan ukuran tubuh Adian yang tinggi dan penuh otot juga dengan adanya Nana di tengah-tengah mereka membuat ranjang itu terasa sempit.

Ruby mengelus rambut Nana yang halus dengan gerakan teratur hingga gadis kecil itu tertidur pulas lalu menatap Aidan yang memperhatikannya “berhenti menatap seperti itu.” Bisiknya tidak ingin membangunkan Nana.

Aidan hanya diam lalu menekuk jari telunjuknya menyuruh Ruby mendekat “ada apa?” tanya Ruby pelan tetapi tetap memajukan tubuhnya mendekat ke arah pria itu.

Dengan tiba-tiba pria itu memegang dagu Ruby dengan ibu jari dan jari telunjuknya kemudian menciumnya dengan menggebu-gebu. “hmmm….” Ruby berusaha meronta tanpa membangunkan Nana.

Aidan sedikit memberikan jarak pada dan berbisik “jangan berisik kau tidak ingin Nana bangun dan melihat kita berciuman.” Katanya, tahu benar kelemahan wanita itu lalu kembali melahap bibir Ruby yang membuatnya bergairah seharian ini.

Ruby memukul-mukul bahu pria itu yang sepertinya tidak merasakan pukulannya dan malah mencium lebih bergairah lagi akhirnya Ruby berusaha menjauhkan wajah pria itu darinya tetapi sayang kedua tangannya langsung di genggam pria itu

“lepas. Ak…aku sudah punya Evan…” kata Ruby terengah-engah saat berhasil melepaskan ciuman pria itu sebelum Aidan kembali menutup jarak di antara mereka.

Aidan mencium wanita itu dengan liar hampir terkesan kasar, ia tidak suka jika Ruby memanggil nama Evan di depannya entah sejak kapan ia mulai memperhatikan wanita unik yang baru sekali ini ditemuinya.

Saat perlawanan wanita itu perlahan menghilang ia merubah ciuman yang tadinya kasar menjadi lebih lembut dan dengan perlahan menelusuri bibir bawah Ruby dan melilitkan lidahnya pada wanita itu.

Ruby…terhanyut oleh ciuman pria itu dan membalas ciumannya. Mereka berciuman lama saling menikmati bibir satu sama lain sampai Nana bergerak dalam tidurnya membuat mereka kaget dan segera menjauh kembali ke sisi ranjang mereka masing-masing.

 Berbaring membelakangi Aidan, Ruby mengutuki kebodohan dan kelemahan dirinya karena terhanyut oleh ciuman pria itu yang seperti mengandung kasih sayang yang tulus padanya. Sedangkan Aidan merasa cukup puas untuk sekarang karena wanita di sampingnya itu membalas ciumannya.

***

“kamu mau model apa sayang?” tanya Ruby yang sedang menyisir rambut sepunggung gadis kecil itu setelah memandikannya.

 “hmmm….” Kata Nana bepikir dengan gaya centilnya, jari telunjuknya ditaruh di dagu dan memiringkan kepalanya.

“Nana pingin di kuncil cepol” katanya

“oke, sebentar yah…” dengan cekatan Ruby memisahkan rambut Nana menjadi dua bagian dan mengikat dua lalu mengepangnya dan menggulung rambut gadis kecil itu hingga membentuk cepolan ala Puca yang rapi. “nah selesai” kata Ruby dan menyerahkan kaca pada gadis itu yang terlihat senang dan membalasnya dengan mencium Ruby di pipi.

“kak Luby, kak Aidan mana?”

“kak Aidan ada perlu sayang jadi pagi-pagi dia sudah pergi. Jadi hari ini tinggal kita berdua yang akan bermain.” Kata Ruby. Ia tadi pagi terbangun mendengar suara hp Aidan yang berbunyi dan didengarnya pria itu mengangkat telpon yang sepertinya dari kantornya dan berkata dia akan pergi dulu untuk mengurus sesuatu yang penting di kantornya.

Nana terlihat mencerna informasi itu lalu mengangguk serius “jadi sekarang kita main apa?”

Ruby berpikir sebentar, bingung karena baru kali ini ia ditinggal seharian dengan anak-anak. Biasanya ia selalu bermain dengan keponakan-keponakannya beberapa jam saja tapi seberapa susahnya sih mengurus anak terutama yang semanis Nana, pikirnya.

“gimana kalo kita jalan-jalan ke hutan di belakang rumah?” tanya Ruby “kita bisa memetik bunga”

“mauuuuu…mauuuu”

Maka setelah bersiap-siap dan tidak lupa membawa bekal untuk dimakan di sana Ruby dan Nana pun berjalan riang dengan sedikit melompat. Hal yang pertama kali mereka lakukan saat memasuki hutan adalah menaruh keranjang makanan itu di depan pohon dan berlari ke padang bunga berwarna-warni yang terhampar di depan mereka.

Ruby tidak menyangka hutan ini begitu indah bahkan hanya dengan sedikit memasuki hutan mereka sudah tiba di hamparan luas yang dihiasi berbagai bunga liar dengan danau di dekat hamparan luas itu semua bagai lukisan.

“manis, jangan bermain di dekat danau yah” Ruby memperingati

“kenapa?” tanyanya dengan wajah polos khas anak-anak

“nanti jatuh ke dalam air dan kakak tidak bisa menolongmu karena kakak paling takut dengan danau, mengerti?” jawabnya dengan menunjukkan ekspresi serius dan ditanggapi juga dengan ekspresi serius yang imut dari Nana. “oke” jawab gadis kecil itu.

Nana berlarian di sekitar rerumputan mengejar binatang atau sekedar ingin tahu memperhatikan tumbuh-tumbuhan, mereka di sana sampai matahari bersinar terik “Nana!” seru Ruby memanggil anak itu “pakai dulu topimu”

Setelah memakai topi gadis kecil yang terbilang sangat aktif itu kembali mengejar kumbang hingga tanpa terduga gadis itu mendekati danau “Nana!” Ruby berlari dan dengan cepat menggendong anak itu hingga menjauh dari danau

“topi Nana” katanya dan melihat topinya jatuh di dalam air.

Dengan perasaan lega karena berhasil menyelamatkan gadis kecil itu tepat waktu lalu menurunkannya dan dengan nada memperingatkan berkata “dengar Nana jangan dekat-dekat danau lagi oke?”

Mengangguk anak kecil itu berkata “maap’in Nana” dengan ekspresi hampir menangis.

 “sudah sayang, cup-cup jangan nangis oke” kata Ruby yang tidak tega melihat air mata Nana yang sudah hampir jatuh ke pipinya, ia mengelus rambut, punggung, dan mengecup pipi gadis kecil itu hingga tenang. “Nana main di sebelah sana yah nanti topinya kak Ruby ambilin.” Ruby lalu mendorong sedikit tubuh anak itu yang lalu berlari pergi entah untuk melihat apa lagi.

Melihat topi jerami yang masih mengapung itu aku menguatkan diri untuk meraihnya karena sepertinya topi itu masih berada di jangkauan tangannya lalu saat sedikit lagi topi itu berhasil diraihnya Ruby merasa ada seseorang yang mendorongnya hingga ia jatuh ke dalam danau.

Berusaha menggerakkan tangan dan kakinya agar membawa tubuhnya naik ke permukaan Ruby menekan rasa sesak dan tubuhnya malah terseret semakin jatuh ke dalam dasar danau itu lalu kegelapan yang membutakan menusuk kesadarannya hingga Ruby tidak sadarkan diri.

***

Tidak jauh dari lapangan berumput itu Emily tertawa puas melihat wanita jalang itu tenggelam. Untungnya saat ia secara sengaja mengikuti wanita itu ia bisa mendengar sedikit percakapan mereka karena ia berada tidak jauh dari sana, bersembunyi di semak-semak lebat yang menutupi dirinya dari si jalang itu.

Dan di saat yang sangat tepat karena anak kecil itu sedang asik dengan bunga-bunga yang jauh dari Ruby dan wanita itu sedang berusaha mengambil topi si anak yang terjatuh.

Ini saat yang tepat

Lalu tanpa ragu lagi ia langsung mendorong tubuh wanita itu dan kembali ke tempat persembunyiannya, melihat dengan puas saat wanita itu meronta-ronta dan akhirnya tenggelam

Lessons In LoveWhere stories live. Discover now